"Excuse me sir, can i interview you? I want to ask you some questions, only for five minutes?" Diva yang sangat penasaran dengan Dante kemudian berjalan dengan cepat mendekati pria itu saat ia hendak menuju mobilnya setelah beberapa waktu lalu dikelilingi oleh banyak orang yang ingin mencalonkannya menjadi pemimpin di ibukota.
"Sorry?" Dante menatap wajah Diva dengan seksama.
"Oh, let me introduce my self first, my name is Gadiva Anderson, but you can call me Diva. I am from journalism school and this is my ID card" Diva memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan kartu namanya.
"Hemmm,," tanpa menjawab dengan spesifik namun memberi kode tanda setuju.
"Thank you, so can we start now?" wajah gadis itu sangat berseri-seri melihat reaksi Dante yang tidak menolaknya.
"Kau bisa mewawancaraiku dengan bahasamu!" Dante tiba-tiba berbicara dalam bahasa ibu Diva.
"Wahhhh ternyata anda sangat fasih berbicara dalam bahasaku ya?" Diva dibuat terkejut oleh kemampuan Dante dalam menggunakan bahasa ibu yang biasa gadis itu pakai sehari-hari, bahkan aksennya pun sangat persis dengan aksen gadis itu.
"Hemmm,," lagi-lagi tidak menjawab dengan spesifik.
"Aku sangat tidak menyangka, ternyata selain pandai berbahasa Latin dan Inggris, anda juga jago berbicara dalam bahasaku ya?" sangat terkagum-kagum.
"Bisa kita mulai?" pria itu kembali mengarahkan tujuan Diva menemuinya.
"Oh iya maaf, aku malah jadi terdistraksi karena anda begitu keren hehehe" ia benar-benar tidak bisa menutupi rasa kagumnya kepada Dante.
"Jadi??" tatapan Dante begitu tajam, bahkan seperti bisa menembus mata hati Diva.
"Jadi pertama-tama aku ingin bertanya tentang motif anda mencalonkan diri menjadi pemimpin di ibukota?" karena hanya tau bahwa Dante sedang mencalonkan diri menjadi pemimpin ibukota, maka gadis itu pun kemudian mencoba bertanya seputar masalah politik saja.
"Aku tidak pernah mencalonkan diri, usul dan ide itu keluar dari mereka yang mendukungku!" Dante dengan percaya dirinya menjawab.
"Ohhhh, jadi pencalonan datang dari para pendukung ya?" Diva sesungguhnya sudah tau info ini dari Arneta, namun ia berpura-pura tidak tau.
"Oke, kalau begitu kita lanjut kepertanyaan berikutnya, jika nanti akhirnya anda terpilih, program kerja apa yang akan anda lakukan pertama kali?" tanya gadis itu lagi.
"Untuk saat ini saya belum bisa bilang secara spesifik, namun nanti saya akan membuat tim survey yang akan melakukan pendataan lapangan untuk melihat masalah sosial apa saja yang sekarang berkembang dan butuh dicarikan solusinya" jawabnya dengan elegan.
"Jadi anda akan melihat masalah sosialnya dulu ya, baru diputuskan mana yang paling penting, begitu?" memastikan jawabannya.
"Tentu saja, bukankah tujuan menjadi kepala daerah adalah untuk mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir permasalahan sosial yang timbul di masyarakat!?" Dante sangat diplomatis.
"Iya juga ya" Diva mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.
"Oya, maaf tuan, mungkin ini agak sedikit bersifat pribadi dan sensitif, tapi saya sangat tergelitik, mungkin para pendukung anda pun demikian. Kalau boleh tau, kenapa sampai saat ini anda masih terus melajang?" Diva yang tau dari Arneta jika Dante belum menikah lagi setelah istrinya meninggal beberapa tahun lalu, kemudian memberanikan diri untuk bertanya.
"Saya rasa itu tidak ada hubungannya dengan urusan politik, bukankah anda menginterview saya karena masalah politik?" pria itu seperti tidak nyaman dengan pertanyaan dari Diva.
"Emmmm iya sih, tapi siapa tau anda bersedia, kan saya jadi bisa membantu para penggemar wanita anda untuk mengetahui isi hati anda hehehehe" sang calon wartawan itu terkekeh untuk menutupi rasa groginya karena Dante menolak menjawab pertanyaannya.
Cukup lama Diva dan Dante melakukan wawancara perihal politik yang berkembang di negara M. Meskipun awalnya hanya minta waktu lima menit, namun pada faktanya hampir tiga puluh menit mereka berbicara dalam posisi berdiri ditengah kasino.
"Apa masih ada pertanyaan lain?" tidak ingin basa-basi.
"Emmmm tidak, aku rasa cukup, terima kasih sebelumnya tuan untuk waktu yang anda telah berikan kepada saya" Diva menggelengkan kepalanya.
"Oke, kalau begitu" bersiap berjalan menuju mobilnya.
"Eh tunggu tuan, apakah saya bisa minta foto dengan anda sebagai bukti bahwa kita memang pernah melakukan wawancara heheheh" lagi-lagi terkekeh untuk menutupi rasa hatinya yang tegang.
"Baiklah" kemudian berdiri dengan tegap.
"Arneta, tolong!" Diva memanggil temannya untuk mendokumentasikan pertemuan mereka.
Setelah berfoto, kemudian mereka pun berpisah dan kembali ke kegiatan masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Wiji Lestari
Novel ini gak dilanjutin Thor,msh setia menunggu nih
2023-02-23
1
merry yuliana
kak rosie ini dijadiin Hiatus kah?? belum.juga ada hub dekat sm duaan hiks...
2022-10-15
4
evvylamora
Thor, ini kpn ya kelanjutannya?? udh lama banget ga up
2022-10-12
2