MUTIARA TERABAIKAN UNTUK ADAM
Kata "Sah" menggema di aula rumah keluarga Mutiara Aranditha. Kini Mutia dan Sultan Dylan Alfarizqi telah sah menjadi pasangan suami istri. Mereka terpaksa menikah karena perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua.
Mutiara adalah anak ketiga dari pasangan Danuarta dan Irma, dia baru saja lulus SMU, saat keluarga Sultan datang meminangnya.
Ayah Mutia dan Pak Hendrawan, papanya Sultan merupakan sahabat karib sejak masih sekolah dan juga berasal dari daerah yang sama.
Tapi karena Hendrawan melanjutkan kuliah di Inggris, menikah dengan anak dosennya yang bernama Helena serta menetap di sana, maka mereka tidak pernah bertemu sampai sama-sama memasuki usia tua.
Hendrawan memutuskan pindah ke Indonesia saat ayahnya sakit keras dan akhirnya meninggal. Dalam acara penguburan kemaren, kedua sahabat lama bertemu kembali.
Danuarta sangat senang bisa bertemu dengan sahabatnya itu, lalu dia mengundang Hendrawan beserta keluarga agar datang ke rumahnya, di situlah awal perjodohan itu terjadi.
Saat itu Hendrawan melihat Mutiara yang mengenakan baju daster ala pembantu sedang menyiram bunga, di taman rumah Danuarta sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Dan tanpa sengaja selang air yang di pegang Mutia terlepas, hingga air membasahi pakaian Sultan putranya yang baru saja turun dari mobil.
Sultan marah, dan mengatakan pembantu kalau kerja itu harus yang benar dan harus hati-hati, nanti akan dia laporkan kepada sang majikan.
Mutiara merasa bersalah, dia gugup dan bermaksud mengelap kemeja sultan dengan tangannya, bukan semakin bersih, malah bertambah kotor.
Sultan yang perangainya sedikit arogan makin berkata kasar dan mengatakan Mutia sebagai gadis bodoh.
Mutia meminta maaf, dia berjanji akan membantu mengeringkan pakaian Sultan, tapi sultan menolak.
Pak Hendrawan dan Helena merasa kasihan melihat gadis itu yang hampir saja menangis karena perkataan putranya. Lalu Hendrawan menarik tangan Sultan agar meninggalkannya dan masuk ke dalam rumah Danuarta.
Danuarta yang sedang istirahat di kamarnya terbangun saat mendengar Bi Ira memanggil, bahwa ada tamu yang datang ingin bertemu.
Ketika melihat sahabatnya yang datang, Danuarta sangat senang lalu dia berkata, "Kenapa tidak kasi kabar dulu Wan, biar kami bisa buat persiapan, masak enak untuk menyambut kedatangan kalian," ucap Danuarta.
"Aku sengaja Dan, buat kejutan. Oh ya, perkenalkan ini istri dan putra sulung ku. Waktu itu kamu tidak sempat bertemu mereka di pemakaman, karena mereka pulang lebih dulu," ucap Hendrawan.
"Oh ya, gagah seperti kamu, saat masih muda. Putra keduamu tidak ikut?" tanya Danuarta.
"Dia masih kuliah di Inggris dan menemani grandma nya di sana. Oh ya di mana anak-anakmu Dan, kok lengang sekali rumahmu," tanya Hendrawan.
"Kedua putraku sedang kerumah pacarnya, maklumlah hari libur dan istriku tadi pamit ke pasar, anak gadisku ada di rumah. Sebentar ya aku panggil dulu, barangkali dia sedang di kamarnya," ucap Danuarta, lalu berjalan ke dalam untuk memanggil Mutiara.
"Bi, Mutiara kemana ya?" tanya Danuarta kepada Bi Ira pembantunya yang sedang membuat teh.
"Non Muti masih mandi Pak! Paling sebentar lagi juga selesai," jawab Bi Ira.
"Kalau sudah selesai suruh kedepan ya Bi, ada tamu saya yang ingin berkenalan," ucap Danuarta lagi.
"Baik Pak, nanti saya sampaikan."
Danuarta pun kembali menemani tamunya, sedangkan Bi Ira menyajikan Teh, kopi serta cemilan.
Kebetulan cemilan itu baru selesai dia goreng. Bi Ira sudah terbiasa membuat cemilan sebab kebiasaan sang majikan selalu ngopi dan ngeteh di sore hari.
"Silahkan Tuan, Nyonya dan Aden, dinikmati teh serta makanannya!" ucap Bi Ira.
"Terimakasih Bi," ucap Hendrawan dan istri.
Sesuai pesan Danuarta, Bi Ira pun memberitahu Mutia bahwa dia dipanggil oleh ayahnya agar menemui dan menemani tamu.
Sebenarnya Mutia malas, jika mengingat ucapan kasar, anak dari tamu ayahnya tadi. Namun apa boleh buat, permintaan sang ayah tidak mungkin di tolak, mengingat ibunya juga belum kembali dari pasar.
Mutiara pun memoles wajahnya dengan sedikit bedak dan lipgloss, barulah memakai hijab. Setelah itu diapun berjalan ke depan untuk menemui tamu ayahnya.
Ketika melihat Mutia muncul di sana, Danuarta pun memperkenalkan Muti kepada Tamunya.
"Wan, kenalkan ini putriku!" ucap Danuarta.
"Lho, bukankah kamu yang..."
Ucapan Hendrawan terputus karena dia tidak mungkin berkata jika tadi telah menganggap gadis itu sebagai pembantu dan Sultan telah berkata kasar terhadapnya.
"Iya Om, aku yang tadi menyiram bunga dan tidak sengaja membasahi pakaian putra Om," ucap Mutia.
Sejenak dia terdiam, lalu melanjutkan ucapannya lagi, "Maafkan perbuatanku yang tidak sengaja tadi ya Om!" ucap Mutia sambil mengulurkan tangannya.
Sultan hanya cuek saja, tidak menimpali perkataan Mutia sedikitpun. Dia malah sibuk dengan posel di tangannya.
Pak Hendrawan yang melihat kecuekan putranya pun menyenggol lengan Sultan sambil berkata, "Sultan! perkenalkan dirimu. Dia Mutiara, putri bungsu Om Danuarta," ucap Hendrawan.
Sultan hanya membalas uluran tangan Mutiara tanpa berkata apa pun, lalu kembali asyik membalas chatt di ponselnya.
"Hendrawan hanya menggelengkan kepala, lalu berkata, "Begitulah Dan, anak korban kemajuan tekhnologi, untuk tata krama dan pergaulan jadi kurang sopan, nggak seperti zaman kita dulu," ucap Hendrawan.
"Memang benar, tapi selagi mereka masih dalam batas wajar, ya...biarlah Wan," ucap Danuarta.
Kemudian Hendrawan menanyakan kepada Mutiara, kelas berapa dan sekolah di mana, kemudian mutiara pun menjawab bahwa dirinya baru lulus SMU dan akan lanjut kuliah.
Hendrawan tanpa pikir panjang lagi segera berkata, "Bagaimana jika kita jodohkan mereka Dan? agar hubungan pertemanan kita makin erat dan bisnis kita bisa lebih maju."
"Tapi Pa!" bantah Sultan yang mendapat balasan acungan tangan dari sang Papa agar dirinya diam.
"Aku setuju saja, bagaimana baiknya," jawab Danuarta.
"Kita sudah semakin tua, lagipula usia putraku sudah cukup matang, jadi nggak perlu menunggu lagi. Dan jika putrimu mau kuliah, setelah menikah juga masih bisa kuliah," ucap Hendrawan.
"Tapi Om, saya masih kecil, baru 17 tahun. Saya belum siap untuk menikah!" ucap Mutia lagi.
"Nggak apa-apa, kalau belum siap tinggal serumah, bisa hidup terpisah dulu, yang penting kalian terikat pernikahan, agar bisa saling mengenal secara halal," ucap Hendrawan lagi.
"Pa, aku masih ingin mengembangkan karir lho, dan belum mau terikat dengan perkawinan!" ucap Sultan.
"Apa kalian tidak ingin menyenangkan kami, para orang tua di hari tua ini? dimana kami ingin persahabatan terjalin lebih erat dengan melihat anak cucu dari kalian!" ucap Hendrawan.
"Pa, tenang. Jangan terbawa emosi, ingat penyakit Papa!" ucap Helena menyabarkan suaminya.
"Kita pikirkan saja nanti Wan? sekarang silahkan diminum dan makan cemilan kampungnya, sambil menunggu istriku kembali dari pasar," ucap Danuarta.
"Terimakasih Dan. Ayo Ma, Tan, kita minum dulu, tehnya!" ucap Hendrawan lagi.
Mereka berdua, lalu melanjutkan obrolan tentang seputaran bisnis, sementara Sultan sedang menerima telepon dari sahabatnya dan Mutiara kembali ke dapur untuk menolong ibunya, yang baru saja pulang dari pasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Siti Heryani
lnjut..👍
2024-07-08
0
Paulina H. Alamsyah Asir
maaf telat kasih votenya...
maaf... salam dari Asire😍😍😘
2022-11-19
1
Mulan Jameela
Ceritanya menarik....
2022-11-14
1