Pagi hari ini, putri Xiu terbangun dari tidurnya dengan rasa cemas setelah mengalami mimpi buruk mengenai ibunya alias sang ratu.
Putri Xiu pun terlihat sangat takut dan langsung menangis sejadi-jadinya.
Luan yang tak sengaja mendengar suara tangisan dari dalam kamar Xiu, coba mendekatkan telinganya ke pintu untuk memastikan apakah benar Xiu menangis atau tidak.
Setelah dirasa betul, Luan langsung mengetuk pintu dan coba bertanya mengapa Xiu menangis di pagi hari ini. Akan tetapi, tangisan Xiu justru semakin menguat dan membuat Luan bingung harus melakukan apa.
TOK TOK TOK...
"Non, non Xi Mei! Non baik-baik aja kan? Kenapa non bisa nangis? Jawab bibik dong non!" teriak Luan dari luar kamar.
Tetap tak ada jawaban dari Xiu, gadis kecil itu nampaknya masih terus teringat pada ibunda tercinta yang kini ditahan di istana oleh para penjahat.
Tak lama kemudian, Ryu suami dari Luan pun tiba.
"Luan, apa yang terjadi? Mengapa pagi-pagi begini kamu sudah teriak-teriak begitu?" tanya Ryu sembari mengucek matanya.
"Maaf ya suamiku! Aku sedang cemas dengan nona Xiu, barusan aku dengar dia menangis di dalam kamar. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan dia, soalnya aku tanya juga dia gak mau jawab dan malah terus menangis." jelas Luan.
"Apa? Kalau begitu, kita coba saja buka pintunya dan cek langsung ke dalam!" ujar Ryu.
"Bagaimana? Pintu ini dikunci dari dalam oleh putri Xiu, kita tidak bisa masuk kesana tanpa persetujuan dari tuan putri! Memangnya kamu mau terkena masalah pidana?" ucap Luan.
"Yasudah, berarti sekarang kita hanya tinggal menunggu putri Xiu membuka pintunya. Cepatlah kamu tanyakan lagi kondisi tuan putri! Barangkali, dia mau menjawab mu kali ini!" ucap Ryu.
"Baiklah!" ucap Luan singkat disertai anggukan.
Luan pun kembali berteriak seraya mengetuk pintu kamar Xiu untuk menanyakan kondisi gadis itu.
"Non, buka pintunya dong non, bibik mau bicara!" pinta Luan.
Ceklek..
Luan tersenyum senang ketika mendengar bunyi pintu terbuka, ia melihat Xiu berdiri dibalik pintu dengan mata sembabnya.
"Hiks hiks..." Xiu kembali menangis, membuat Luan serta Ryu keheranan.
"Xi Mei, kamu kenapa nangis begini? Ada yang nyakitin kamu sayang?" tanya Luan sembari berjongkok dan menangkup wajah Xiu.
"Enggak bik. Aku cuma kangen sama mommy, aku tadi mimpi kalau mommy bakalan tinggalin aku untuk selamanya, bik. Aku gak mau itu terjadi, aku pengen sama mommy terus bik!" ucap Xiu.
Luan melirik sekilas ke arah suaminya.
"Tenang ya Xi Mei! Mommy kamu gak mungkin tinggalin kamu kok, semua itu kan cuma mimpi. Kamu gak perlu nangis begini," ucap Ryu.
"Iya sayang, benar yang dibilang paman Ryu barusan. Itu kan cuma mimpi." sahut Luan.
"Tapi bik, mimpi itu serasa nyata buat aku. Aku takut banget semuanya bakal terjadi, dan aku akan kehilangan mommy! Bik, apa kita gak bisa bebasin mommy sekarang? Aku mau mommy ada disini sama kita!" ucap Xiu.
"Belum sayang, sekarang ini mommy kamu masih sulit untuk dibebaskan. Kamu yang sabar dulu ya Xi Mei! Kita yakini saja kalau mommy kamu akan baik-baik aja disana!" ucap Luan.
Xiu mengangguk-angguk dengan mata sembabnya, Luan pun berusaha menghapus air mata di wajah Xiu dengan kedua tangannya sambil terus menenangkan gadis kecil itu.
"Yaudah, kamu pasti lapar kan sayang? Mau makan sama bibik sama paman gak?" tanya Luan.
"Mau bik." Xiu setuju dengan keputusan Luan.
"Nah, kalo gitu yuk kita sama-sama ke meja makan! Disana udah ada Chen juga loh, kamu pengen kan main sama Chen?" ucap Luan.
"Iya bik, aku pengen." jawab Xiu.
Setelahnya, mereka bertiga pun pergi ke meja makan untuk sarapan bersama. Xiu juga sudah mulai bisa ditenangkan, walau ia masih sedih memikirkan ibundanya yang ditahan.
•
•
Singkat cerita, Xiu pergi ke pasar bersama Luan dan juga Chen. Luan sengaja mengajak Xiu jalan-jalan keluar untuk menghilangkan rasa sedih Xiu selepas mereka sarapan tadi, karena hingga kini Xiu masih saja memikirkan ibundanya.
"Xi Mei, kamu nanti di pasar boleh beli apapun kesukaan kamu ya sayang!" ucap Luan.
"Beneran bik? Emangnya di pasar ada apa aja, bik?" tanya Xiu dengan polosnya.
"Ada banyak makanan sayang, semua yang Xi Mei makan sewaktu di istana itu juga dibeli dari pedagang di pasar. Makanya kalau kamu mau sesuatu nanti, bilang aja ke bibik ya!" jawab Luan.
"Oke bik!" Xiu tersenyum renyah sembari mengangkat jarinya membentuk huruf o.
"Bu, terus aku gimana? Aku juga boleh kan beli apapun yang aku mau di pasar nanti?" tanya Chen penuh harap.
"Kalau kamu mah beda sayang, kamu cuma boleh beli satu macam jajanan aja. Uang ibu kan gak cukup kalau buat beli semuanya," jawab Luan.
"Yah ibu..." Chen menunduk cemberut.
"Tenang aja Chen! Nanti aku bakal berbagi jajanan kok sama kamu, jadi kamu bisa ikutan ngerasain yang aku beli deh. Gausah sedih ya Chen!" ucap Xiu tersenyum ke arah Chen.
"Wah kamu baik banget deh Xi Mei! Aku senang bisa temenan sama kamu!" ucap Chen.
Dua gadis manis itu saling berpelukan, membuat Luan ikut terharu melihatnya. Ia senang karena putrinya bisa akrab dengan Xiu sehingga Xiu tidak bersedih lagi memikirkan ibundanya.
Tiba-tiba saja mereka tidak sengaja berpapasan dengan seorang pria ketika hendak menuju pasar, pria itu merupakan salah seorang tetangga Luan yang tentu saja mengenal cukup dekat Luan serta keluarganya.
"Bu Luan, pada mau kemana ini ramai-ramai begini?" ucapnya.
"Eh pak Kodai, ini loh saya mau bawa anak-anak ke pasar. Mereka pada mau jajan sekaligus jalan pagi biar sehat!" jawab Luan sambil tersenyum.
"Oalah, eh omong-omong ini siapa Bu? Saya kok baru lihat dia sekarang? Gak mungkin dong Bu Luan punya anak langsung sebesar ini," tanya pria bernama Kodai itu menunjuk ke arah Xiu.
"Aku Xi Mei, paman." Xiu pun mengenalkan diri sebagai sosok Xi Mei.
"Nah, dia ini keponakan saya yang baru datang dari kota." Luan menyambung ucapan Xiu.
"Wah manis sekali kamu Xi Mei!" Kodai tampak gemas dengan Xiu, ia pun hendak mencolek pipi gadis kecil itu namun dicegah oleh Luan.
"Jangan pak!" ucap Luan spontan.
Tentu saja Kodai merasa heran, karena sikap Luan begitu mencurigakan.
"Kenapa Bu? Saya cuma mau pegang pipinya kok, gak macam-macam. Bu Luan kan sudah kenal dekat dengan saya, mana mungkin saya sakiti gadis kecil seperti dia?" ucap Kodai.
"Eee..." Luan pun terlihat bingung harus menjawab apa, ia berpikir keras agar Kodai tidak curiga.
"Aduh! Gimana ini? Bisa-bisanya aku lupa kalau sekarang putri Xiu sedang menyamar, aku malah bersikap seperti tadi yang tentu aja bikin pak Kodai curiga!" batin Luan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
tintakering
biasa aja luan..
2022-08-16
0
Elisabeth Ratna Susanti
hadir 😍
2022-07-20
0