7 tahun kemudian...
Sudah bertahun-tahun berlalu, kini putri Xiu pun sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita dan mempesona.
Xiu alias Zhao Xi Mei itu kini telah berusia 14 tahun, dirinya pun sudah semakin terbiasa dengan identitas barunya sebagai warga desa biasa yang selalu membantu Luan berjualan di pasar.
Selain itu, Zhao Xi Mei juga kerap kali membantu Ryu di tempat lelaki itu bekerja. Sembari sesekali dia juga mengikuti gerakan beladiri yang diajarkan Ryu kepada murid-muridnya disana.
Hari ini pun Zhao Xi Mei juga datang ke tempat pelatihan Wushu milik Ryu dengan maksud untuk membawakan makan siang bagi Ryu sesuai perintah dari Luan.
"Xi Mei, kamu suka ya sama gerakan Wushu guru Ryu?" tanya salah seorang murid Ryu disana.
"Eh iya nih." jawab Xi Mei tersenyum tipis.
Memang semenjak Ryu membawa putri Xiu ke tempat itu, dia memiliki banyak teman tambahan seperti salah satunya adalah pria remaja yang bernama Zheng itu.
"Umm... kenapa kamu gak ikutan aja belajar beladiri disini? Guru Ryu itu kan paman kamu, dia pasti mau ajarin kamu." usul Zheng.
"Iya juga ya, tapi bibik Luan selalu larang aku tiap kali aku mau belajar beladiri. Aku juga gak tahu alasannya apa, makanya sampai sekarang aku cuma sekedar suka sama gerakan-gerakan itu. Walau sebenarnya, aku pengen banget bisa belajar Wushu sama kayak kamu!" ucap Xi Mei.
"Oh gitu, yaudah kamu coba aja dulu minta izin sama guru Ryu!" ucap Zheng.
"Kalau gak dibolehin gimana?" tanya Xi Mei.
"Ya kamu sabar aja dulu! Mungkin mereka maunya kamu fokus ke pendidikan di sekolah dulu, karena kamu kan masih 14 tahun. Beda sama aku yang udah masuk usia 17 tahun," jawab Zheng.
"Iya deh, aku coba tanya dulu sama paman Ryu sekarang. Eee aku boleh titip kotak makan ini gak sama kamu? Tapi ingat, jangan dimakan loh! Soalnya ini punya paman Ryu," ucap Xi Mei.
"Iya Xi Mei, aku jagain kok kotak makan itu. Aku juga gak akan makan itu," ucap Zheng.
"Makasih ya Zheng!" ucap Xi Mei sambil tersenyum.
"Sama-sama,"
Xi Mei beranjak dari tempat duduknya, lalu bergerak menghampiri Ryu yang sedang mengajar di depan sana.
Sementara Zheng kini duduk di tempat Xi Mei sebelumnya duduk, memandang ke arah gadis remaja itu sambil tersenyum manis penuh arti.
"Paman!" Xi Mei mendekati Ryu dan langsung menegur pamannya itu.
"Ah iya, ada apa Xi Mei? Paman kan sudah bilang sama kamu, tunggu sebentar disana karena paman masih harus mengajarkan murid-murid paman lebih dulu." tanya Ryu penasaran.
"Maaf paman! Aku cuma mau tanya sama paman, kira-kira aku boleh gak ikut latihan Wushu disini?" ucap Xi Mei penuh harap.
"Ohh kamu tertarik dengan ilmu beladiri ini, Xi Mei?" tanya Ryu pada gadis itu.
"Tentu saja paman, sejak dulu aku sudah tertarik dan ingin mempelajari Wushu. Tapi, paman kan tahu sendiri bibik selalu larang aku." jawab Xi Mei.
"Nah, kamu kan sudah dilarang sama bibik. Lalu, kenapa kamu tanya begitu lagi ke paman?" ujar Ryu.
"Ya siapa tahu jawaban paman beda," ucap Xi Mei.
"Maaf Xi Mei! Untuk kali ini paman tidak bisa mengajarkan kamu, karena paman gak mau ada perdebatan dengan bibik kamu. Tolong kamu paham ya Xi Mei! Sekarang kamu kembali dulu kesana ya!" ucap Ryu.
"Yah paman, padahal aku berharap banget bisa jago Wushu kayak mereka!" ucap Xi Mei kecewa.
Ryu menatap penuh belas kasih ke arah wajah Xi Mei, ia tidak tega melihat Xi Mei bersedih seperti itu. Apalagi tak luput dari ingatannya kalau yang ada di hadapannya saat ini adalah sang putri.
Namun, Ryu tidak bisa melakukan apapun karena permintaan Xi Mei sangat sulit untuk dilakukan olehnya. Luan sudah melarang Xi Mei berkecimpung di dunia beladiri, Luan lebih memilih Xi Mei menjadi anak baik-baik.
•
•
Disisi lain, ratu Lien sedang termenung di belakang istana bersama para pelayannya. Sudah 7 tahun pernikahannya dengan Xavier, dan kini sang ratu sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang usianya menginjak 6 tahun.
Namun, entah mengapa perasaannya sama sekali tak bahagia walau ia sudah memiliki anak dari Xavier. Biar bagaimanapun, ratu Lien tidak bisa tenang kalau belum bertemu dengan putri yang sangat ia cintai itu.
"Mommy!" Lien terkejut saat suara putranya muncul, ia menoleh menatap anak kecil itu sambil tersenyum dan beranjak dari kursinya.
"An Ming, ada apa kamu kesini?" tanya Lien sembari mengusap lembut kepala putranya.
"Aku mau izin sama mommy, aku diajak paman Wingki buat pergi berburu ke hutan. Boleh kan mom? Cuma sebentar aja kok, abis itu aku pulang lagi ke istana." jelas putranya yang bernama An Ming itu.
"Kamu yakin sayang?" tanya Lien memastikan.
"Tentu mom. Aku yakin sekali ingin ikut dengan paman Wingki ke hutan! Usiaku sudah 6 tahun lebih mom, aku mau melihat-lihat dunia luar selain istana ini." jawab An Ming dengan mantap.
"Yasudah, mommy kasih izin buat kamu. Tapi ingat, kamu jangan jauh-jauh dari paman Wingki ya!" ucap ratu Lien memberi izin pada putranya.
"Iya mom, aku pasti nurut sama mommy! Makasih ya mom!" ucap An Ming tampak begitu senang dan langsung memeluk sang ratu dengan erat.
"Sama-sama sayang, hati-hati ya kamu!" ucap Lien.
"Beres mom!" jawab An Ming tersenyum renyah.
Setelahnya, An Ming pun pergi dari sana sembari melambaikan tangan ke arah sang ratu.
Tak lama kemudian, Xavier datang kesana tepat sesaat setelah An Ming pergi. Xavier menatap wajah ratu Lien dengan tatapan jengkel, membuat sang ratu merasa bingung.
"Ada apa yang mulia? Kenapa engkau kelihatan sedang kesal?" tanya ratu Lien dengan lembut.
"Seharusnya kamu tidak kasih izin An Ming buat pergi berburu ke hutan, karena itu sangat berbahaya Lien! Kamu gak punya perasaan apa gimana sih? An Ming itu putra kita, kalau sampai dia kenapa-napa gimana!" ujar Xavier.
"Kamu tidak perlu cemas begitu, yang mulia! An Ming kan dalam pengawasan Wingki, dia pasti baik-baik saja!" ucap ratu Lien tenang.
"Bagaimana kamu bisa setenang ini Lien? Apa kamu tidak memiliki rasa perduli dengan putra kita? Dengar Lien, hutan itu sangat berbahaya untuk anak seusia An Ming!" tegas Xavier.
"Aku tahu Xavier, tapi kita tidak bisa mengurung An Ming terus-terusan di istana! Dia butuh melihat dunia luar, sudahlah kamu tidak perlu cemas begitu!" ucap ratu Lien.
Xavier menggelengkan kepala sembari mengusap wajahnya.
"Terserah kamu!" ujar Xavier kesal.
Pria itu pun berbalik pergi meninggalkan sang ratu disana dengan keadaan kesal.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments