"Dasar, bukannya membangunkan suami, malah pergi dengan pria lain. Sebenarnya apa maksudnya! Apa dia mau permalukan aku di hotel ini! Dasar istri tidak berguna!" monolog Mahen setelah kepergian pelayan yang memberitahukan kabar tersebut.
Sultan bergegas mandi, lalu bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit. Dengan menggunakan kenderaan fasilitas hotel, diapun pergi dengan perasaan marah.
Sesampainya di rumah sakit, Sultan segera menemui bagian pelayanan tamu, dia menanyakan di kamar mana istrinya di rawat.
Petugas pun memberitahukan bahwa pasien atas nama Mutiara di rawat di ruang VIP Anggrek.
Bukannya langsung menuju ke ruangan, Sultan malah ingin mengorek keterangan, kenapa istrinya bisa di rawat di sana tanpa menyertakan surat menyurat identitas diri dan membayar uang muka sebagai DP untuk biaya administrasi perawatan.
Petugas pun menjelaskan, bahwa perawatan Muti telah di jamin dan ditanggung oleh Tuan Adam, jadi tidak ada alasan bagi mereka untuk menolaknya.
"Oh, ternyata laki-laki itu yang membayar semua, Sebenarnya mereka ada hubungan apa dan kenapa orang asing bersedia menanggung dan membayar semua biaya perawatannya. Sebenarnya siapa dan dimana Muti mengenal Adam. Jangan-jangan dia membodohiku dan selingkuh di belakangku!" monolog Sultan sambil berjalan menuju ruang rawat Mutia.
Sementara Mutia yang saat ini sudah terbangun, dia ingin ke toilet untuk membersihkan diri dan berwudhu. Tapi dia merasa kesulitan dengan selang infus yang masih terpasang di tangannya.
Adam yang melihat hal itu langsung bangkit dan membantunya, "Mbak mau kemana?" tanya Adam.
"Aku mau ke toilet Mas, aku mau berwudhu, waktu subuh sudah hampir habis karena aku telat bangun," ucap Mutia.
"Maaf ya Mbak Muti, aku tadi ragu membangunkan Mbak. Sebentar biar aku bantu, tapi jika Mbak Muti merasa susah sebaiknya tayammum saja Mbak, sebagai pengganti wudhu," saran Adam.
"Bisa kok Mas, pelan-pelan pasti bisa!" ucap Muti.
Adam membantu membawakan tiang gantungan infus ke dalam toilet, setelah Muti masuk dan di rasa aman buat posisi Muti untuk berwudhu, Adam pun ke luar dan menutup pintu. Dia menunggu Mutia selesai di depan pintu toilet.
Saat itu Sultan masuk, tanpa mengucap salam atau menegur sapa, dia berkata dengan lantang, "Di mana istriku!"
Adam yang mendengar suara itu menoleh dan tersentak, "Oh, ternyata kamu toh suaminya?" tanya Adam.
"Ngapain kamu di sini! Jadi Adam itu kamu! Sekarang mana istriku!" teriak Sultan.
Mutiara yang sudah selesai berwudhu pun keluar, dia terkejut melihat suaminya sudah di depan pintu toilet sambil membentak Adam.
"Kenapa kamu malah pergi kesini dengan dia?" tanya Sultan sambil menunjuk Adam.
"Tenang Kak, kakak jangan marah-marah, izinkan aku sholat dulu karena waktu subuh hampir habis, nanti setelah itu baru aku jelaskan," pinta Muti sambil berjalan ke arah tempat tidur pasien.
Sultan kemudian berkata lagi, "Halah! Sok suci kamu, alasan sholat segala. Untuk apa kamu sholat jika tengah malam keluar dengan laki-laki lain! Apalagi dia itu musuhku!" ucap Sultan sambil mengibaskan tangannya hingga menyenggol besi penyanggah infus di tangan Muti.
Besi penyanggah itupun terguling ke lantai hingga menimbulkan suara nyaring dan membuat selang infus di tangan Mutia pun tertarik.
"Aduh," ucap Mutia.
Adam yang melihat itu langsung mendekati Mutia dan melihat jarum infus di tangan Muti sudah tidak pada tempatnya serta dia melihat darah keluar di sana.
"Suami macam apa kamu! Lihat, tangan istrimu berdarah. Seharusnya kamu bersyukur mendapatkan istri seperti dia, walau dalam keadaan sakit, masih ingat untuk beribadah!" bentak Adam lalu pergi sambil berkata lagi, "Sebentar Mbak biar aku panggilkan perawat agar membenarkan selang infus itu dulu, sebelum Mbak sholat."
Adam setengah berlari keluar dari ruangan itu untuk memanggil perawat sedangkan Sultan dengan egoisnya masih ingin membahas kenapa Mutia bisa pergi dengan Adam ke rumah sakit.
"Kamu kenapa pergi ke sini dengannya? Kamu tahu siapa dia! Dia itu licik, dia pesaing bisnisku. Pasti dia akan memperalatmu untuk menghancurkan ku!" ucap Sutan.
Kemudian dia berkata lagi, "Kamu juga sebagai istri, terlalu murahan, tengah malam pergi dengan laki-laki lain bukannya membangunkan ku, atau jangan-jangan kalian memang ada hubungan! Dan kalian sekongkol untuk mempermalukan serta menjatuhkan aku!" ucap Sultan.
Muti tetap sabar mendengar ocehan dan cemoohan suaminya, dia hanya berkata, "Kakak jangan terlalu berburuk sangka terhadap orang lain. Sabar Kak! Nanti aku akan jelaskan semuanya selesai sholat."
Sultan akan berbicara lagi, tapi keburu Adam dan perawat muncul di depan pintu. Kemudian perawat bertanya, "Apa yang terjadi Mbak, kenapa tangan Mbak Muti sampai mengeluarkan darah. Aduh Mbak! tolong, jangan banyak bergerak dulu, lihat ini! jarum infusnya sampai bengkok," ucap perawat.
"Maaf Mbak, aku tadi ke toilet untuk berwudhu, tanpa sengaja, tiang penyanggah ini tersenggol dan jatuh, jadi membuat selang infusnya tertarik dan beginilah jadinya."
"Oh, Mbak Muti mau sholat. Jika begitu, jarum ini kita lepas dulu dan saya akan tunggu mbak Muti selesai sholat, baru kita pasang lagi. Soalnya waktu subuh sudah hampir habis Mbak," ucap perawat yang paham akan situasi Mutiara.
"Iya Sus, terimakasih. Saya permisi dulu Sus."
Adam lalu membentangkan sajadah yang tadi dia pakai di sudut ruangan, lalu dia mempersilakan Muti untuk segera sholat.
"Terimakasih Mas Adam," ucap Mutiara.
Adam pun mempersilahkan perawat agar duduk, sambil menunggu Mutia selesai sholat.
Sultan yang kemarahannya belum reda, menarik lengan Adam dan berkata, "Kita bicarakan ini di luar!"
Adam menuruti permintaan Sultan, dia berjalan di belakang Sultan keluar dari ruang rawat Mutiara.
Sesampainya di luar, Sultan langsung memberondong Adam dengan berbagai pertanyaan.
"Apa maksudmu mendekati istriku hah!" bentak Sultan sambil mendorong dada Adam.
"Jangan kamu pikir bisa menggunakan dia untuk kepentinganmu menjatuhkan ku. Kamu tidak akan berhasil, apalagi dengan caramu mengaku jika nama kamu Adam!" ucap Sultan lagi.
"Aku tidak sepicik itu, memperalat wanita untuk kepentingan bisnisku. Ternyata kamu yang picik, sanggup menuduh istri yang begitu baik, dengan tuduhan bodohmu itu, asal kamu tahu Sultan! Namaku Adam Wirayuda Pratama. Tapi untuk dunia bisnis aku tidak pernah memamerkan Adam sebagai nama depanku. Jadi cukup orang tertentu yang aku kehendaki, yang mengenal nama itu," ucap Adam.
"Tapi untuk apa kamu mengganggu istri orang, tengah malam pergi berduaan, meski hanya ke rumah sakit. Apa nanti pandangan orang terhadap kalian! Hal itu jelas merugikan ku!"
"Kau tak perlu menyalahkan orang lain. Kemana kau! Saat istrimu mengerang sakit, dengan susah payah berjalan keluar untuk mencari obat dan bantuan! Suami macam apa kau Sultan!" seru Adam sambil membalas mendorong Sultan hingga hampir terjatuh.
"Dia sekarang sahabatku, siapapun yang tidak menghormati dan tidak menghargai dia, apalagi menyakitinya, aku tidak akan membiarkan, termasuk dirimu! walau statusmu itu sebagai suaminya!" ancam Adam.
Adam meninggalkan Sultan, dia kembali ke ruangan untuk melihat Mutiara.
Bersambung......
Sambil menunggu aku update lagi, mampir yuk sobat dalam karya sahabatku yang ada di bawah ini, pastinya nggak kalah seru lho...
Silahkan di kepoin dan jangan lupa, tinggalkan jejak kalian dengan cara follow akun author, favorit, vote, like dan tinggalkan komentar yang sopan dan membangun ya. Terimakasih 🙏♥️

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Danisa
wes Thor sama Adam ajalah jgn sama sultan
2023-05-12
1
MJ
Thor masih byk salah nama jd Mahen. kadang jd bingung🙏🙏🙏
2023-04-29
0
Riyanti Riri
Haah..emg dasar otak udang..dia yg selingkuh, Mutia yg di tuduh, istri sakit di bilang pura2 giliran ada org lain yg peduli dan melindungi dia marah2,..hmmm kayanya harus di beri nih Sultan (di beri kopi sianida kayanya seru)
2022-10-03
1