Mutiara dan Elena baru tiba di pelataran hotel menjelang senja. Muti meminta Elena untuk segera pulang dan beristirahat, tak perlu mengantarnya sampai ke dalam.
Elena pun setuju, karena dia juga merasa lelah dan ingin mandi secepatnya lalu rebahan.
Sultan yang menunggu kepulangan Muti sejak tadi di lobi hotel sampai ketiduran. Sebenarnya dia bisa saja meminta kunci serep satu lagi kepada pihak hotel, tapi Sultan sengaja tidak mau melakukannya agar Mutia segera pulang.
Muti yang melihat Sultan tidur di sana segera mendekat dan menyentuh lengan Sultan agar terbangun dan melanjutkan tidurnya di kamar.
Sultan terkejut, dengan wajah tidak senang, dia bangkit dan berjalan menuju kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Muti berlari mendahului Sultan lalu membuka pintu dan membiarkan Sultan masuk terlebih dulu.
"Darimana saja kamu! Bukannya pamit kepada suami jika ingin pergi, ini keluyuran sesuka hati!" omel Sultan.
"Maaf Kak, aku jenuh di kamar, jadi aku mengajak Elena jalan-jalan, keliling tempat-tempat yang menyuguhkan kegiatan-kegiatan extream," terang Mutia.
Kemudian dia berkata lagi, "Besok, aku boleh pergi lagi ya Kak, jika Kak Sultan tidak keberatan dan juga ada rencana keluar. Tapi, jika Kak Sultan mau istirahat saja di kamar, ya sudah aku tidak jadi pergi, lain waktu saja aku akan pergi lagi dengan Elena.
Sejenak Sultan terdiam, dia berpikir, barangkali besok Clara belum mau bertemu dengannya. Daripada suntuk seharian di kamar, Sultan akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Mutiara.
"Besok aku ikut!" ucap Sultan hingga membuat Mutia terkejut.
"Serius Kak!" seru Muti yang merasa terkejut dengan berubahnya Sultan.
"Memangnya tidak boleh!"
"Tentu boleh Kak, bahkan aku senang jika Kak Sultan ikut. Sejak kita di sini, tidak sekalipun kita pergi bersama," ucap Muti.
"Aku mau mandi dulu, tolong kamu siapin perlengkapan mandiku dan juga air hangat," perintah Sultan sambil dia membuka sepatunya.
"Baik Kak!" ucap Muti sembari bergegas menyiapkan handuk dan pakaian mandi serta menyiapkan air hangat di bathtub yang dia tetesi dengan minyak aromaterapi.
Setelah selesai, Muti pun menyerahkan handuk kepada suaminya dan bergegas menyiapkan pakaian dalam Sultan beserta piyama tidurnya.
Piyama dan pakaian dalaman Sultan, Muti letakkan di atas tempat tidur, lalu dia memeriksa ponselnya, melihat akun sosmed yang mengomentari foto-foto kegiatan extream yang Muti unggah tadi sore.
Teman-teman Muti berkomentar agar Muti mengunggah foto-fotonya bersama Sultan, tapi Muti hanya membalasnya dengan komentar, bahwa kemesraan hanya miliknya berdua dan tidak mau membuat temannya iri. Teman-teman Muti pun merasa kecewa. Padahal mereka ingin melihat ketampanan Sultan karena saat resepsi tidak semua teman Muti bisa hadir saat itu.
Sebenarnya hati Muti sedih, bulan madunya hanya nama saja, sedikitpun tidak ada kemesraan di dalamnya. Tidak usah foto mesra, jalan bareng dan di sentuh saja belum pernah, padahal waktu bulan madunya sudah hampir habis.
Sembari menunggu Sultan selesai, Muti menelepon ayahnya, dia ingin membicarakan tentang rencananya membawa Elena ke Jakarta.
Ayah Muti baru saja selesai makan malam, saat putri kesayangannya menelepon.
Ayah Danuarta buru-buru mengangkat panggilan tersebut, lalu berkata, "Apa kabar Nak? Ayah pikir, putri ayah sudah lupa dengan kami," ucap Pak Danu.
"Ayah, mana mungkin Muti lupa dengan Ayah dan Ibu, Muti rindu Yah dan rindu masakan Ibu. Masakan ibu lebih enak daripada masakan di sini," ucap Mutiara.
"Oh ya, jika begitu, rencanakan bulan madu lagi, biar ibu ikut! khusus untuk menyiapkan makanan enak buat kalian, agar kami bisa segera mendapatkan cucu," sahut Ibu yang nongol di belakang Ayah.
"Aku mau saja jalan-jalan Bu, tapi Kak Sultan sudah pasti tidak bisa, tahulah pebisnis, seperti Ayah! Mana mungkin pekerjaannya, bisa di tinggal lama-lama. Saat ini saja, Kak Sultan sering keluar mengurus bisnisnya," ucap Muti keceplosan.
Muti lupa, jika hal itu harusnya tidak boleh orangtuanya sampai tahu, begitu juga dengan orangtua Sultan. Tapi apa boleh buat, Muti sudah terlanjur keceplosan, mudah-mudahan si Ayah tidak menyimak perkataannya tadi.
Ayah Muti terdiam, dia merasa pasti ada yang tidak beres di sana, lalu dia bertanya, "Sultan mana Nak? Ayah ingin bicara dengan dia," ucap Pak Danu.
"Kak Sultan sedang mandi Yah, tubuhnya lelah, jadi tadi, aku siapin air hangat untuk berendam, biar lelah Kak Sultan cepat hilang," jawab Muti.
"Kamu diperlakukan dengan baik 'kan Nak? Kamu bahagia di sana?" selidik Ayah.
"Aku bahagia Yah, Kak Sultan memperlakukan aku dengan baik dan dia sayang sama Muti. Pokoknya Ayah dan Ibu jangan khawatir, rumahtangga kami baik-baik saja dan kami bahagia di sini," ucap Muti sambil tersenyum untuk menutupi kebohongannya.
Ayah Danu merasa ada yang Muti tutupi, dia sangat kenal putrinya. Mutiara tidak akan pernah mengeluhkan masalahnya kepada orangtua.
Sebelum Ayah Danu bertanya macam-macam lagi tentang pernikahannya, Muti buru-buru mengalihkan pembicaraan.
"Yah, Muti boleh minta sesuatu?" tanya Muti dengan wajah serius.
"Minta apa Nak, ayo katakan! Jika Ayah sanggup, pasti ayah kabulkan. Apabila tidak, ayah akan persiapkan dulu sebelum mengabulkannya," ucap Ayah Danu.
"Begini lho Yah, Muti punya sahabat yang tidak memiliki siapapun lagi, baik ayah, ibu maupun saudara. Dia hidup sebatang kara, keluarganya semua sudah meninggal," cerita Muti.
Kemudian dia meminta, "Jika ayah tidak keberatan, berilah Elena pekerjaan di kantor Ayah dan anggaplah dia sebagai putri ayah. Aku mohon Yah, izinkan dia tinggal di rumah kita, biar menempati kamarku."
Sejenak Ayah Danu terdiam, dia memandang Ibu, meminta persetujuan beliau. Setelah ibu mengangguk, ayah pun berkata, "Kamu yakin, dia gadis baik Nak?" tanya Ayah sebelum memberi keputusan.
"Aku yakin Yah, Elena gadis dan sahabat Yanng baik." ucap Mutia.
"Karena Ibu kamu setuju dan kamu yakin jika dia gadis baik, ayahpun setuju," jawab Ayah Danu.
"Terimakasih ya Yah, nanti aku sampaikan ke Elena. Ayah dan ibu pasti bakal sayang dengan Elena jika sudah bertemu. Insyaallah, dia akan pulang bersama kami beberapa hari lagi," ucap Muti senang.
Tuan Danu senang, putrinya mendapatkan teman di Bali. Beliau berharap, Elena bisa menjaga Mutiara dan memberikan informasi tentang keadaan rumah tangganya. Jika memang Elena teman baik bagi Muti, dia pasti tahu apapun yang terjadi pada Mutiara, baik di Bali maupun di Jakarta nanti.
Setelah Muti mengakhiri panggilan teleponnya, Ayah Danu meminta sang istri agar besok membereskan kamar Mutiara karena putri baru mereka akan segera sampai beberapa hari lagi.
Ibu senang, beliau jadi punya teman lagi. Jika Ayah dan kedua putranya sedang ada tugas di luar kota, beliau pasti tidak akan merasa kesepian karena ada Elena di sana.
Ayah dan Ibu Muti sepakat, akan menyayangi Elena seperti putri mereka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
MJ
Jijai bgt sama laki modelan gini. Abis merawani org malah nuduh2 keluyuran. Haffttt
2023-04-30
0
Fitrizar Dalimunthe
semoga elena membocot kan suami gala perlakuan sutan pada muti selama di bali
2022-07-16
1