Luan bersama putri Xiu telah sampai di desa yang jauh dari istana Quangzi, Luan sengaja membawa putri Xiu ke desa asalnya agar terhindari dari marabahaya yang bisa menyerang putri kecil itu.
Sebagai seorang abdi kerajaan yang setia, Luan tentunya tak mau jika putri Xiu yang ia asuh dari bayi hingga sekarang itu terluka oleh para penjahat yang menyerang istana.
Mereka pun turun dari kuda yang dikendalikan oleh satu orang kusir kerajaan bernama Mungyi. Kini mereka tiba di desa Azura, tempatnya para pendekar yang nantinya akan mengabdi pada seluruh kerajaan di negeri ini.
"Luan, kita sudah sampai di tempat tujuan. Kamu bisa turun dan bawa putri Xiu sekarang!" ucap Mungyi.
"Terimakasih Mungyi! Lalu, apa yang akan kau lakukan setelahnya?" tanya Luan.
"Dengan segala upayaku, aku akan coba menyelamatkan ratu Lien di istana! Barulah aku kembali kesini bersama sang ratu," jawab Mungyi.
"Berhati-hatilah Mungyi!" ucap Luan.
"Pasti!"
"Paman Mungyi, tolong bantu mommy ya! Aku gak mau mommy kenapa-napa!" ucap putri Xiu.
"Serahkan saja itu kepadaku tuan putri! Sekarang kau bersama bik Luan bisa turun, kalian harus selamatkan diri kalian! Paman akan pergi ke istana untuk menjemput sang ratu," ucap Mungyi.
"Baik paman!" ucap putri Xiu dengan nada pelan, ia sangat mencemaskan ibunya dan khawatir jika sang ibu tak bisa diselamatkan.
"Mari tuan putri!" ucap Luan.
"Iya bik," putri Xiu pun turun dari kereta kuda itu dengan bantuan Luan, mereka berdiam diri sejenak sampai Mungyi benar-benar pergi dari sana, karena putri Xiu ingin memastikan Mungyi bisa segera menolong ibunya di istana.
"Aku pamit Luan! Tuan putri, paman pergi dulu ya? Kamu hati-hati disini!" ucap Mungyi.
"Iya paman, paman juga hati-hati dan jangan lupa bawa mommy kesini ya paman!" ucap putri Xiu.
"Tentu," Mungyi tersenyum sembari menatap wajah putri Xiu dengan belas kasihan, ia tak bisa membayangkan jika putri Xiu harus hidup tanpa sosok ayah dan ibu.
Setelahnya, Mungyi pun pergi bersama kudanya kembali ke istana. Sedangkan putri Xiu bersama Luan bersiap untuk pergi menuju rumah.
"Mari tuan putri, kita ke rumah saya!" ucap Luan.
"Tapi bik, mommy gimana? Aku gak bisa tenang kalau gak sama mommy, aku maunya mommy ada disini bareng kita! Pokoknya mommy harus datang kesini bik!" ucap putri Xiu.
"Sabar ya tuan putri! Sekarang kita sembunyi dulu di rumah bibik, sekalian kita tunggu yang mulia ratu datang kesini. Tuan putri tidak perlu takut, ada bibik yang bakal jagain tuan putri sesuai permintaan sang ratu tadi!" ucap Luan.
"Gak mau bik! Aku mau tunggu disini aja, aku pengen kita ke rumah bareng-bareng sama mommy!" tegas putri Xiu.
"Putri Xiu, kita tunggu ratu Lien di rumah bibik ya? Disini gak aman buat tuan putri!" pinta Luan.
Putri Xiu menggeleng dengan wajah cemberut, ia masih tetap kekeuh tidak mau ikut dengan Luan pulang ke rumah, padahal Luan sudah berulang kali membujuk putri Xiu untuk segera pergi dari sana.
"Aduh! Ini gimana ya cara bujuk putri Xiu?" gumam Luan kebingungan sambil menggaruk kepalanya.
•
•
Di istana Quangzi, kini ratu Lien masih berusaha untuk kabur menghindari kejaran Terizla beserta pasukannya.
Seluruh punggawa istana telah berhasil dilumpuhkan, bahkan para tetua juga ditangkap dan dibawa oleh mereka secara paksa. Tentu saja hal itu membuat sang ratu semakin ketar-ketir.
"Aku harus bisa kabur dari sini! Aku gak boleh tertangkap mereka!" batin ratu Lien.
Ratu Lien pun bergegas pergi menuju pintu keluar istana, namun ia terkejut lantaran disana sudah banyak pasukan Terizla yang berjaga-jaga sehingga ratu Lien tak bisa pergi kemana-mana untuk saat ini dan tetap berdiam diri disana.
"Gawat! Sepertinya mereka sudah menyuruh orang untuk berjaga di sekeliling istana, aku tidak mungkin bisa keluar kalau begini!" batinnya.
Disaat sang ratu berbalik, ia tak sengaja menyenggol salah satu pot dengan sikunya.
Praaangg...
Pot itu pun pecah, ratu Lien reflek menutup mulutnya dan melihat ke sekeliling untuk memastikan apakah ada yang mendengarnya atau tidak.
"Huh syukurlah! Aku harus cepat pergi dari sini!" gumam ratu Lien.
Kali ini ia beruntung karena tak ada yang mendengar suara pecahan pot tadi, sehingga ia bisa melanjutkan langkahnya.
•
•
Terizla dan Alice masih terus menelusuri istana mencari dimana keberadaan ratu Lien, karena hanya sang ratu lah yang belum berhasil mereka temukan keberadaannya hingga saat ini.
"Alice, kita harus cari kemana lagi ratu itu? Sudah hampir seluruh bagian istana kita telusuri, tapi dia tidak kunjung ditemukan!" ujar Terizla frustasi.
"Sabarlah, Terizla!" ucap Alice singkat.
"Sabar sabar, saya sudah tidak punya waktu untuk mencari dia! Sebaiknya kita segera hancurkan saja istana ini, supaya ratu itu ikut mati bersama reruntuhan istananya!" geram Terizla ingin segera menghancurkan istana.
"Jangan!" tiba-tiba saja Xavier bersuara dari belakang mereka.
"Apa maksudmu jangan? Kau ingin membiarkan istana ini berdiri kokoh, iya?" tanya Terizla.
"Tidak, bukan begitu. Aku setuju dengan rencana kau untuk menghancurkan istana ini, tapi aku tidak setuju kalau kau juga ingin membunuh sang ratu!" jelas Xavier.
"Mengapa begitu?" tanya Terizla heran.
"Karena aku masih mencintai ratu Lien, dia milikku sekarang setelah raja Feng Ying mati! Kalau kau menyentuhnya sedikit saja, aku tidak akan segan-segan untuk menghabisi kalian berdua!" ancam Xavier.
"Hahaha, sudah mulai berani kau rupanya mengancam kami ya? Baiklah, akan ku biarkan ratu bodoh itu hidup! Sekarang carilah dia, bawa dia agar bisa terhindar dari reruntuhan istana!" ucap Terizla.
"Tentu saja akan kulakukan!" ucap Xavier dingin tanpa ekspresi.
Terizla serta Alice pun memberi jalan bagi Xavier untuk lewat, pria itu langsung melangkah hendak mencari keberadaan ratu Lien alias mantan kekasihnya.
"Lien, aku tidak akan biarkan mereka menyentuh kamu! Kamu tenang saja, aku akan melindungi kamu Lien!" gumam Xavier dalam hati.
•
•
Ratu Lien masuk kembali ke kamarnya, ia mengunci pintu rapat-rapat dan berdiri di belakang pintu sambil bernafas lega, memejamkan mata lalu perlahan menangis hingga ia terduduk disana memikirkan suaminya.
"Hiks hiks... aku harus bagaimana lagi sekarang? Yang mulia sudah tidak ada, apa aku bisa hidup tanpa yang mulia?" ratu Lien menangis sesenggukan sembari menutupi wajahnya.
Ia teringat pada sosok Xiu, putri kecilnya yang masih berusia 7 tahun itu.
"Xiu, kasihan sekali kamu sayang! Diusia kamu yang masih kecil, kamu sudah harus kehilangan ayah kamu nak! Tapi mommy janji, mommy akan selalu jaga kamu!" ucap ratu Lien.
Sang ratu pun mengusap air matanya, ia mencoba untuk kuat dan bertahan demi putri kecilnya, apalagi saat ini putri Xiu sangat membutuhkan kehadirannya.
Dari arah luar kamar, Xavier yang tengah mencari keberadaan ratu Lien pun melewati kamar tempat ratu bersembunyi.
"Duh, saya harus cari kamu kemana lagi Lien?" gumam Xavier kebingungan.
"Hiksss hiksss...."
Xavier tak sengaja mendengar suara tangis dari dalam kamar itu, ia pun menatap pintu kamar dan penasaran siapa yang ada disana.
"Kayak ada yang nangis," gumamnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Syhr Syhr
wah! sengit nih.
2022-08-24
0
tintakering
kirain si ratu bisa bela diri. kenapa td ga ikut melarikan diri😁
2022-08-13
1
Elisabeth Ratna Susanti
sangat bagus ceritanya 😍
2022-07-11
1