Berkat pijatan dari Mutia, Sultan akhirnya bisa tidur dengan nyenyak. Sekitar pukul tiga dini hari, Sultan terbangun, udara yang dingin membuatnya ingin ke toilet.
Dia bangkit, tapi dia terkejut saat melihat sofa terlihat kosong, hanya ada bantal dan selimut Muti yang terjatuh di lantai.
"Kemana dia! oh, mungkin dia sedang ke toilet," monolog Sultan.
Sultan pun duduk di sisi tempat tidur menunggu Muti keluar dari sana.
Selang waktu 10 menit menunggu, Sultan merasa heran, kenapa Muti tidak juga keluar dari toilet, bahkan gemericik air juga tidak ada.
Karena penasaran, diapun bangkit dan menggedor pintu toilet, "Hai Muti! Cepat dong! Aku mau masuk!" ucap Sultan.
"Muti! kamu tidur atau bagaimana sih di dalam sana!" teriak Sultan sambil menggedor pintu toilet kembali.
Suasana tetap hening, tidak ada jawaban apapun dari dalam sana, hingga membuat Sultan semakin penasaran. Apa mungkin!" ucapan Sultan terhenti, tiba-tiba dia teringat saat Muti sakit perut tadi.
"Jangan-jangan! Muti, hei Mutia! buka pintunya!" teriak Sultan lalu membuka pintu toilet yang memang tidak di kunci.
"Lho! ternyata tidak di kunci," monolog Mahen.
Kemudian dia masuk ke toilet, tapi tidak menemukan Muti di sana. Sultan membuang hajatnya dulu, barulah dia mencari mutiara kembali.
"Apa mungkin Muti keluar dari kamar, tapi mau kemana di jam seperti sekarang ini, jam nya orang-orang nyenyak tidur. Ini ponsel dan tasnya ada, berarti dia tidak pergi jauh," monolog Sultan.
"Setahuku, Devani juga tidak ada teman atau keluarga di sini, lantas kemana dia pergi? Oh, coba aku hubungi Elena, barangkali dia tahu," monolog Sultan lagi.
Sultan melakukan panggilan keluar ke nomor kontak Elena. Tapi, karena lelah, elena tidur sangat nyenyak hingga tidak mendengar suara deringan ponselnya.
Beberapa kali Sultan mencobanya tapi gagal. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamar.
"Aku harus mencari Muti, aku nggak mau di salahkan oleh papa mama dan orangtuanya," monolog Mahen.
Sultan menyusuri lorong, di sana terlihat sangat sepi, tidak ada satu orang pun yang melintas.
Kemudian dia menuruni anak tangga, Sultan akan coba mencarinya di lobi, berharap menemukan Mutia di sana.
Di lobi juga sepi, hanya terllihat dua orang karyawan yang tertidur.
"Kemana kamu Muti, jangan buat aku cemas! Bagaimana aku mengatakan kepada orangtuamu jika kamu menghilang," monolog Sultan.
Kemudian Sultan menelepon Elena lagi dan kali ini tersambung. Elena menjawab panggilan dari Sultan, "Hallo Pak! Ada apa Bapak telephone saya, pada jam segini? Ini belum pagi lho Pak!" ucap Elena.
"Apa istri saya ada bersamamu?" tanya Sultan.
Elena tertawa, lalu dia menjawab, "Bapak aneh, kehilangan istri saat jam segini, atau jangan-jangan Mbak Muti sudah tahu ya?" tanya Elena.
"Tahu apa?"
"Eh, nggak ada Pak. Mungkin Mbak Muti keluar, karena marah dengan Bapak," ucap Elena.
"Enak saja dia marah dengan Saya, memangnya Saya apakan dia, dia tidak punya hak untuk marah. Ya sudah saya ingin mencarinya lagi!" ucap Sultan sambil mengakhiri panggilannya.
"Huh! hampir saja aku keceplosan," ucap Elena sambil membekap mulutnya sendiri.
"Lantas, pergi kemana ya Mbak Muti, tapi tidak salah sih jika Mbak Muti pergi, untuk apa di pertahankan bulan madu tapi hanya di bohongi," monolog Elena.
Sementara di rumah sakit, setelah dokter memeriksa Muti dan memberinya obat, beliau menyarankan agar Mutia diinfus dan menginap malam ini di sana.
Muti awalnya tidak mau, dia kepikiran Sultan. Sultan pasti mencarinya saat dia terbangun, sementara dia belum meminta izin untuk pergi.
Namun Adam mengatakan, jika Muti harus pikirkan kesehatannya. Mengenai memberi kabar ke Sultan, besok pagi Adam bisa menghubungi pihak hotel untuk memberitahukannya.
Akhirnya Muti setuju, lalu Dokter meminta perawat untuk memasang selang infus. Setelah itu Dokter memberi suntikan obat agar sakit di perut Muti segera membaik.
Setelah Dokter dan perawat pergi, Adam meminta Muti untuk tidur dan dia akan menjaganya sambil rebahan di sofa.
Muti pun setuju, dia berusaha memejamkan mata, tapi Muti gelisah, dalam kepalanya masih saja memikirkan Sultan. Apa kata Sultan nanti jika dia tahu, Muti di rumah sakit bersama seorang pria.
Adam yang tahu Muti sedang gelisah dan belum juga tidur, lalu menghampirinya kembali dan bertanya, "Kenapa kamu belum juga tidur?"
"Aku tidak bisa tidur, jika suamiku terbangun, dia pasti mencariku," ucap Muti.
"Kamu jangan cemas, sekarang juga aku akan telepon pihak hotel, jadi mereka bisa segera memberitahu suamimu," ucap Adam.
Adam mencari kontak bagian pelayanan hotel tempat mereka menginap, lalu diapun segera menghubunginya.
Beberapa kali Adam mencoba telepon, tapi tidak ada yang mengangkat, hingga Adam memutuskan untuk menelepon kembali besok pagi.
"Tidurlah dulu, biar kamu cepat sembuh, besok pagi aku akan menghubungi mereka lagi," ucap Adam.
Mutia pun berusaha memejamkan mata, akhirnya pengaruh obat berhasil membuatnya tertidur.
Sementara Adam tidak bisa tidur, dia memandang dan mengagumi sosok Mutia yang sudah terlelap.
"Sebenarnya seperti apa suamimu, kenapa dia tega enak-enakan tidur sementara kamu menahankan sakit dan sekarang terbaring di sini," monolog Adam.
Terkadang Adam tidak habis pikir dengan permainan hidup, dia yang dulu sangat perhatian dan bersungguh-sungguh terhadap hubungannya dengan seorang wanita, malah di kecewakan dan dicampakkan begitu saja hingga dia malas untuk memulai hubungan lagi dengan wanita manapun.
Dan sekarang, Adam malah menyaksikan Mutiara, seorang istri yang baik dan perhatian terhadap suaminya, diabaikan begitu saja.
Rasanya hidup ini tidak adil, kenapa tidak dia saja yang dipertemukan oleh Mutiara, sebelum Mutia menikah dengan suami yang tidak pernah mempedulikannya.
Muti menggeliat dan mengerjapkan mata, hingga membuat Adam buru-buru kembali ke sofa lalu berpura-pura memainkan ponselnya.
Pukul lima pagi, sebelum Muti terbangun, Adam sudah menghubungi pihak hotel dan memberitahukan keberadaan Mutia agar segera mereka sampaikan kepada suami Mutiara jika dia mencarinya.
Karyawan hotel yang bertugas melayani kebutuhan Sultan selama menginap di hotel itupun segera ke kamarnya untuk memberitahukan pesan tersebut.
Saat ini Sultan belum bangun, tadi malam dia kembali tidur setelah mencari Muti tapi tidak menemukannya.
Ketukan dari luar, berhasil membangunkannya. Kemudian Sultan membuka pintu, dia pikir pasti Muti yang kembali. Tapi, saat pelayan hotel yang dia lihat, Sultan pun merasa kesal lalu dia berkata, "Kenapa kamu membangunkan saya, bukankah belum waktunya untuk mengantar sarapan!" ucap Sultan.
"Maaf Tuan, saya hanya ingin menyampaikan pesan tentang keberadaan istri Anda," ucap pelayan tersebut.
"Cepat katakan! dimana dia sekarang!" seru Sultan.
"Istri Tuan saat ini sedang di rawat di rumah sakit Kasih Bunda yang beralamat tidak jauh dari kota," ucap pelayan.
"Apa! Bagaimana dia bisa sampai kesana! Siapa yang mengantarnya, padahal dompet dan ponselnya tertinggal di kamar," ucap Sultan.
"Tamu hotel ini juga Tuan, namanya Tuan Adam. Tadi dialah yang memberitahu kami." ucap pelayan itu lalu permisi untuk melanjutkan tugasnya.
Bersambung....
Selamat hari raya Idul Adha bagi yang merayakan ya Sobat. Yuk, untuk hiburan di saat santai dan libur, mampir juga di karya temanku.Jangan lupa ya, beri dukungannya juga di sana. 🙏♥️

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Lena Sari
Muti jd devani,Sultan jdinya mahen,hati2dong thor penulisanya.
2023-01-25
0
Faisal Awak
kok penulisan nmanya sering salah thor??
2022-10-07
1
Seroja
hadeehh devani devani
2022-09-18
1