Bab 17. Belajar memasak

Lilis berniat pergi bersama mbak Ratih sambil menunggu hingga Lilis telah selesai masa nifasnya. Ada perasaan sedih, saat Lilis menatap wajah Naina yang belum mengenal ibunya. Lilis membayangkan, jika setahun lamanya dia pergi, pasti akan sangat merindukan Naina.

Kepergiannya kali ini juga demi Naina. Demi masa depan Naina kelak agar memiliki biaya untuk sekolah dan bertahan hidup tanpa harus berhutang sana sini. Juga demi sang ibu, yang sudah bersusah payah membesarkan dia dan menyekolahkan dia hingga memiliki pendidikan yang tidak kalah dari orang lain.

Banyak harapan yang dibawa Lilis bersamanya. Selain pakaian ganti yang hanya beberapa potong saja. Lilis membawa impiannya dan harapan ibunya, yaitu memiliki usaha sendiri untuk masa depan Naina.

Sebelum pergi, Lilis memeluk ibunya dan Naina bergantian. Air matanya seolah tidak mau berhenti mengalir membasahi pipinya.

"Lis, ingat pesan ibu. Jangan melakukan pekerjaan yang dibenci Allah. Carilah rezeki yang barokah, yang bisa membawamu memperbanyak pahala."

"Iya, Bu. Lilis akan selalu mengingat nasehat ibu."

"Jangan mengejar uang, karena rezeki itu sudah diatur sesuai takarannya masing-masing. Jangan lupa sholat 5 waktu sesibuk apapun dirimu. Ketika adzan sudah berkumandang, saatnya meninggalkan kesibukan dunia."

"Lilis pergi, Bu. Jangan lupa selalu doakan Lilis agar berhasil dan sukses." Lilis berurai air mata." Naina, sayang. Doakan ibu agar bisa segera membawamu bersama ibu."

Setelah menciumi Naina, Lilis menyerahkan Naina pada ibunya. Jika dia semakin lama melihat Naina, takutnya dia tidak akan tega meninggalkan Naina. Lilis mencium tangan ibunya untuk berpamitan dan meminta restu. Lilis naik mobil sewaan Mbak Ratih, yang sudah menunggu bersama suami dan anaknya.

Sementara mbak Ratih turun untuk berpamitan pada ibu.

"Ibu titip Lilis padamu, Ratih.Tolong jaga Lilis, untukku"

"Iya, bibi. Ratih pasti akan menjaga Lilis. Ratih pit dulu."

Mbak Ratih mencium tangan Bu Siti lalu melangkah pergi. Lilis tidak sanggup melihat kembali ibu dan Naina. Hatinya seolah ada bagian yang hilang, sakit sekali.

Selama perjalanan, Lilis sibuk membersihkan air matanya agar nanti sampai di bandara, orang tidak akan mengira kalau dia sedang diculik.

Pertama kalinya Lilis naik pesawat. Ada perasaan takut dan gelisah, karena pesawat inilah yang akan membawanya jauh dari Naina dan ibunya. Perjalanan yang membuat perubahan pada hidup Lilis.

Setelah 3 jam lebih naik pesawat, sampailah mereka di kota B. Kota yang tidak jauh beda dengan ibu kota Jakarta. Mereka naik bis sampai di rumahnya.

"Untuk sementara, kamu tinggal di rumah mbak Ratih. Tapi memang kamarnya agak berantakan. Ikut mbak ke belakang."

Lilis mengikuti mbak Ratih menuju kamar yang ada di belakang. Lilis hanya menurut saja karena saat ini dia juga tidak memiliki uang untuk menyewa tempat sendiri.

"Lis, nanti kamu bersihkan sedikit biar bisa kamu tempati. Mbak tidak sempat membersihkan."

"Iya, mbak. Tidak apa-apa, nanti Lilis bersihkan dulu sebelum Lilis tempati. Terimakasih, sudah mengizinkan Lilis tinggal di tempat mbak Ratih."

"Sama-sama, mbak pergi dulu. Mau beres-beres. Besok sudah harus buka warung."

"Silahkan, mbak."

Lilis melihat ke seluruh ruangan. Memang agak berdebu karena sudah lama tidak ada yang menempati. Lilis menyemangati dirinya sendiri. Semangat, semangat.

Lilis mulai membersihkan kamar yang akan ditempati. Hampir satu jam, kamar itu sudah bersih dan bebas debu. Kini, kamar ini sederhana tapi terlihat nyaman untuk ditempati. Lilis menata pakaian dan dimasukkan kedalam lemari pakaian.

Waktu sudah masuk adzan magrib. Lilis bergegas mengambil wudhu dan segera melaksanakan kewajiban seperti yang diamanatkan oleh ibunya. Tidak boleh menunda waktu sholat. Selesai sholat, terdengar suara Mbak Ratih mengajaknya makan malam.

"Lis, segera ke meja makan setelah selesai sholat."

"Ya, Mbak."

Lilis bergegas menuju meja makan, karena takut Mbak Ratih dan keluarganya terlalu lama menunggu. Benar saja, semua sudah siap di meja makan tinggal menunggu dirinya. Lilis duduk tepat di samping Dava, anak mbak Ratih yang sudah kelas 1 SMA.

Mereka makan tanpa banyak bicara. Mungkin sudah menjadi kebiasaan mereka jika saat makan, harus diam dan tenang. Selesai makan, Lilis membantu Mbak Ratih membersihkan piring kotor dan mencucinya. Setelah semua beres, Mbak Ratih mendekati Lilis, untuk memintanya istirahat.

"Lis, setelah sholat isya nanti, kamu segera istirahat saja. Jangan lupa pintu kamar dikunci," nasehat Mbak Ratih.

"Kenapa mesti dikunci Mbak?"

"Disini ada banyak tikus, takutnya nanti masuk ke dalam kamarmu."

"O…gitu, kirain ada apa."

Lilis tersenyum tanpa ada rasa curiga sedikitpun karena dia memang masih polos. Lilis bergegas mengambil wudhu untuk persiapan sholat isya dan setelah itu dia akan langsung tidur.

***

Lilis terlelap dalam mimpi yang membuatnya rindu Naina. Namun mimpinya buyar tatkala dia mendengar suara Mbak Ratih sedang marah pada seseorang. Lilis ingin keluar, tetapi rasanya tidak sopan jika dia ingin ikut campur urusan orang lain.

Hanya saja, terdengar tidak begitu jelas di telinga Lilis. Mbak Ratih marah pada suaminya tapi entah masalah apa. Setelah sekitar 20 menit, Mbak Ratih dan suaminya pergi keluar dengan sepeda motor. Lilis melihat jam di ponselnya. Waktu masih menunjukan jam 2 dini hari. Kemana mereka pergi?

Lilis sudah tidak bisa tidur lagi. Sampai Mbak Ratih dan suaminya pulang. Lilis berpura-pura ingin pergi kekamar mandi untuk melihat apa yang dilakukan mereka.

Mereka ternyata pergi ke pasar untuk membeli berbagai macam keperluan untuk berjualan besok. Akhirnya Lilis memahami, jika ingin membuka warung makan, harus bangun pagi-pagi sekali untuk membeli segala keperluan dapur sekaligus memasak berbagai macam olahan makanan.

Mbak Ratih terkejut saat melihat Lilis terbangun.

"Lis, apa aku membangunkanmu?" tanya Mbak Ratih merasa bersalah.

"Tidak, Mbak. Lilis tadi memang pingin ke kamar mandi. Ngomong-ngomong, apakah setiap hari Mbak Ratih, bangun pagi untuk memasak?"

"Kamu benar sekali, Lis. Bahkan jika barang belanjaan habis, kita akan ke pasar pada tengah malam. Kamu tidurlah lagi. Besok baru masuk kerja."

"Boleh Lilis membantu Mbak Ratih?"

"Tidak perlu, sudah ada mas Reza yang membantu."

Lilis tidak ingin membantah perkataan Mbak Ratih. Lilis bergegas masuk kembali ke kamar, meski dia tidak bisa tidur lagi hingga menjelang subuh. Lilis segera mengambil wudhu dan menjalankan sholat subuh.

Awal yang baru, suasana kerja yang baru di kota baru. Lilis segera membantu Mbak Ratih menggoreng bakwan dan tempe. Awalnya Lilis tampak canggung, karena ini pertama kalinya, dia membuat makanan yang akan dijual.

Semua makanan telah siap di tempatnya masing-masing tinggal menunggu para pelanggan warung makan Mbak Ratih. Tidak berapa lama, beberapa pelanggan mulai berdatangan. Lilis mulai belajar menjadi pelayan dari mbak-mbak yang sudah lama bekerja pada Mbak Ratih.

Setelah beberapa kali melihat, Lilis mulai terbiasa dengan pekerjaan itu. Dia bisa mengenal berbagai macam karakter orang yang datang. Mereka dari berbagai macam kalangan. Ada siswa sekolah, pekerja pabrik, buruh bangunan, pekerja kantor, guru dan masih banyak profesi lain yang datang untuk menikmati masakan Mbak Ratih.

Lilis penasaran dengan masakan Mbak Ratih, yang bisa menarik pelanggan untuk setia datang membeli makanan di warung Mbak Ratih. Lilis sarapan masakan Mbak Ratih yang memang ada sesuatu yang khas yang terasa enak untuk diulangi lagi esok hari. Lilis mulai berpikir untuk belajar membuat masakan yang khas dari kampungnya ala Lilis.

Warung Mbak Ratih tutup jam 8 malam. Mbak Ratih dan suaminya, sudah tidur duluan karena mungkin mereka kelelahan, sudah bekerja seharian. Dan nanti pagi-pagi sekali sudah harus bangun lagi untuk memasak.

Lilis sudah minta izin pada Mbak Ratih untuk belajar memasak saat warung sudah tutup. Lilis menggunakan kesempatan ini untuk mencoba menu masakan baru yang dapatnya dari google. Lilis tiap hari akan mencoba membuat bumbu dari masakan yang berbeda. Dia akan membuat bumbu secara berbeda sampai bumbu yang dibuatnya pas dengan lidahnya.

Memang sulit bagi Lilis membuat masakan yang memiliki rasa khas yang tidak dimiliki orang lain. Namun demi, usahanya nanti membuka warung makan, dia akan terus mencoba sampai tercipta masakan yang istimewa.

Setiap selesai membuat masakan, dia meminta bantuan Dava sebagai juri. Dava yang akan mencoba masakan Lilis dan mencari kekurangan dari masakan Lilis. Dan esoknya, Lilis akan memperbaiki bumbunya dengan mengurangi atau menambahnya.

Tanpa dia sadari, seseorang selalu memperhatikan setiap gerak gerik Lilis selama di rumah saudaranya itu.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Haikal Ispandi

Haikal Ispandi

yah dikit bgt
lagi enak "ny baca

2022-07-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pertemuan
2 Bab 2. Pernikahan
3 Bab 3. Berhenti bekerja
4 Bab 4. Kerja tak nyata
5 Bab 5. Semalam tidak pulang
6 Bab 6. Hutang lagi
7 Bab 7. Lilis pingsan
8 Bab 8. Tidak pulang
9 Bab 9. Seperti pengemis
10 Bab 10. Pertengkaran
11 Bab 11. Lilis melahirkan
12 Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13 Bab 13. Tuduhan
14 Bab 14. Talak
15 Bab 15. Status tidak jelas
16 Bab 16. Ingin bekerja
17 Bab 17. Belajar memasak
18 Bab 18. Kota penuh kejutan
19 Bab 19. Pertolongan
20 Bab 20. Flashback
21 Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22 Bab 22. Bertemu Naina
23 Bab 23. Bertemu Nathan
24 Bab 24. Perasaan Nathan
25 Bab 25. Saingan Cinta
26 Bab 26. Uang nomor satu
27 Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28 Bab 28. Bertemu Mantan
29 Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30 Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31 Bab 31. Identitas Nathan
32 Bab 32. izin Bu Siti
33 Bab 33. Kejujuran Nathan
34 Bab 34. Doaku untuk cintaku
35 Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36 Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37 Bab 37. Menuju pernikahan
38 Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39 Bab 39. Pernikahan
40 Bab 40. Bertemu Wendi
41 Bab 41. Menuju malam indah
42 Bab 42. Malam terindah
43 Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44 Bab 44. Kenangan
45 Bab 45. Menemui Kakek
46 Bab 46. Rencana Desta
47 Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48 Bab 48. Lilis hamil
49 Bab 49. Hasil tes DNA
50 Bab 50. Beruntung memilikimu
51 Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52 Bab 52. Tes DNA
53 Bab 53. Hasilnya ...
54 Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55 Bab 55. Menjadi pria biasa
56 Bab 56. Menjadi pelayan
57 Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58 Bab 58. Jatuh cinta ...
59 Bab 59. Kangen ayah
60 Bab 60. Janji kok malah tidur
61 Bab 61. Nafkah pertama
62 Bab 62. siasat Desta
63 Bab 63. Sombong dibalas sombong
64 Bab 64. Rencana buruk Desta
65 Bab 65. Hanya menciumnya
66 Bab 66. Setuju menikah
67 Bab 67. Kakak Sita, preman?
68 Bab 68. Naina ...dimana
69 Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70 Bab 70. Kecelakaan
71 Bab 71. Menjenguk Desta
72 Bab 72. Buah cinta kita
73 Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74 Bab 74. Lahiran
75 Bab 75. Syukuran
76 Bab 76. Curhatan Sri
77 Bab 77. Menjenguk Kakek
78 Bab 78. Dua hati yang terluka
79 Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80 Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81 Bab 81. Pulang kampung
82 Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83 Bab 83. Hari pertama di kampung
84 Bab 84. Pergi piknik
85 Bab 85. Permintaan mantan mertua
86 Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87 Bab 87. Wahyu hilang
88 Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89 Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90 Bab 90. Lilis berubah
91 Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92 Bab 92. Temuan polisi
93 Bab 93. Akhirnya ketemu
94 Bab 94 Sketsa penculik
95 Bab 95. Bertemu sang penculik
96 Bab 96. Kembali ke Kota
97 Bab 97. Pernikahan Guntur
98 Bab 98. Bukan anggota keluarga
99 Bab 99. Peristirahatan terakhir
100 Bab 100. Keputusan Final
101 Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102 Bab 102. Rencana pindahan
103 Bab 103. Memulai lembaran baru
104 Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105 Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106 Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107 Bab 107. Kembali ke rumah lama
108 Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109 Bab 108. Bertemu Kakek
110 Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111 Bab 110. Akhir Bahagia (End)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan
2
Bab 2. Pernikahan
3
Bab 3. Berhenti bekerja
4
Bab 4. Kerja tak nyata
5
Bab 5. Semalam tidak pulang
6
Bab 6. Hutang lagi
7
Bab 7. Lilis pingsan
8
Bab 8. Tidak pulang
9
Bab 9. Seperti pengemis
10
Bab 10. Pertengkaran
11
Bab 11. Lilis melahirkan
12
Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13
Bab 13. Tuduhan
14
Bab 14. Talak
15
Bab 15. Status tidak jelas
16
Bab 16. Ingin bekerja
17
Bab 17. Belajar memasak
18
Bab 18. Kota penuh kejutan
19
Bab 19. Pertolongan
20
Bab 20. Flashback
21
Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22
Bab 22. Bertemu Naina
23
Bab 23. Bertemu Nathan
24
Bab 24. Perasaan Nathan
25
Bab 25. Saingan Cinta
26
Bab 26. Uang nomor satu
27
Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28
Bab 28. Bertemu Mantan
29
Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30
Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31
Bab 31. Identitas Nathan
32
Bab 32. izin Bu Siti
33
Bab 33. Kejujuran Nathan
34
Bab 34. Doaku untuk cintaku
35
Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36
Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37
Bab 37. Menuju pernikahan
38
Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39
Bab 39. Pernikahan
40
Bab 40. Bertemu Wendi
41
Bab 41. Menuju malam indah
42
Bab 42. Malam terindah
43
Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44
Bab 44. Kenangan
45
Bab 45. Menemui Kakek
46
Bab 46. Rencana Desta
47
Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48
Bab 48. Lilis hamil
49
Bab 49. Hasil tes DNA
50
Bab 50. Beruntung memilikimu
51
Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52
Bab 52. Tes DNA
53
Bab 53. Hasilnya ...
54
Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55
Bab 55. Menjadi pria biasa
56
Bab 56. Menjadi pelayan
57
Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58
Bab 58. Jatuh cinta ...
59
Bab 59. Kangen ayah
60
Bab 60. Janji kok malah tidur
61
Bab 61. Nafkah pertama
62
Bab 62. siasat Desta
63
Bab 63. Sombong dibalas sombong
64
Bab 64. Rencana buruk Desta
65
Bab 65. Hanya menciumnya
66
Bab 66. Setuju menikah
67
Bab 67. Kakak Sita, preman?
68
Bab 68. Naina ...dimana
69
Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70
Bab 70. Kecelakaan
71
Bab 71. Menjenguk Desta
72
Bab 72. Buah cinta kita
73
Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74
Bab 74. Lahiran
75
Bab 75. Syukuran
76
Bab 76. Curhatan Sri
77
Bab 77. Menjenguk Kakek
78
Bab 78. Dua hati yang terluka
79
Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80
Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81
Bab 81. Pulang kampung
82
Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83
Bab 83. Hari pertama di kampung
84
Bab 84. Pergi piknik
85
Bab 85. Permintaan mantan mertua
86
Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87
Bab 87. Wahyu hilang
88
Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89
Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90
Bab 90. Lilis berubah
91
Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92
Bab 92. Temuan polisi
93
Bab 93. Akhirnya ketemu
94
Bab 94 Sketsa penculik
95
Bab 95. Bertemu sang penculik
96
Bab 96. Kembali ke Kota
97
Bab 97. Pernikahan Guntur
98
Bab 98. Bukan anggota keluarga
99
Bab 99. Peristirahatan terakhir
100
Bab 100. Keputusan Final
101
Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102
Bab 102. Rencana pindahan
103
Bab 103. Memulai lembaran baru
104
Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105
Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106
Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107
Bab 107. Kembali ke rumah lama
108
Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109
Bab 108. Bertemu Kakek
110
Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111
Bab 110. Akhir Bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!