Xavier merasa cemas karena putranya tak kunjung kembali dari berburu, padahal hari sudah semakin sore dan mulai gelap.
Sementara itu, ratu Lien juga baru kembali ke dalam istana sesudah puas merenung di taman istana sebelumnya bersama para pelayan untuk menenangkan diri.
"Sayang, kamu sudah puas?" ucap Xavier bertanya dengan wajah cemasnya.
"Iya. Kamu kenapa? Kok kayak cemas gitu? Ada masalah lagi?" tanya ratu Lien penasaran.
"Aku bingung, sampai sekarang An Ming putra kita belum juga kembali. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan dia, ini semua karena kamu sayang! Kenapa kamu kasih izin An Ming buat pergi ke hutan, ha? Apa kamu tidak perduli dengan putra kita itu?" tegas Xavier.
"Kamu bicara apa sih? Aku sama khawatirnya dengan kamu, aku juga gak mau An Ming kenapa-napa! Daripada kita debat sekarang, lebih baik kamu kirim prajurit buat cari putra kita yang pergi ke hutan!" ucap ratu Lien.
"Huh baiklah! Aku setuju dengan usul mu! Kalau begitu sekarang aku temui kepala prajurit dulu, kamu istirahat saja di kamar!" ucap Xavier.
"Iya, aku menang mau ke kamar dan membersihkan tubuhku." kata ratu Lien.
Xavier tersenyum sembari menganggukkan kepala memberi izin bagi Lien untuk pergi ke kamar bersama dua orang pelayan wanitanya.
"Mari ratu!" ucap pelayan itu.
Ratu Lien dan kedua pelayannya pun memasuki kamar, sedangkan Xavier masih tampak heran melihat ketenangan di wajah Lien yang seakan tak cemas sama sekali dengan putra mereka.
"Aku heran sama kamu Lien, kenapa kamu tidak cemas dengan putramu sendiri?" gumamnya.
"Apa jangan-jangan selama ini kamu memang tak menganggap An Ming sebagai putramu?" sambungnya.
Xavier menghela nafas, kemudian pergi menemui kepala prajurit di istana untuk memerintahkan pada mereka mencari keberadaan An Ming saat ini.
•
•
Xi Mei bersama An Ming akhirnya berhasil menemukan keberadaan Wingki serta para prajurit yang sebelumnya mengantar pangeran itu ke hutan.
"Kak, itu dia paman Wingki sama prajurit." An Ming menunjuk ke arah rombongan istana tersebut.
"Ohh jadi mereka yang kamu cari? Syukurlah, ayo kita datangi mereka!" ucap Xi Mei.
"Ayo kak!" ucap An Ming setuju.
Mereka melangkah dengan cepat menghampiri Wingki yang memang masih menunggu kedatangan An Ming disana.
"Tuan, itu dia pangeran An Ming, tuan." ucap salah satu prajurit menunjuk ke arah An Ming.
Wingki pun mengarahkan pandangan ke sosok An Ming, ia tampak tidak suka dengan kemunculan pangeran kecil tersebut dan malah ingin An Ming menghilang saja disana.
"Ah sial! Kenapa dia bisa balik kesini? Padahal saya berharap pangeran itu tersesat di dalam hutan dan tidak bisa kembali," batinnya.
"Paman!" An Ming berteriak menghampiri Wingki dengan kaki terpincang-pincang.
"Aduh pangeran! Kamu darimana aja sih? Paman sama prajurit disini cemas loh sama kamu, kita cariin kamu kemana-mana tapi gak ketemu. Kamu baik-baik aja kan pangeran? Eh itu kakinya kenapa pincang gitu?" ujar Wingki berpura-pura baik.
"Aku tadi kesandung paman pas mau ambil burung ini, makanya kaki aku jadi sakit deh. Terus, aku juga lupa jalan kembali kesini, untungnya ada kakak ini yang mau bantu aku." jawab An Ming.
Wingki mengarahkan pandangan ke arah Xi Mei, tersenyum lalu bergerak mendekatinya.
"Ohh jadi kamu yang sudah menolong pangeran? Terimakasih ya! Kamu akan mendapat bayaran atas apa yang kamu lakukan ini," ucap Wingki.
"Tidak perlu, pak. Saya hanya ingin menolong adek ini tadi, karena dia berteriak minta tolong sambil menangis. Saya juga gak berharap imbalan apapun, saya ikhlas menolongnya." ucap Xi Mei.
"Kamu serius?" tanya Wingki.
"Iya pak, saya serius." jawab Xi Mei.
"Kamu memang berhati mulia! Oh ya, siapa namamu wahai gadis cantik?" ucap Wingki.
"Zhao Xi Mei, pak." ucap Xi Mei tersenyum.
***
Xi Mei kembali ke tempat dia menaruh kuda miliknya yang ia beri nama Moreo itu, namun Xi Mei masih terus memikirkan kejadian tadi saat ia menolong seorang pangeran di hutan.
"Aku gak nyangka bisa ketemu pangeran istana, ternyata dia anak cengeng juga sama kayak aku dulu. Andai aja aku masih tinggal di istana, pasti aku dan dia sudah jadi teman sekarang. Tapi, saat ini derajat ku sama pangeran itu sudah berbeda. Mana mungkin aku bisa temenan sama dia?" batinnya.
Tanpa sadar, Zheng rupanya sudah berada disana. Pria itu langsung menghampiri Xi Mei dan menegurnya.
"Xi Mei!" ucap Zheng menegur gadis itu.
"Ah iya Zheng, kenapa?" ujar Xi Mei terkejut.
"Kamu darimana aja sih? Kenapa lama banget? Aku sampai cemas loh tungguin kamu disini! Kan aku udah bilang, jangan jauh-jauh!" ucap Zheng cemas.
"Kamu kenapa sih? Kok cemas banget begitu sama aku? Aku baik-baik aja kali," ujar Xi Mei.
"Iya aku tahu kamu baik-baik aja, tapi tetap aja aku panik. Soalnya aku kan udah janji sama paman kamu buat jagain kamu, jadi aku harus pastiin kamu gak kenapa-napa!" ucap Zheng.
"Iya iya... yaudah, kamu tenang ya! Gausah cemas begitu lagi! Aku gak kenapa-napa kok, kamu lihat sendiri kan aku baik-baik aja?" ucap Xi Mei.
"Iya Xi Mei, aku lega sekarang. Tapi, buruan kamu mana? Kok kamu balik cuma bawa busur doang sih? Katanya mau berburu," ujar Zheng heran.
"Itu dia, aku tadi sampai lupa berburu gara-gara aku tolongin orang. Dan asal kamu tahu, anak ya aku tolong itu ternyata pangeran istana loh. Tadi aku juga mau dikasih hadiah sama mereka, tapi jelas aku tolak." kata Xi Mei.
"Hah? Kenapa kamu tolak Xi Mei? Padahal hadiahnya kan lumayan, bisa buat traktir aku karena kamu kalah taruhan. Emang kamu lupa kalau kita udah sepakat taruhan tadi?" ujar Zheng.
"Iya juga ya, harusnya aku terima aja hadiah dari mereka!" ucap Xi Mei.
"Nah kan, makanya kamu jangan terlalu baik!" ucap Zheng.
"Ih tapi enggak gitu juga kali, bibik sama mommy aku dulu pernah bilang, katanya aku kalau menolong seseorang itu harus ikhlas dan gak boleh minta imbalan." kata Xi Mei.
"Hahaha... yaudah, kita pulang sekarang aja yuk! Sebentar lagi malam nih, kamu pasti udah dicariin sama paman dan bibik kamu!" ucap Zheng.
"Oh iya, yaudah yuk!" ucap Xi Mei.
Zheng membantu Xi Mei menaiki Moreo dengan cara memegang tangannya.
"Jangan lupa loh traktirannya!" ujar Zheng.
"Iya, tenang aja! Besok di sekolah aku traktir kok," ucap Xi Mei tersenyum.
"Nah cakep!" ucap Zheng mengacungkan jempol.
Mereka pun mengendarai kuda masing-masing dan pergi meninggalkan hutan itu, tentunya Zheng mengantar Xi Mei lebih dulu sebelum pulang ke rumahnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments