Peringatan Dari Senior

"Halo kak Ryan, maaf ya aku terlambat, kakak sudah lama?" Diva menghampiri seorang laki-laki muda yang sedang duduk di cafe dekat kampusnya.

"Tidak kok, aku juga baru sampai" kata laki-laki muda itu yang tidak lain adalah kakak kelasnya yang sudah lulus kuliah dan bekerja di sebuah media ternama di ibukota.

"Kakak sudah pesan makanan?" tanya Diva.

"Belum, aku menunggumu supaya kita pesan bareng" gelengnya.

"Kalau begitu ayo kita pesan sekarang" katanya sambil melambaikan tangan kearah pelayan cafe.

"Silahkan nona, mau pesan apa?" tanya sang pelayan dengan ramah.

"Aku mau pesan ini dan ini" tunjuk Diva kearah gambar makanan dan minuman kesukaannya.

"Kak Ryan mau pesan yang mana?" tanya gadis itu kepada Ryan sang alumni kampus.

"Sama saja denganmu" katanya kemudian sambil tersenyum manis.

"Kalau begitu semuanya dua ya mbak" kata gadis cantik itu kepada pelayan yang sedang mencatat pesanannya.

"Baik nona, silahkan ditunggu ya, akan segera kami siapkan" kata pelayannya sebelum kemudian pamit undur diri.

"Baik, terima kasih" Diva tersenyum ramah.

"Jadi, apa yang bisa aku bantu untukmu?" Ryan yang dihubungi oleh Diva untuk berkonsultasi kemudian memulai percakapan mereka.

"Emmmm gini kak, jadi aku kan sudah akan libur kuliah, nah rencananya aku mau melakukan sebuah perjalanan ke negara M untuk mengumpulkan informasi tentang sindikat narkoba yang ada di sana serta geng mafia yang berperan dibelakangnya. Kemarin aku sudah ngobrol dengan beberapa temanku yang berkewarganegaraan M dan mereka bersedia membantuku untuk meliput ke sana dan mewawancarai pemimpinnya. Nah aku ingin meminta bantuan kakak untuk mengecek draft pertanyaan yang sudah aku buat ini, apakah ada yang terlewat atau mungkin tidak boleh ditanyakan karena sangat sensitif?" jelas gadis itu kepada seniornya.

"Kau mau terbang ke negara M hanya untuk mencari informasi ini?" Ryan ternganga mendengar penjelasan Diva.

"He em" angguknya dengan penuh semangat.

"Apa kau tau kalau rencanamu itu beresiko tinggi? bahkan jurnalis senior pun belum tentu berani mengambil resiko untuk mewawancarai mereka loh!" kata Ryan dengan raut wajah yang serius.

"Aku tau kalau ini sangat beresiko, tapi kalau sampai berhasil, aku yakin ini akan jadi trending topik kak!" meskipun tau ini sangat beresiko, namun Diva tidak gentar sama sekali.

"Apa kedua orang tuamu sudah tau? apa mereka mengijinkannya?" pendapat dan pertanyaan Ryan hampir sama dengan apa yang pernah diucapkan oleh Tessa sahabatnya.

"Belum, mereka belum tau, nanti aku akan meminta ijin kepada mereka dengan alasan aku akan jalan-jalan ke negara M" jawabnya dengan santai.

"Kau itu terlalu berani Diva, seharusnya kau berfikir ulang sebelum melakukan ini, meskipun beritanya mungkin akan menjadi trending topik, tapi keselamatanmu sebagai seorang jurnalis juga perlu dipertimbangkan, apalagi ini adalah kegiatan lepas dan kau tidak terikat oleh media resmi manapun, jadi jika terjadi sesuatu pasti tidak akan ada pihak yang bisa dimintai pertanggung jawaban sama sekali!" Ryan mencoba menasehati Diva.

"Tapi aku sangat penasaran kak" semangatnya sudah tidak bisa dipatahkan sama sekali.

"Kalau begitu, setidaknya jujurlah kepada kedua orang tuamu, supaya mereka mengetahui jejakmu jika nanti terjadi sesuatu yang buruk!" pria itu tidak mau mengambil resiko dengan terlibat didalamnya karena membantu Diva merevisi draft wawancaranya.

"Kakak jangan mendoakan yang buruk-buruk dong!" protes Diva.

"Aku tidak mendoakan yang buruk-buruk, hanya saja dalam setiap tindakan pasti akan ada konsekuensi buruknya, apalagi ini menyangkut mafia narkoba, ditambah lagi kau masih belum begitu berpengalaman!" Ryan berbicara panjang lebar.

"Lalu lihatlah, wajahmu itu sangat cantik, kalau kau sampai salah memilih orang untuk diwawancarai, bukannya mendapat berita yang kau inginkan, bisa jadi malah mereka yang beruntung karena bisa mendapatkanmu sebagai mangsa mereka!" katanya lagi.

"Hufffff baiklah, kalau begitu akan aku pikirkan lagi!" meskipun kecewa karena Ryan tidak setuju dengan rencananya, namun dalam hati kecilnya, Diva tidak akan menyerah begitu saja, ia akan tetap melancarkan niatnya meskipun semua orang menentangnya.

"Permisi, ini pesanannya" pelayan membawakan pesanan mereka.

"Terima kasih" kata Diva setelah meja mereka penuh dengan makanan.

"Sama-sama" angguk pelayannya.

"Ayo dimakan" Ryan kemudian mulai memakan makanannya.

"Iya kak" angguk Diva.

"Kau jangan marah ya, aku bukan menentangmu, hanya saja aku ingin kau berfikir lebih panjang dan melakukannya dengan prosedur yang tepat!" kata Ryan untuk menghibur Diva.

"Iya kak, tenang saja, aku paham kok hehehehe" gadis itu hanya tertawa untuk menutupi rasa kecewanya.

Terpopuler

Comments

RistyAyu

RistyAyu

Biarkan Diva pergi ke negara M , klau Diva ga jd pergi ke negara M , nnti Diva ga jd ketemu sm si Pangeran berkuda putih - Dante Alejandro 😁😍

lanjuuuttt
semangat thor

2022-07-07

5

Unnah_Azzahrah03

Unnah_Azzahrah03

bisa dipastikan kalau Ryan suka ama Diva😂🤣
lanjut Thor 🙉😆😆

2022-07-07

3

Siti Naimah

Siti Naimah

waduhh..diva apa yang akan kau lakukan merupakan pekerjaan resiko tinggi.benar banget nasehat ryan.
tapi rasa penasaran diva mengalahkan segalanya..pasti menegangkan ceritanya..

2022-07-07

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!