Sejak kunjungan Pak Hendrawan hari itu ke rumah Danuarta, kedua keluarga sudah putuskan perjodohan antara Mutia dan Sultan.
Pak Hendrawan tidak ingin berlama-lama, dia tetap mengatur pinangan walaupun putranya tidak setuju.
Menurutnya gadis seperti mutiara jauh lebih baik ketimbang gadis yang saat ini menjadi pacar Sultan.
Tanpa sepengetahuan Sultan, ternyata Pak Hendrawan telah mencari informasi tentang pergaulan putranya di luar. Sultan berpacaran dengan seorang gadis bernama Clara yang hanya memanfaatkan ke royalan laki-laki untuk memenuhi gengsi pergaulannya.
Pak Hendrawan yakin mutiara bisa menjadi menantu dan istri yang baik bagi Sultan makanya beliau bersikeras secepatnya menikahkan keduanya.
Sultan akhirnya tidak bisa menolak karena sang Papa mengancam akan membekukan semua subsidinya dan perusahaan akan diserahkan kepada adik Sultan yang saat ini sedang berada di Inggris.
Hendrawan juga sudah memberitahu sang Ibu agar tidak memberikan apapun kepada Sultan cucunya, selama dia masih berhubungan dengan Clara.
Sementara Danuarta menekankan kepada Mutia bahwa Sultan pasti bisa jadi suami yang baik. Penjelasan Mutia tentang sikap Sultan saat pertama kali mereka bertemu, tidak menjadi bahan pertimbangan bagi Pak Danu.
Danuarta hanya memandang sahabatnya itu orang baik dan pastinya anak-anak Hendrawan juga baik serta bertanggungjawab seperti papanya. Karena Danu bercermin pada keluarganya sendiri, kedua putra dan putrinya tumbuh menjadi anak-anak yang baik pula.
Pernikahan pun akhirnya di langsungkan, kini Mutia dan Sultan telah sah menjadi suami istri.
Selesai resepsi di gelar, keduanya langsung berangkat bulan madu sesuai yang sudah di atur oleh Hendrawan.
Hendrawan telah membooking tiket dan akomodasi untuk perjalanan ke Bali selama dua minggu. Dari sinilah perjalanan pahit rumah tangga Mutia di mulai.
Mutia dan Sultan saat ini sudah sampai di Bandara, mereka sudah check-in keberangkatan dan siap naik ke pesawat tujuan Bali.
Sultan yang memang bete sejak acara resepsi, begitu melihat Mutia sibuk dengan ponsel yang berdering terus, lalu berkata, "Kalau mau urusi telepon terus, silahkan di sini saja! Aku berangkat sendiri!" ucap Sultan ketus.
Muti buru-buru menyimpan ponselnya, lalu dia mengejar Sultan yang sudah naik ke dalam pesawat. Mutiara yang belum pernah sekalipun naik pesawat, wajahnya pucat, dia sebenarnya takut dengan ketinggian, tapi mau tidak mau harus memberanikan diri demi pernikahannya.
Para penumpang sudah mengenakan sabuk pengaman, kecuali mutia. Dia duduk di bangkunya dengan mata terpejam dan tubuh gemetar. Sultan yang melihat hal itu tersenyum mengejek.
"Makanya kalau takut naik pesawat, kenapa tidak minta dibatalkan saja perjalanan ini!" ucap Sultan.
Muti membuka matanya, dia hanya menyeringai malu bersamaan dengan datangnya pramugari yang memintanya untuk memasang sabuk pengaman.
Sultan kemudian berkata lagi, "Cepat kamu pasang! Buat malu saja!"
Muti tidak menjawab, lalu dia memasang sabuk pengaman tersebut. Saat pramugari mengumumkan bahwa pesawat mereka akan segera tinggal landas, wajah Muti semakin pucat.
Dia memejamkan matanya kembali dan Muti merasa, mual, hendak muntah, lelah, badannya panas dingin, berkeringat dan sakit kepala alias pusing.
Pramugari yang melihat hal itupun bertanya, "Maaf Nona, apakah Anda saat ini sedang sakit?"
"Tidak Mbak, hanya takut. Baru kali ini saya naik pesawat Mbak," ucap Muti.
"Oh begitu ya, Mas nya barangkali bawa persediaan obat anti mual atau permen?"
"Maaf Mbak, saya tidak membawanya, siapa suruh dia tidak membawa persiapan, sekarang biar dia rasakan sendiri akibatnya," ucap Sultan cuek, hingga membuat pramugari iba terhadap Muti.
"Sebentar ya Mbak, saya akan segera kembali," ucap sang pramugari.
Muti merasakan kepalanya sangat pusing, tapi dia tidak mau mengeluh sedikitpun di hadapan Sultan yang malah akan mendapatkan cemoohan dari suaminya itu.
Tak lama, pramugari pun kembali dengan membawa obat anti mual, segelas air minum juga beberapa buah permen rasa mint.
Mbak, silahkan diminum dulu obatnya," ucap pramugari sambil menyodorkan obat serta air minum itu ke hadapan Muti.
"Terimakasih Mbak," ucap Muti.
Kemudian dia meminum obat tersebut, lalu mengunyah permen rasa mint yang di berikan oleh pramugari tadi.
Muti berusaha untuk tidur supaya rasa pusing di kepalanya hilang. Akhirnya diapun tertidur, Muti terbangun saat seseorang membangunkannya.
Ternyata pramugari yang memberinya obat tadi mengatakan bahwa pesawat mereka telah mendarat dan para penumpang sudah turun dari pesawat, yang tinggal di sana hanya dirinya.
Muti sangat terkejut, kenapa dia begitu lelap tidur hingga tadi tidak mendengar aba-aba bahwa pesawat akan mendarat.
"Maaf Mbak, saya ketiduran setelah minum obat, saya akan segera turun," ucap Mutia.
Mutia tidak melihat Sultan, dia keluar dari pesawat dibantu oleh Mbak pramugari. Di tempat kedatangan pesawat, ternyata telah menunggu seorang tour guide yang menjemput mereka. Namun Muti tidak melihat suaminya ada di sana.
Tour guide tersebut membawa foto Muti jadi dia langsung mengenalinya.
"Mbak Muti, ayo silahkan ikut Saya," ucap tour guide tersebut yang kebetulan seorang wanita.
"Iya Mbak, aku Mutiara. Mbak siapa kok mengenalku?" tanya Muti.
"Kenalkan, namaku Elena, aku yang akan bertugas membawa Mbak dan suami berkeliling Bali," ucap Elena hingga menyadarkan Muti, diapun celingukan mencari keberadaan Sultan.
"Maaf, apakah Mbak Elena melihat suami saya?" tanya Muti malu.
"Tuan Sultan sudah pergi ke penginapan duluan bersama temannya dan beliau mengatakan bahwa Saya harus mengantar Mbak ke sana," ucap Elena.
"Oh, ya sudah. Terimakasih Mbak Elena, ayo kita langsung saja ke penginapan," ajak Muti.
Kemudian Elena membantu membawakan koper Muti menuju parkiran, sebuah mobil Alphard terparkir di sana, lalu Elena mempersilakan Muti masuk setelah dia memasukkan koper tersebut ke dalam bagasi.
Elena mengemudikan mobil itu dengan mahir hingga membuat Muti kagum.
Ayah Muti memang memiliki mobil tapi Muti tidak pernah berkeinginan untuk belajar nyetir. Padahal seringkali Pak Danu meminta Muti untuk kursus menyetir agar dirinya pergi kemanapun tidak perlu naik angkot. Bahkan hanya sekedar naik motor pun Mutia tidak berani.
"Mbak, kita sudah sampai! Mari saya antar Mbak Muti ke kamar biar bisa beristirahat," ucap Elena.
Kemudian Elena menemui bagian yang melayani tamu untuk meminta kunci kamar yang sudah di booking oleh keluarga Hendrawan. Setelah menerima kuncinya, Elena pun mengantar Muti sesuai dengan nomor kamar yang tertulis di kunci tersebut.
Ternyata kamar Muti ada di lantai dua dan menghadap ke pantai. Pemandangan terlihat sangat indah dari jendela kamar tersebut.
Setelah mengantarkan Muti, Elena hendak pergi dan berjanji besok pagi akan menemani Muti kemanapun hendak pergi.
Muti yang sendirian di sana pun merasa takut, lalu dia meminta Elena untuk menemaninya dulu sampai Sultan datang.
Kemanakah Sultan pergi dan dengan siapa dia pergi? ikuti dalam episode berikutnya ya sobat.🙏😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Dian Agustin
mosok horang kaya kok polosx kebangetan kak thor,, sampai segitux naik pesawat. Aku ja orang kere tp sering bolak-balik Makassar-Semarang naik pswt. Anehx jaman sekarang liat kelihaian Elena nyetir sampai terkagum", pdhl kan dia anakx horang kaya 😁😁✌️
2022-12-26
1
Yunerty Blessa
jahat sekali sultan
2022-11-23
0
RATNA RACHMAN
Sultan jahat...😡😡😡tega banget ninggalin..Mutia...
2022-11-18
0