Mutia mengambil baju tidur kesukaannya yaitu berupa daster dari dalam koper, lalu diapun berjalan ke toilet untuk mengganti pakaiannya di sana.
Sementara Sultan mengambil selimut beserta satu buah bantal dan meletakkannya di sofa yang ada di dalam kamar itu. Setelah itu dirinya berbaring di atas kasur.
Muti telah selesai berganti pakaian, dia masih mematung berdiri di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi. Muti masih tidak percaya jika dirinya sudah menikah dan sekarang bingung harus bersikap bagaimana setelah keluar dari sana.
Dia nggak bisa membayangkan tidur dengan orang asing yang baru dia kenal dan sekarang telah menjadi suaminya.
Muti berjalan mengendap-endap keluar dari dalam kamar mandi,
ternyata dia melihat Sultan sudah tidur. Namun dia heran, kenapa tidak ada bantal dan selimut untuknya di atas tempat tidur itu, padahal sebelumnya benda itu ada di sana.
Mata Muti mengitari ruangan mencari bantal dan selimutnya, ternyata, benda itu ada di sofa.
Dengan masih mengendap-endap Muti berjalan menuju sofa, dia tidak ingin langkah kakinya terdengar dan membangunkan Sultan.
"Biarlah malam ini, aku tidur di sofa, mungkin Sultan juga masih canggung untuk tidur satu ranjang denganku, makanya dia meletakkan bantalku di sini," monolog Muti sambil merebahkan tubuh di sofa dan menyelimuti dirinya sendiri.
Seperti kebiasaannya di rumah, Muti bangun subuh, lalu melaksanakan ibadah dan mengaji dengan melihat ayat-ayat Alquran yang telah dia cari sebelumnya pada kolom pencarian.
Namun sebelum mengaji dia menoleh ke atas tempat tidur, dimana Sultan masih enak bergelung di balik selimutnya.
Muti berkewajiban untuk mengingatkan Sultan, apalagi sekarang dia sudah menjadi istrinya.
Kemudian Muti mendekati tempat tidur, dengan perlahan dia menyenggol lengan Sultan sambil berkata, "Kak, bangun! waktu subuh sudah hampir lewat."
Sultan hanya menggerakkan tubuhnya, berbalik arah sambil matanya masih terpejam.
Muti sekali lagi membangunkan Sultan dengan menggoyangkan perlahan kakinya, tapi apa yang dia dapatkan, Sultan bangkit dan marah lalu mendorongnya hingga terduduk dilantai.
"Bodoh! suami sedang capek dan masih mengantuk malah kamu ganggu," ucap Sultan.
"Tapi Kak, waktu subuh sudah hampir habis, aku hanya berkewajiban untuk mengingatkan bukannya Kakak belum sholat?"
"Persetan dengan sholat, aku akan tidur lagi, jangan kamu ganggu aku!" ucap Sultan sambil kembali ke atas tempat tidur dan menarik selimutnya.
Mutia mendesah, dia tidak menyangka suaminya buta tentang pengetahuan ilmu agama.
Kemudian Muti kembali duduk di atas sajadahnya yang masih terbentang di lantai dan diapun mulai mengaji.
Muti cuma berharap lama kelamaan suaminya akan berubah, mungkin karena dia lahir dan dibesarkan di negara asing maka jauh dari kata tahu dan faham tentang kewajiban seorang muslim.
Alunan suara Muti terdengar sangatlah merdu, dia memang seorang Qori yang beberapa kali telah memenangkan kejuaraan MTQ antar daerah tapi suara itu bagi Sultan sangat menggangu.
Sultan menutup kedua telinganya dengan menggunakan guling, sambil berkata, "Berisik!"
Muti memelankan suaranya yang memang sudah terdengar pelan, dasar memang Sultan saja yang resek, hatinya tertutup untuk urusan agama.
Selesai mengaji, Muti bersiap mengganti pakaiannya, berdandan ala kadarnya, lalu menyingkapkan tirai jendela. Dari sana terlihatlah pemandangan pantai yang sangat indah.
"Kamu apa-apaan sih, silau tahu! tutup lagi! Aku masih mengantuk!" seru Sultan yang marah kepada Muti karena cahaya masuk saat dia membuka tirai jendela.
Muti malas berdebat, lalu dia menutup kembali tirai itu dan bersiap turun ke bawah, daripada dia harus bengong di dalam kamar menunggu Sultan bangun, mending dia keluar sambil menghirup udara pagi yang sejuk.
Saat Mutia keluar dari kamarnya, seseorang datang menyapa, "Selamat pagi!"
"Eh...Mas, pagi!" jawab Muti.
"Aku belum tahu nama kamu ya, kalau begitu kita ulang deh," ucap Adam.
"Perkenalkan, namaku Adam," ucapnya sambil tersenyum dan mengulurkan tangan kepada Muti.
"Aku Mutiara, panggil saja Mutia, Muti juga boleh, sebab teman-teman selalu memanggilku dengan kedua sebutan itu," ucap Muti sambil membalas uluran tangan Adam.
"Kamu mau kemana? Kok sendirian, memangnya suamimu belum bangun?" tanya Adam.
"Iya, aku ingin menikmati udara pagi, daripada bengong di kamar," jawab Mutia sambil menuruni anak tangga.
"Jika tidak keberatan, aku ikut ya. Aku juga bete di kamar, mending keluar menikmati pemandangan pantai," ucap Adam.
"Memangnya istri atau keluarga Mas Adam tidak ikut berlibur?" tanya Muti lagi.
"Aku masih single lho, Nona Muti. Kebetulan aku ada urusan bisnis di Bali, jadi sekalian saja liburan, jalan-jalan menikmati keindahan Bali. Makanya aku memilih menginap di tempat ini, sebab kata orang-orang di sini tempatnya sangat indah," terang Adam.
"Oh, begitu ya," jawab Muti singkat.
"Kalian bulan madu ya kesini?" tanya Adam lagi.
Mutia mengangguk, lalu dia mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk ke arah tempat tongkrongan para pengunjung resort yang sedang menikmati pantai dari ketinggian.
"Kita duduk di sana saja ya Mas? Aku tidak bisa jauh-jauh, takutnya suamiku bangun dan mencariku, soalnya kami belum sarapan," ucap Muti.
Adam pun mengangguk, lalu mereka mencari tempat terbuka yang tidak ada penghalang untuk bisa menikmati pemandangan pantai.
Sambil menghirup udara pagi, Adam memesan satu cangkir kopi untuknya dan secangkir teh lagi buat Muti. Tapi, saat mereka menunggu pesanan datang, seorang pelayan menghampiri Mutiara.
"Maaf, apakah Nona yang bernama Mutiara?" tanya pelayan.
"Iya benar, ada apa ya Bli?" tanya Mutia.
Sekedar info ya sobat, Bli adalah panggilan orang bali yang paling populer di ketahui banyak orang. Panggilan bli biasanya digunakan untuk laki-laki yang lebih tua tapi tidak terlalu tua atau bisa juga kepada orang yang sebaya. Panggilan ini adalah panggilan paling halus atau paling sopan untuk orang Bali yang memang belum pernah kita kenal.
Pelayan yang datang menghampiri Mutia pun menjawab, "Nona dipanggil oleh suami untuk sarapan," ucap pelayan.
Pelayan itu memanggil nona karena melihat Mutia yang masih sangat muda seperti ABG dan menurutnya belum pantas untuk dipanggil nyonya.
"Oh, suami saya sudah bangun ya Bli? Terimakasih Bli, saya akan segera balik ke kamar," ucap Mutiara.
Pelayan itupun mengangguk, lalu pergi untuk menjalankan tugasnya lagi mengantar makanan ke kamar pelanggan hotel yang lain.
Kemudian Muti berkata kepada Adam, "Maaf Mas, saya mau balik ke kamar. Maaf telah merepotkan Mas yang sudah memesan teh tapi tidak bisa saya minum," ucap Muti sopan.
"Nggak apa-apa Nona, lain waktu masih boleh 'kan kita ngobrol?" tanya Adam.
"Tentu Mas, Saya permisi dulu ya," ucap Muti, sebelum berbalik pergi meninggalkan Adam di sana, untuk kembali ke kamarnya.
Bersambung.....
********
Sambil menunggu aku update lagi, mampir juga yuk sobat ke karya sahabatku yang ada di bawah ini, nggak kalah seru lho...yuk dikepoin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Ayuk Sari
ya..aku dr bali hadir
2022-12-01
0
RATNA RACHMAN
mutiara..cinta untuk Adam..moga mereka josoh
2022-11-18
0
Ani Mahani
iya ilmu agama tentang Islamnya kurang.lagian sudah menikah,masa mengobrol dengan org asing
2022-10-12
0