Xi Mei tengah memantau buruannya yang ada di depan mata, ia mengambil posisi dan bersiap menarik busur panahnya.
Namun, Xi Mei kalah cepat dibanding Zheng. Pria itu sudah lebih dulu menancapkan anak panah di tubuh rusa tersebut.
Sontak saja Xi Mei merasa kesal dan menganggap tindakan Zheng adalah curang, karena dialah yang pertama kali melihat rusa itu.
"Ih kamu curang Zheng! Itu kan aku duluan yang lihat, jadi dia punyaku lah!" ujar Xi Mei emosi.
"Ahaha, siapa cepat dia dapat dong Xi Mei. Makanya kamu jangan kelamaan ngukur, jadinya aku rebut deh tuh buruan kamu!" ucap Zheng tertawa lebar.
"Huft, yaudah kali ini aku maafin. Sekarang kita berpencar, supaya kamu gak bisa curang lagi kayak tadi!" ucap Xi Mei.
"Kamu yakin mau berpencar? Emang gak takut kesasar di hutan ini?" tanya Zheng cemas.
"Kamu pikir aku anak kecil? Aku ini udah 14 tahun, aku bisa jaga diri dan gak mungkin nyasar. Kecuali kalau kamu yang takut," jawab Xi Mei.
"Hah? Aku takut? Maaf banget nih ya, tapi aku gak pernah takut sama apapun di dunia ini! Yaudah, kalau emang kamu mau kita berpencar sekarang aku turutin kemauan kamu. Tapi, jangan jauh-jauh ya!" ucap Zheng.
"Oke! Kamu kesana, aku kesana!" pinta Xi Mei menunjuk ke dua arah yang berbeda.
"Iya, tapi kamu hati-hati ya! Aku udah janji sama paman kamu soalnya bakal jagain kamu, kalau kamu kenapa-napa nanti aku yang disalahin!" ucap Zheng.
"Tenang aja! Udah ya, aku pergi duluan." kata Xi Mei langsung pergi begitu saja.
"Eh Xi Mei tunggu!" teriak Zheng.
Namun, Xi Mei tak menggubris itu dan pergi jauh dari Zheng membawa busur panahnya.
Zheng sedikit cemas dengan Xi Mei, ia khawatir gadis itu akan terluka walau ia yakin tak mungkin Xi Mei mudah terluka.
Akhirnya Zheng memutuskan untuk berjalan ke arah yang berbeda dengan Xi Mei, tapi tetap saja Zheng terus memikirkan Xi Mei.
"Huh kira-kira Xi Mei bakal baik-baik aja apa enggak ya?" gumam Zheng.
***
"Toloongg...!! Toloongg...!!!"
An Ming terus berteriak minta tolong karena kakinya terkilir dan sulit untuk digerakkan, ia hanya bisa tergeletak di tanah memegangi kakinya itu.
Namun, sedari tadi ia berteriak belum juga ada orang yang datang membantunya. An Ming pun merasa frustasi dan cemas yang semakin besar.
"Awhh!! Paman Wingki, aku butuh bantuan mu paman! Tolong datang kemari paman!" rintihnya.
An Ming berusaha bangkit dan berjalan untuk mencari dimana keberadaan Wingki serta para prajuritnya, ia menahan rasa sakit pada bagian kakinya sambil juga menenteng burung yang tadi ia dapatkan.
"Aku harus bisa! Mommy bilang aku anak yang kuat, aku pasti bisa pergi dari sini!" tekadnya.
Bruuukkk...
Akan tetapi, An Ming justru terjatuh kembali saat ia hendak melangkah lebih jauh dari hutan tersebut.
"Aaaakkkhh!!" pekiknya kesakitan.
"Hiks hiks... mommy aku mau pulang!" teriaknya.
***
Xi Mei tak sengaja mendengar suara tangisan anak kecil dari tempatnya berdiri saat ini.
Ya gadis itu memang tengah berkeliling mencari buruan selanjutnya, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti lantaran muncul suara tangisan seorang anak di dalam hutan itu.
"Kok kayak ada yang nangis ya? Tapi, mana mungkin sih di hutan kayak gini ada anak kecil?" gumamnya kebingungan.
"Hiks hiks... toloongg...!!"
Lagi-lagi suara itu muncul kembali, Xi Mei semakin penasaran siapakah yang menangis dan berteriak minta tolong itu.
"Tuh kan bener, ada yang nangis disini. Apa aku cari dulu kali ya orangnya?" gumamnya.
"Iya deh, aku khawatir dia kenapa-napa! Apalagi di hutan begini kan bahaya," sambungnya.
Akhirnya Xi Mei memutuskan untuk mencari dimana keberadaan anak kecil yang sedang menangis itu, sejenak ia melupakan niatnya ke hutan untuk berburu karena tidak tega mendengar tangisan anak tersebut.
"Dek, kamu dimana?" teriak Xi Mei.
Xi Mei terus berjalan menyusuri hutan, sampai ia menemukan asal suara tangisan itu berada.
Xi Mei pun mendapati sesosok anak lelaki tengah menangis tersedu-sedu disana sembari memegangi bagian kakinya.
"Ya ampun! Hey dek, kamu gapapa?" ujar Xi Mei yang langsung menghampiri anak itu.
Anak kecil yang tak lain ialah An Ming itu pun mendongakkan kepalanya, menatap Xi Mei dengan mata sembabnya dan kini keduanya saling bertatapan satu sama lain.
"Kakak siapa?" tanya An Ming cemas.
"Eee kamu gak perlu takut dek! Kakak ini orang baik kok, tadi kakak gak sengaja dengar tangisan kamu. Kamu lagi ngapain di hutan sendirian kayak gini? Orang tua kamu mana?" jawab Xi Mei.
"Mommy sama daddy aku ada di istana, kak. Aku tadi kesini mau berburu sama paman Wingki dan prajurit, tapi aku malah kesasar gara-gara ambil burung yang aku panah ini." jelas An Ming.
"Istana? Itu artinya kamu orang istana dong?" tanya Xi Mei kaget.
"Iya kak," jawab An Ming sambil mengangguk.
"Yaudah, biar kakak bantu ya?" ucap Xi Mei.
"Beneran kak?" tanya An Ming.
"Iya dong, masa bohong? Udah yuk, kakak bantuin kamu buat jalan dan cari rombongan kamu!" ucap Xi Mei tersenyum.
"Makasih ya kak!" ucap An Ming merasa senang.
"Sama-sama," ucap Xi Mei singkat.
Xi Mei pun membantu An Ming berdiri, ia menuntun pria kecil itu berjalan mencari para prajurit istana agar dia bisa pulang.
•
•
"Bagaimana? Kau sudah dapat info tentang keberadaan putri dari Lien?" Terizla bertanya pada Alice dengan penuh kecemasan.
"Belum. Entah kenapa aku sulit sekali melacak keberadaan anak itu," jawab Alice.
"Haish, kamu ini bagaimana sih? Katanya kamu hebat dalam melacak segalanya, tapi kenapa hanya menemukan satu orang saja kau tidak bisa! Sudah 7 tahun berlalu, tapi kita masih belum bisa menemukan anak itu! Kita akan berada dalam masalah Alice, kalau sampai anak itu tidak kunjung ditemukan!" ujar Terizla panik.
"Tenanglah Terizla! Aku akan usahakan segala cara untuk bisa menemukan gadis itu, kau tidak perlu panik! Lagipun, belum tentu ramalan itu benar!" ucap Alice menenangkan Terizla.
"Tetap saja, aku tidak bisa tenang kalau belum berhasil menangkap dan membunuh anak itu!" tegas Terizla.
"Baiklah, aku akan terus cari dia!" ucap Alice.
"Itu sudah suatu keharusan! Sekarang ini kita sudah menjadi penguasa di berbagai daerah, jadi kita harus bisa lebih kuat dari siapapun itu!" ucap Terizla dengan lantang.
Alice mengangguk saja, Terizla pun pergi meninggalkan Alice dengan tampang kesal.
"Aku harus bisa temukan gadis itu! Rasanya aku tidak tahan jika terus-terusan dicecar oleh Terizla!" ujar Alice.
Wanita iblis itu pun kembali melakukan pencarian terhadap putri Xiu
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments