Ratu Lien tengah murung dan terus-terusan menangis sesenggukan, ia tak bisa memungkiri kesedihan yang ia rasakan saat ini setelah kehilangan sosok suami dalam hidupnya dan juga berpisah dengan sang putri yang ia cintai.
Kini sang ratu ditahan oleh Terizla di penjara bawah tanah istananya sendiri, sungguh miris nasibnya karena hanya ia sendirilah yang ditahan disana. Berbeda dengan tawanan lainnya yang dibawa menuju penjara iblis, ratu Lien justru tetap berada di istananya walau hanya seorang diri.
"Hiks hiks... aku harus melakukan apa sekarang? Tangan dan kakiku dirantai, dan disini juga tidak ada siapapun. Bagaimana caranya aku bisa keluar dari sini dan menemui putri Xiu?" ucap ratu Lien.
Tak lama kemudian, Xavier muncul disana menemuinya. Pria itu berdiri menatap ratu Lien yang sedang menangis menutupi wajahnya pada lutut dan membuat Xavier merasa tidak tega dengan sang ratu, biar bagaimanapun Xavier masih sangat mencintai ratu Lien dan tidak ingin wanitanya itu terluka seperti ini.
"Maafkan aku Lien! Aku tidak bisa menolong kamu sekarang, karena itu terlalu beresiko untuk diriku sendiri!" batin Xavier ikut bersedih.
Lalu, Xavier melangkah maju ke dekat sel dan memanggil sang ratu dengan perlahan.
"Ratu Lien, kenapa kamu menangis seperti itu? Apa kamu tidak suka ditempatkan di penjara seperti ini? Kalau memang iya, aku akan berusaha meminta pada Terizla untuk melepaskan kamu atau memindahkan kamu ke tempat lain!" ujar Xavier.
Ratu Lien pun terkejut, ia mendongak menatap ke arah Xavier disana dengan mata sembab dipenuhi air mata. Sungguh hal itu amat membuat Xavier tidak tega.
"Oh ratu, kau sungguh membuatku bersedih dengan air mata mu itu!" ucap Xavier.
"Untuk apa kamu datang kesini lagi Xavier? Sebaiknya kamu tinggalkan aku sekarang juga, dan jangan pernah temui aku lagi!" pinta ratu Lien.
"Mengapa begitu ratu? Aku datang kesini untuk menjenguk mu, aku ini kasihan loh melihat kamu terus-terusan bersedih seperti itu. Apalagi aku tahu saat ini kamu sudah tidak memiliki siapapun, kamu hanya sendiri. Oleh karena itu, ada baiknya kalau kamu jujur saja dan katakan dimana kamu sembunyikan putri Xiu!" ucap Xavier.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah beritahu dimana anakku berada! Lebih baik aku mati sekarang, daripada harus menyerahkan putriku kepada kalian!" ucap ratu Lien tegas.
"Kenapa kamu begitu egois Lien? Aku sudah peringatkan kamu, tapi kamu tidak mau mendengarnya. Aku ini sayang sama kamu, gak mungkin aku tega melihat Terizla membunuh mu. Sebaiknya kamu serahkan saja putri Xiu pada Terizla, maka kita bisa pergi dari sini dan menjalin hubungan seperti dulu lagi!" ucap Xavier.
"Jangan harap Xavier! Aku tidak akan sudi berhubungan dengan lelaki pengkhianat sepertimu! Kau sudah membunuh suamiku, mana mungkin aku mau bersama kau lagi? Justru aku lebih memilih mati, karena itu lebih baik ketimbang aku harus kembali bersamamu!" ujar ratu Lien.
Xavier tersentak mendengarnya, hatinya cukup sakit dengan apa yang dikatakan ratu Lien barusan.
"Mengapa kamu masih diam disitu? Sana cepat pergi dan jangan ganggu aku! Kamu tidak usah sok perduli dengan aku, karena kamu gak lebih dari seorang penjahat! Aku benci sama kamu Xavier!" ucap ratu Lien emosi.
"Ratu..." Xavier tidak melanjutkan ucapannya, saat seorang prajurit tiba-tiba muncul di dekatnya dengan wajah panik.
"Hey, ada apa? Kenapa kamu terlihat panik begitu?" tanya Xavier pada prajurit itu.
"Begini panglima Xavier, kami menemukan satu orang penyusup di istana. Sepertinya dia adalah salah satu punggawa istana yang belum ditangkap, apa yang harus kami lakukan padanya panglima?" ucap prajurit itu.
"Apa? Dimana kalian melihatnya?" tanya Xavier.
"Disana panglima!" jawab prajurit itu sembari menunjuk ke arah di depannya.
"Baiklah, mari ikuti saya!" pinta Xavier.
Xavier pun pergi bersama prajurit itu menemui sosok yang diduga adalah punggawa istana, sedangkan ratu Lien tampak kebingungan berpikir siapakah yang datang kesana.
"Siapa ya yang dimaksud prajurit tadi? Apa jangan-jangan itu Xiu dan Luan?" gumam ratu Lien merasa cemas pada putrinya.
•
•
Xavier dan prajurit tadi telah tiba di lokasi yang ditunjukkan oleh si prajurit, namun disana tidak ada siapapun kecuali seseorang yang tergeletak lemah dengan lidah menjulur keluar.
"Hey, dimana penyusup nya? Kenapa tidak ada siapa-siapa disini?" ujar Xavier heran.
"Ampun panglima! Saya juga tidak tahu, tapi tadi sebelum saya melapor ke panglima orang itu masih ada disini bersama Zexan." kata prajurit.
"Yasudah, kau tolong saja temanmu ini lebih dulu! Biar aku yang cari dimana penyusup itu!" perintah Xavier.
"Baik panglima!" ucap prajurit itu menurut.
Lalu, si prajurit pun membantu temannya yang tergeletak tersebut dan membawanya ke ruang pengobatan. Sementara Xavier tetap disana coba mencari dimana penyusup itu berada saat ini.
"Sial! Aku tidak boleh kehilangan jejak si penyusup itu, aku harus tangkap dia!" ujar Xavier.
Tak lama kemudian, muncullah Terizla bersama Alice yang penasaran ketika melihat Xavier tampak kebingungan disana.
"Xavier. Sedang apa kau?" ujar Terizla.
"Ah yang mulia. Ini baru saja saya dapat kabar dari salah satu prajurit kita, kalau ada penyusup yang masuk ke istana ini. Makanya sekarang saya lagi coba cari penyusup itu, tapi sepertinya dia sudah melarikan diri yang mulia!" jelas Xavier.
"Apa? Bagaimana bisa ada penyusup yang masuk kesini? Dasar prajurit tidak becus!" geram Terizla.
"Sabar yang mulia! Mungkin saja penyusup itu bukan orang sembarangan, dia tahu seluk beluk istana sehingga dia bisa masuk kesini tanpa ketahuan," ucap Xavier.
"Benar itu. Aku setuju dengan apa yang diucapkan Xavier, kalau begitu kita harus bisa tangkap penyusup itu dengan segera! Karena kalau tidak, pasti dia bisa datang kesini kapanpun dia mau!" ucap Alice.
"Ya, kau cari dan tangkap penyusup itu Xavier! Lalu, kau serahkan dia ke hadapanku agar aku dapat memenggal kepalanya!" titah Terizla.
"Baik yang mulia!" ucap Xavier menurut.
Terizla dan Alice pun pergi dari sana, sedangkan Xavier menggerutu kesal merasa bahwa Terizla terlalu angkuh dan menganggap dirinya sebagai penguasa disana.
•
•
Sementara itu, Mungyi berhasil keluar dari istana setelah mengalahkan seorang prajurit yang tadi menangkapnya. Ia dengan cepat kembali menuju kereta kuda yang ia parkir di luar istana, lalu pergi untuk melapor pada Luan serta putri Xiu.
"Aku harus cepat laporkan semua ini ke Luan! Ratu harus segera diselamatkan!" ucapnya.
Akhirnya Mungyi naik ke atas kereta kuda itu, memacunya cepat meninggalkan istana dan kembali menuju desa tempat tinggal Luan.
Mungyi tak dapat menahan rasa sedihnya ketika mengingat permintaan Xiu padanya, tentu saja karena ia gagal membawa ratu Lien untuk bertemu dengan putri Xiu di rumah Luan.
"Kasihan putri Xiu! Dia pasti sedih banget kalau tahu ratu sudah ditangkap, apalagi dia berharap sekali kalau aku bisa bawa ratu menemuinya! Tapi, saat ini aku malah pergi sendiri!" ujarnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Syhr Syhr
Mudah-mudahan Mungyi bisa membawa ratu kembali...
2022-09-16
1
tintakering
sabar mungyi. cari waktu para penjaga lengah...
2022-08-13
1
Elisabeth Ratna Susanti
makin menarik 👍
2022-07-16
0