Clara mendorong Sultan, tapi Sultan tidak mau melepaskannya. Dia mencengkeram baru Clara dan terus menciumnya hingga Clara kesulitan bernafas.
Biasanya Clara yang selalu memancing hasrat Sultan, tapi ketika Sultan mulai tergoda, Clara selalu menghentikannya.
Kali ini Sultan sudah dibutakan oleh kecemburuan dan kemarahan, dia tidak peduli lagi walau Clara meronta dan memohon. Daripada orang lain yang nanti bakal menikmati tubuh Clara, lebih baik dia dahulu yang menikmatinya.
Ketika melihat Clara hampir kehabisan nafas, Sultan pun menghentikan ciumannya. Dia memberi kesempatan kepada Clara untuk menghirup oksigen.
Sultan mengunci pintu kamar Clara, lalu menyimpan kunci tersebut ke dalam saku celananya. Kali ini Clara sangat ketakutan dan dia berkata sambil memohon, "Lepaskan aku Kak! Tolong lepaskan! Aku mencintai kakak dan aku tahu kakak juga mencintaiku. Tapi, sekarang belum saatnya. Jika kita sudah menikah, aku akan memberikan semuanya ke Kak Sultan. Aku janji Kak!" ucap Clara sambil mengatupkan kedua tangannya.
Sultan tidak menanggapi ucapan Clara, karena dia pernah menawarkan pernikahan tapi Clara masih juga mengulur dengan alasan belum siap dan tunggu waktunya. Jadi untuk apa selalu memberi harapan, tapi akhirnya seperti mempermainkan.
Cinta telah membutakan Sultan, buta akan permainan Clara. Sultan sudah bertekad, hari ini juga Clara harus menjadi milik Sultan seutuhnya.
Sultan kembali mendekat, menarik Clara secara paksa, memegang belakang kepalanya, lalu mendaratkan secara paksa ciuman di bibir Clara.
Mata Sultan yang sudah berkabut, membuat dirinya semakin agresif. Dengan sekali tarik baju tidur tipis yang dikenakan oleh Clara pun robek hingga menampakkan kemulusan tubuhnya. Saat ini yang tinggal hanya pakaian dalam bagian bawahnya saja.
Clara histeris, tapi mulutnya langsung di bungkam oleh Sultan dengan ciumannya lagi. Tangan Sultan sudah menjelajah ke bagian-bagian penting milik Clara, hingga gadis itu menggeliat dan mendesah. Jeritannya tiada berguna lagi, hingga akhirnya Clara pun menyerah dengan permainan yang dilakukan oleh Sultan.
Bak kata pepatah, senjata makan tuan, itulah yang terjadi saat ini pada Clara. Pancingannya selama ini telah berhasil membuat Sultan tunduk dan bersedia memberikan apapun yang dia minta, tapi Clara tidak pernah menyangka jika harus kehilangan keperawanan sebagai imbalannya.
Padahal selama ini niat Clara hanya ingin memperalat Sultan, memanfaatkan ke care-annya untuk menghabiskan harta milik Sultan, tanpa adanya embel-embel pernikahan.
Siang ini Sultan berhasil merenggut keperawanan gadis itu, dia tidak menyesal karena tujuan Sultan memang ingin memperistri Clara dan menjauhkan Clara dari pandangan pria lain.
Suka atau tidak, Clara sekarang sudah menjadi milik Sultan. Namun untuk saat ini, Clara tetap pada pendiriannya, belum menginginkan pernikahan. Clara masih ingin hidup bebas, bersenang-senang pergi kemanapun dan bersama siapapun yang dia suka.
Sultan mendekap Clara yang sedang terisak dan dia berjanji akan memenuhi semua yang Clara minta, termasuk jika dia menginginkan dirinya menceraikan Mutia.
Tapi bukan itu yang Clara mau, dia tahu, jika Sultan sampai menceraikan Mutia sekarang, pasti Sultan akan menjadi gembel, sebelum Clara mencapai tujuannya.
Karena orangtua keduanya pasti tidak akan membiarkan perceraian itu terjadi dengan mudah.
Melihat Clara hanya diam, Sultan kembali bertanya, "Bagaimana Yang? apa kamu mau menikah denganku?" tanya Sultan.
"Nanti saja, hal itu kita bahas. Saat ini, aku hanya ingin sendiri, jadi pulanglah Kak!" pinta Clara.
"Baiklah! Jika nanti ada yang kamu inginkan, beritahu saja aku. Aku bersedia melakukan apapun asal kamu bahagia. Aku minta maaf ya, atas perbuatanku tadi, aku cemburu! Dan aku tidak ingin siapapun menikmati kemolekanmu. Dirimu hanya milikku sampai kapanpun dan tolong jagalah ini semua hanya untukku," ucap Sultan sambil menyelimuti tubuh Clara yang saat ini tidak memakai sehelai benangpun.
Sebenarnya Sultan masih kecewa dengan Clara, kenapa Clara masih juga menolak menikah dengannya, padahal maksud Sultan melakukan hal itu, agar bisa memaksa Clara untuk menjadi istrinya.
Walau bagaimanapun Sultan adalah pria dewasa yang membutuhkan kehangatan dan kasih sayang seorang wanita dalam kesehariannya.
Sultan mendesah, lalu mengecup kening Clara dan pamit pulang ke hotel. Setibanya di hotel, dia merasa kesal saat mendapati kamarnya terkunci, sementara Sultan tidak sengaja meninggalkan kuncinya di dalam kamar.
Sebagai imbas kemarahannya Sultan menelepon Mutiara, memintanya agar cepat kembali. Sultan juga marah, kenapa Mutia pergi, padahal Muti baru keluar dari rumah sakit.
Mutiara yang takut dengan kemarahan Sultan, segera mengajak Elena pulang, memang seharusnya dia tidak keluar kamar sebelum dirinya pulih.
"El, ayo kita pulang! Sultan sudah sampai dan dia tidak membawa kunci kamar. Kasihan, jika dia harus menunggu ku terlalu lama di luar," ajak Muti.
"Iya Mbak, tapi bagaimana dengan rencana kita? Apa kita cari apotek dulu atau lanjut pulang Mbak?" tanya Elena.
"Pulang saja El! Mengebai obat itu, kamu saja yang cari, karena aku belum yakin bisa melakukannya El, kasihan rasanya jika melihat Kak Sultan sampai sakit," ucap Muti.
"Mbak...Mbak, kamu belum tahu saja, jika suamimu sangat tega terhadapmu. Andai kamu tahu Mbak, ada wanita lain yang siap mengambilnya dari sisimu, apa kamu masih mau sebaik ini terhadapnya, batin Elena sambil menggelengkan kepala.
"Kamu kenapa El?" tanya Muti.
"Nggak ada Mbak, hanya kepalaku rada puyeng melihat atraksi extream tadi," jawab Muti.
"Besok, jika Kak Sultan masih keluar juga, ajak aku ketempat yang lebih extream lagi ya dan dua hari sebelum kepulangan kami, aku ingin kamu mengantarku ke pusat penjualan oleh-oleh yang ada di sini," ucap Mutiara.
"Siap Mbak! Aku siap mengantar Mbak Muti, kemanapun Mbak Muti mau."
"Oh ya El, jika kamu tidak keberatan, ikut aku yuk ke Jakarta, toh kamu di sini tidak punya keluarga," ajak Muti.
"Oalah Mbak, mau kerja apa aku di sana, dan biaya kost pasti mahal, darimana aku membayarnya jika tidak punya pekerjaan," jawab Elena.
"Kamu jangan khawatir soal itu, nanti aku telepon ayah, agar memberimu pekerjaan di kantornya dan kamu bisa tinggal di rumah orangtuaku, menempati bekas kamarku, jika kamu mau. Mereka pasti senang menerimamu El, karena cuma aku anak perempuan mereka. Aku yakin mereka tidak akan keberatan. Aku juga sangat senang jika kamu bersedia ikut, kita bisa jadi teman seperti ini selamanya," ucap Mutiara.
"Memang sih, sejak dulu aku ingin melihat kota Jakarta yang kata orang-orang sangat megah dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Tapi coba, aku pikirkan dulu ya Mbak, apa aku sanggup meninggalkan kota ini yang penuh dengan kenangan keluargaku," jawab Elena.
"Baiklah El, jika sudah ada keputusan, cepat beritahu aku, agar kita bisa pesan tiket pesawat, siapa tahu bisa mendapatkan jam penerbangan yang sama dengan kami, walau mungkin tidak mendapatkan bangku yang berdekatan," ucap Mutia.
"Terimakasih sekali lagi atas tawarannya. Aku jadi merasa memiliki keluarga lagi, setelah mengenal mbak Muti," ucap Elena sambil tersenyum.
Apakah rencana ingin membuat Sultan sakit jadi Mutiara lakukan? Dan apakah Elena mau menerima tawaran Muti untuk pindah ke Jakarta?
Ikuti terus kisahnya ya sobat dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara follow akun ku, favorit karya ini, vote, like dan komen yang membangun ya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Marwah
dasar sultan punya istridi anggurin malah main di luar
2022-12-31
0
fajar indarti
jangan² elena mantan salah satu dari kakaknya mutia 😬
2022-10-16
2
ratu adil
wah clara msh perwan.beruntung e sultan
2022-08-14
1