Mutiara kembali ke kamar hotel, dia melihat Sultan sedang menyantap sarapan paginya. Melihat hal itu, Muti menghela nafas, jika memang Sultan ingin sarapan duluan, ngapain juga harus memanggilnya kembali.
Namun Muti tidak berani menyampaikan pendapatnya itu, dia mendekati Sultan dan menuangkan air minum ke dalam gelasnya.
Sultan tidak berkata sepatah katapun, dia telah menghabiskan sarapannya, lalu menyambar handuk mandi dan masuk ke dalam kamar mandi.
Muti menggelengkan kepala, satu hal buruk lagi terlihat. Orangtuanya selalu mengajarkan agar mandi dulu, barulah menyantap sarapan pagi, ternyata kebiasaan Sultan kebalikan dari ajaran yang selama ini Muti amalkan.
Banyak sikap dan perilaku Sultan yang harus Muti benahi sebagai istrinya. Tapi, mungkin sekarang belum saat yang tepat untuk dia melakukannya.
Kemudian Muti mengambil sarapannya dan duduk menghadap ke arah jendela yang menampakkan pemandangan pantai.
Muti sudah berstatus istri, tapi dia masih merasa sendiri karena Sultan tidak mempedulikan dirinya.
Selesai sarapan, Muti membereskan meja dan menumpuk piring kotornya. Tidak lama setelah itu seorang pelayan pun datang, mengetuk pintu, ingin mengambil alat-alat makan yang kotor tersebut.
Setelah pelayan keluar kamar, Muti membereskan tempat tidur, menatanya serapih mungkin, setelah itu dia menyiapkan pakaian Sultan.
Walaupun Muti belum tahu kebiasaan berpakaian Sultan seperti apa, tapi dia akan berusaha melayani suaminya itu dengan baik.
Muti membuka koper Sultan, di sana dia melihat banyak baju kemeja dan celana keper, serta ada beberapa helai kaos beserta celana pendek.
Menurut Muti, karena hari ini mereka akan jalan-jalan ke pantai, pastilah Sultan akan cocok menggunakan kaos dan juga celana pendek.
Muti mengeluarkan sebuah kaos oblong berwarna coksu beserta celana pendek yang senada dengan baju yang akan dikenakannya, lalu Muti meletakkannya di atas tempat tidur agar terlihat oleh Sultan saat dia keluar dari kamar mandi.
Setelah itu, karena Sultan belum juga keluar dari kamar mandi, Muti pun berganti pakaian di sana untuk menghemat waktu.
Menurut perkiraannya, Elena pasti sebentar lagi akan sampai. Muti tidak ingin Elena menunggu mereka terlalu lama dalam bersiap.
Saat Mutia sudah menanggalkan pakaiannya dan hanya tersisa pakaian dalam saja, tiba-tiba Sultan keluar dari toilet dengan hanya memakai handuk mandi yang dililitkan sebatas pinggang.
Mutia terperanjat malu, lalu dia membuang pandangannya ke arah lain dan buru-buru mengenakan pakaiannya. Namun hati Muti kembali sakit, saat Sultan berkata, "Jangan kegeeran dulu kamu, siapa juga yang selera melihat tubuhmu!"
Mak nyes, hati Muti langsung mencelos, mendengar perkataan Sultan, tapi Muti berusaha menutupinya.
Setelah dia selesai berpakaian, Muti pun menghampiri Sultan dan bertanya, "Hari ini kita mau kemana Kak?"
"Terserah kamu! Aku ada urusan," ucap Sultan cuek sambil menyisir rambutnya.
Mutiara mengakui Sultan sangat tampan, apalagi jika baru selesai mandi dengan rambut masih setengah basah dan masih terlihat air menetes dari ujung rambutnya. Hidung mancung, kulit putih bersih, wanita mana yang tidak akan tertarik dengannya.
"Ada apa! Kenapa kamu memandangku seperti itu? Kamu jangan berharap aku akan mencintaimu dan kamu juga jangan sampai jatuh cinta sama aku," ucap Sultan sambil merapikan pakaiannya dan tanpa menoleh sedikit pun kepada Mutia.
Kemudian Sultan berkata lagi, "Ingat Mut! Pernikahan kita hanya sekedar di atas kertas, hanya untuk menyenangkan hati orangtuaku dan orangtuamu, jadi jangan berharap apapun dariku," ucap Sultan yang nyaris membuat Mutia shok dan wajahnya langsung memucat.
"Aku pergi dulu, kamu pergi saja dengan Elena, terserah kalian mau kemana," ucap Sultan sambil memakai sepatunya.
Setelah mengatakan hal itu, Sultan pun keluar dari kamar. Muti masih shok dan tidak berani bertanya kemana Sultan hendak pergi. Yang pasti Sultan berpenampilan begitu rapi dan sangat wangi, hingga aroma tubuhnya masih tercium oleh Muti walaupun orangnya sudah tidak tampak lagi.
Muti mendesah, dia murung, ternyata beginilah situasi rumah tangga yang dipaksakan, tapi Muti tidak akan menyerah, menurutnya batu yang keras saja, bila terus menerus terkena air pasti akan berlubang juga.
Dia hanya berharap, selama mereka tinggal bersama, sikap Sultan terhadapnya, perlahan bisa berubah. Mereka hanya butuh waktu untuk saling mengenal luar dan dalam.
Ketika Muti sedang merenung, memikirkan, mau kemana dan bagaimana perjalanan rumah tangganya, dia dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar.
Kemudian Muti membukanya dan terlihat Elena tersenyum di sana.
"Selamat Pagi Mbak Muti, maaf aku telat, tadi ada mobil kecelakaan, jadinya aku terjebak macet di sana," ucap Elena.
"Nggak apa-apa Elena, lagipula aku tidak terburu-buru. Tidak ada yang aku kejar, kita hanya pergi berdua saja," ucap Muti yang terlihat kecewa.
Sebenarnya Elena tahu apa yang membuat Muti seperti itu, tapi untuk saat ini dia harus bersikap pura-pura tidak tahu apa-apa, karena dia juga baru mengenal Muti dan belum tahu alasan kenapa Sultan mengkhianati Mutia, padahal mereka pengantin baru.
"Sabar Mbak Muti, jadi kita cuma pergi berdua? Pantasan saja, tadi aku berpapasan dengan suami mbak Muti di bawah dan Pak Sultan bilang, aku di suruh langsung kesini," ucap Elena.
Elena sebenarnya tadi melihat, wanita yang tadi malam berciuman dengan Sultan sudah menunggu di parkiran. Mungkin itu yang membuat Sultan tidak pergi bersama Mutia.
"Iya Mbak Elena, Kak Sultan katanya ada urusan penting makanya dia memintaku untuk pergi dengan kamu saja," jawab Mutia.
"Hemmm, begitu ya Mbak. Kalau Mbak sudah siap, ayo kita berangkat. Mbak maunya kita jalan kemana? ke pantai Kute, Ubud atau ke tempat lain?" tanya Elena.
"Terserah kamu saja Mbak, aku ikut saja," jawab Mutia.
Muti terdiam sejenak lalu berkata lagi, "Kita jalan-jalan dan ngobrol di pantai sini saja yuk Mbak, lagipula tempatnya sangat indah dan aku juga belum ada keliling tempat ini," ucap Muti lagi.
"Kalau Mbak Muti maunya seperti itu, ayo kita jalan!" ajak Elena.
"Ayo Mbak El, sebentar ya, aku ambil tas dan sendal dulu," jawab Mutia.
Merekapun bergegas, turun ke lantai dasar melewati lobi hotel dan di sana Muti bertemu kembali dengan Adam yang sedang berbincang dengan seseorang.
Adam yang melihat Mutiara tersenyum lalu menyapa, "Mau jalan-jalan ya Mbak?"
Muti pun menjawab, "Iya Mas, jenuh juga di dalam saja, mending jalan-jalan menikmati udara pantai. Oh ya, kenalkan Mas, ini temanku namanya Mbak Elena," ucap Mutiara sambil menunjuk Elena.
Elenapun menyambut uluran tangan Adam sambil menyebutkan namanya.
"Oh ya, kenalkan juga Mbak Muti, ini sahabatku namanya Ardi, kebetulan dia juga tamu di tempat ini, yang sedang liburan bersama pacarnya," ucap Adam.
"Saya Muti Mas Ardi, senang berkenalan dengan Mas. Kami permisi dulu ya Mas Adam, Mas Ardi," pamit Mutiara.
"Silahkan Mbak, selamat bersenang-senang ya Mbak Muti, Mbak Elena," ucap Adam lagi.
Mutiara dan Elena pun mengangguk, lalu keluar meninggalkan lobi hotel menuju pantai.
Bersambung....
Jangan lupa dukungannya ya sobat, oh ya mampir juga yuk ke karya sahabatku, sambil menunggu aku update lagi, silahkan di kepoin ya🙏♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Yuyun Haryanto
kalau muti selingkuh boleh GK yah ?
pasti byk yg jawab gk boleh.
kalo aku sih dukung kalo muti mau selingkuh. ngapain punya suami gitu. nikahin muti Krn takut suntikan dana dicabut. dan perusahaan untuk adiknya. jd nikah hanya Krn harta.
2023-04-27
1
RATNA RACHMAN
Sultan emang keterlaluan...
2022-11-18
0
💖 NAMA Q CINTA 💖
ga ada yg salah..
2022-09-13
1