"Bagaimana Sus, apa temanku baik-baik saja?" tanya Adam.
"Tidak apa-apa Mas, Mbak Muti baik-baik saja dan habis cairan infusnya yang ini, kemungkinan Mbak Muti sudah diizinkan pulang. Tapi kita tunggu dokter Muliadi datang ya Mas, untuk cek ulang keadaan Mbak Mutia," ucap Suster.
"Alhamdulillah, terimakasih ya Sus," ucap Adam.
"Sama-sama. Saya permisi dulu ya Mbak, Mas. Mbak Muti beruntung punya teman yang perhatian seperti Mas Adam," ucap Suster.
"Iya Sus, terimakasih," ucap Mutiara.
Percakapan mereka di dengar oleh Sultan, saat dia masuk.
"Bagaimana keadaan istri saya Sus?" tanya Sultan saat berpapasan dengan Suster yang akan keluar dari ruangan Mutiara.
"Oh, ternyata Mas ini suaminya? Mas harus berterima kasih dengan Mas Adam yang rela tengah malam mengantar istri Mas kesini dan mau menjaganya sampai pagi. Syukur deh, keadaan Mbak Muti sudah membaik, tapi tolong perhatikan keteraturan makannya, kalau Mas tidak ingin melihat Mbak Muti sakit lagi," ucap Suster lalu bergegas pergi untuk mengecek ruangan pasien yang lain.
Sultan hanya diam, dia tahu selain kecerobohan Mutiara dia juga salah, tapi saat Sultan mengingat hubungannya dengan Clara, akhirnya dia bersikap masa bodoh lagi. Batinnya mengatakan, untuk apa dia pikirkan Mutiara yang hanya akan menjadi istri di atas kertas sementara saja, sampai kerjasama bisnis antar dua keluarga mereka berhasil di gabungkan.
Mutiara kembali berbaring di atas tempat tidur pasien, sedangkan Adam duduk di sofa sambil menghubungi asisten pribadinya agar menghandle semua urusan hati ini.
Adam ingin menemani Mutiara, dia tidak peduli jika menimbulkan kemarahan Sultan.
Sultan mendekati Mutiara yang terbaring, lalu dia berkata, "Sekarang juga kamu jelaskan, kenapa kamu tidak menghargai ku sebagai suami dan malah minta tolong ke dia," ucap Sultan sembari menunjuk Adam yang sedang sibuk berbicara dengan asistennya.
"Baiklah kak, aku akan menjelaskan semuanya, Kak Sultan ingat, tadi malam aku meminta tolong pihak hotel 'kan untuk membelikan dan mengantarkan obat sakit perut? Nah sampai tengah malam pelayan tidak mengantarnya, sementara perutku semakin sakit dan aku hampir tidak bisa menahannya," ucap Muti sembari mendesah.
Kemudian dia melanjutkan perkataannya, "Melihat Kak Sultan tidur begitu nyenyak, aku tidak tega membangunkan, makanya aku coba keluar ke lobi hotel untuk bertanya langsung ke mereka apakah obat yang kuminta sudah ada apa belum, ternyata stok mereka habis, sementara pelayan yang di minta untuk membelikan obat itu di luar, juga tidak kembali. Barangkali dia punya urusan lain," ucap Mutia lagi.
"Nah! karena aku sudah tidak tahan lagi Kak, aku hampir saja terjatuh dan untungnya Mas Adam melihatku, saat dia baru pulang di antar temannya. Lalu mas Adam menolong serta membawaku ke rumah sakit ini," ucap Mutia pasrah.
Jika Sultan tidak percaya, apa boleh buat, Muti sudah mengatakan buang sebenarnya. Walaupun dalam kondisi darurat, Muti memang salah, telah pergi dengan laki-laki lain yang bukan muhrimnya tanpa izin sang suami.
"Seharusnya, kalian beritahu pihak hotel malam itu juga, jadi aku tidak bingung mencarimu kesana kemari. Ini kalian malah sengaja, beritahu mereka baru tadi pagi," ucap Sultan.
"Aku tahu kamu tidak bawa tas dan juga ponsel, tapi dia 'kan bawa ponsel, jadi tidak usah beralasan, tidak bisa memberitahu kami secepatnya," ucap Mahen yang terus menyudutkan Mutia.
Adam yang sudah selesai menelepon dan mendengar Muti terus di marahi dan disudutkan oleh Sultan, lalu menyahut, "Hai Bung! Jangan pandainya menyalahkan istri mu saja, kamu dengarkan dulu penjelasannya sampai selesai. Kami sudah coba hubungi pihak hotel malam itu juga, tapi tidak ada yang mengangkat telepon. Muti juga tidak tahu nomor ponselmu, bagaimana aku bisa menghubungimu!" ucap Adam kesal.
"Sudahlah Mas Adam, aku memang salah," ucap Muti yang membuat Adam menggelengkan kepala dan berkata, "Mbak Muti terlalu baik. Seumur hidup, baru kali ini aku bertemu orang sebaik Mbak Muti."
Sejenak Muti terdiam, lalu dia berkata kepada Sultan, "Kak, maafkan aku ya. Aku salah, telah pergi dengan yang bukan mahram ku, tanpa izinmu sebagai suami."
"Sudahlah! Sebaiknya kamu istirahat, jangan lakukan hal apapun lagi yang bisa memancing emosiku. Aku akan bicara dengan dia dulu, aku tidak ingin berhutang budi, jadi biaya administrasi perawatan mu akan aku ganti," ucap Sultan.
"Kamu tidak perlu repot-repot untuk menggantinya, karena aku ikhlas demi sahabatku. Yang terpenting, kamu harus ingat! Jika kamu tidak bisa memberi perhatian terhadapnya, masih banyak orang lain yang bersedia memperhatikan wanita baik seperti Muti."
Kemudian Adam berkata lagi, "Baiklah Mbak Muti, berhubung sudah ada yang akan menjagamu di sini, jadi aku pamit dulu. Sebentar lagi, kamu juga sudah diizinkan untuk pulang, jadi sampai ketemu di hotel ya," ucap Adam sembari berbalik dan keluar dari ruang rawat Mutiara.
Kini tinggal Mutiara dan Sultan yang ada di sana. Saat Muti berusaha memejamkan mata, dia mendengar ponsel Sultan berdering, lalu Sultan buru-buru keluar meninggalkan Muti sendirian di sana.
Ternyata Sultan sedang mendapatkan panggilan masuk dari Clara.
"Ya...hallo, Clara. Maaf, hari ini kita tidak jadi keluar, karena Mutiara sedang sakit," ucap Sultan membatalkan rencananya.
"Untuk apa Kak Sultan perhatian dengan dia! atau jangan-jangan Kakak mulai jatuh cinta ya dengannya," ucap Clara lagi yang terdengar ngambek.
"Mana mungkin Sayang, dia di sini 'kan tidak memiliki keluarga. Jadi aku harus menemaninya. Jika tidak, takutnya dia akan memberitahu orangtua kami bahwa aku tidak mempedulikan dia di sini, bisa berabe 'kan!" ucap Sultan.
"Pokoknya aku janji, bila siang ini dia di perbolehkan pulang, nanti sore kita jalan, mengenai tempatnya terserah, kamu saja yang tentukan," ucap Sultan untuk menenangkan Clara.
Sultan tidak ingin sampai Clara marah, apalagi memutuskan hubungan mereka.
Clara pun setuju, mengenai tempat pertemuan mereka, nanti Clara akan share lokasinya via WhatsApp.
Sultan merasa tenang, lalu dia mengakhiri panggilannya dan kembali ke ruangan Mutiara.
Bertepatan dengan Sultan masuk, Dokter pun datang ingin memeriksa kondisi Mutiara sebelum dia diizinkan pulang.
Setelah melakukan pemeriksaan dan menanyakan beberapa hal kepada Mutia, akhirnya Dokter mengizinkan Muti untuk pulang, tapi Dokter berpesan agar Muti menjaga pola makannya jika tidak ingin kembali ke sana lagi.
Mutia pun mengucapkan terimakasih kepada Dokter, sebelum beliau pergi. Kini tugas suster untuk membuka selang infus dan memberikan obat yang akan di bawa pulang, sesuai dengan yang di resepkan oleh Dokter Muliadi.
Setelah selang infus di buka, dan obat pun telah suster berikan, kini saatnya Muti pulang ke hotel.
Sultan senang, akhirnya dia tidak perlu menjaga Mutia di rumah sakit terlalu lama. Mereka pun bergegas keluar dari ruangan, menuju area parkir rumah sakit, di mana kenderaan yang merupakan fasilitas hotel sudah menunggu di sana.
Bersambung.....
Selamat malam Sobat, kali ini aku rekomendasikan karya dari Kak Triple 1. Silahkan mampir yuk Sobat, jangan lupa tinggalkan jejak di karya kami ya, dengan cara follow akun, beri favorit, vote, like dan komentar yang membangun di dalam karya ku juga di karya sahabatku di bawah ini. Terimakasih 🙏♥️

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
ratu adil
jfan buat muti klmaan jdi istri sultan biar sulkan kpok
2022-08-14
2