Elena membawa Muti ke dua tempat yaitu di sungai Ayung dan menantang gravitasi dengan melompat setinggi 6 meter di atas permukaan air.
Muti senang melihat permainan permainan extrim tersebut, dia menjerit melihat para pemain, sedangkan dirinya belum berani mencoba. Bahkan lain waktu dia ingin Elena mengajaknya ke tempat permainan yang lain.
Dengan berteriak, hati Muti sedikit tenang, sejenak dia lupa dengan Sultan. Saat dia sedang asyik menyaksikan pertunjukan itu, ponselnya pun berdering.
"Ibu," monolog Muti.
"Sebentar ya El, aku angkat telepon dulu," ucap Muti sembari sedikit menjauh dari tempat Elena duduk.
"Hallo Bu," sapa Mutiara kepada ibunya.
"Hallo Sayang, bagaimana kabar kalian? Saking asyiknya berbulan madu, sampai tidak sempat telepon Ibu dan Ayah ya!" ucap Ibu.
Kemudian, Ibu berkata lagi, "Sultan memperlakukan kamu dengan baik 'kan? Sudah satu minggu kalian di Bali dan tidak sekalipun kalian telepon kami, Ibu jadi khawatir Nak.
"Kami baik-baik saja kok Bu, Alhamdulillah Kak Sultan juga memperlakukan aku dengan baik," jawab Mutia yang menutupi kebenaran dari ibunya. Karena Muti tidak mau keluarganya khawatir jika tahu, bahwa Sultan tidak pernah menganggapnya sebagai istri.
"Syukurlah kalau begitu Nak, ibu senang, jika kamu bahagia. Di mana suami kamu? Ibu ingin bicara sebentar," tanya Ibu.
Mutiara diam, lalu dengan gugup dia berkata, "Oh, Kak Sultan sedang keluar Bu, tadi ada temannya yang datang mencari dan mengajaknya minum Coffee di lobi hotel, aku masih berdandan nih, ingin menyusul ke sana," ucap Mutia berbohong.
"Oh ya Bu, titip salam buat Ayah dan Kakak ya, bila Kakak nanti menikah, suruh bulan madunya ke sini Bu, pokoknya nggak bakal nyesel deh. Tempat-tempatnya begitu indah, jamin nagih, bila perlu Ayah dan Ibu kesini untuk bulan madu kedua," goda Muti.
"Kamu bisa saja Nak, sudah tua, jadi cukup jalan-jalan yang dekat saja. Sudah dulu ya, Ibu sambil memasak nih, takut nanti gosong. Tadi Ibu teringat dan rindu kamu, makanya langsung telepon ucap," ucap Ibu Mutia
"Iya Bu, Muti juga rindu Ibu dan Ayah, doain Muti ya Bu, agar bahagia dan bisa jadi istri yang baik," pinta Muti.
"Insyaallah, kami akan selalu mendoakan kalian."
Ibu pun mengakhiri panggilannya, Muti merasa bersalah dan sedih telah berbohong kepada Ibu, tapi dia tidak punya pilihan lain lagi, selain menutupi aib suaminya.
Muti pun kembali duduk dengan Elena untuk melanjutkan menonton pertunjukan dari para pengunjung yang suka dengan kegiatan ekstrem.
"Bagaimana Mbak Muti, Apa Mbak nggak kepingin mencoba," tanya Elena.
"Aku belum berani El, kita lihat-lihat saja. Ternyata seru ya dan aku acungkan jempol untuk keberanian mereka menaklukkan tantangan," ucap Mutiara.
"Seandainya kakak-kakakku di sini, mereka pasti sangat senang El, Mereka suka dengan kegiatan ekstrem seperti ini," ucap Mutia.
Memangnya Mbak Muti berapa bersaudara?" tanya Elena.
"Kami tiga bersaudara, aku anak paling kecil dan satu-satunya cewek," jawab Mutia.
"Wah, enak ya Mbak, seandainya kakak ku masih hidup...," ucap Elena sedih.
"Jangan sedih El, Allah maha baik, pasti ada hikmah terbaik di balik cobaan yang kalian terima. Kamu itu, seorang gadis yang tegar, makanya Allah berikan cobaan seperti ini. Allah tahu, kamu itu pasti mampu dan aku yakin ada kebahagiaan menantimu," ucap Mutia.
"Terima kasih Mbak Muti, mudah-mudahan doa Mbak di ijabah oleh Allah. Aamiin...." ucap Elena.
"Oh ya Mbak, tolong ingatin aku ya, sepulang dari sini kita singgah ke apotek untuk membeli obat yang aku bilang tadi," ucap Elena.
Mutia hanya mengangguk, dia belum yakin untuk melakukan semua rencana mereka.
Sementara, Sultan yang ingin memberikan kejutan kepada Clara pun berhasil. Dia menyamar sebagai pengantar bunga, masuk ke kawasan hotel tempat Clara menginap selama di Bali.
Dengan mengenakan topi dan memakai masker serta membawa rangkaian bunga Lily kesukaan Clara, Sultan mengetuk pintu. Ternyata Clara memang sedang berada di kamarnya.
Clara hanya teleponan saja dengan teman-temannya yang ada di Jakarta, sambil menunjukkan oleh-oleh barang branded yang telah Sultan belikan untuknya.
Masih sambil ngobrol melalui panggilan video, Clara pun membuka pintu kamarnya, dia pikir pengantar makanan, soalnya dia baru saja memesan kue dari luar hotel.
"Permisi Mbak, ini ada kiriman bunga buat Mbak Clara," ucap Sultan sembari menyamarkan suaranya.
"Oh ya, dari siapa? Ih...bagus banget bunganya. Dari siapa ya Mas? Kok bisa tahu bunga kesukaan ku. Bunga Lily putih ini bunga kesayanganku lho?" ucap Clara sambil menerima bunga itu dan menciumnya.
Kok tidak ada nama pengirimnya ya Mas, jangan-jangan ini jebakan," ucap Clara sambil memeriksa, lalu setelah dirasa aman diapun menciumnya.
Cuma yang membuat Clara heran kenapa pengantar bunga bukannya pergi, dia tetap berdiri di depan pintu kamar Clara.
Kemudian Clara pun menegurnya, "Hei Mas! Kenapa kamu tidak pergi! Bukankah aku sudah menerima bunga ini, terserah deh siapa pengirimnya, yang penting sudah sampai tujuan," ucap Clara.
Clara hendak menutup pintu tapi si pengantar bunga menghalanginya. Ketika Clara hendak marah, Sultan membuka topi dan maskernya.
Clara pun langsung berteriak sambil memeluk Sultan, hingga pelayan hotel yang sedang melintas di sana terkejut dan melihat ke arah mereka.
Sultan senang bisa membuat kejutan untuk Clara, lalu dia mendorong Clara masuk dan menutup pintu, karena Sultan tidak suka jika ada pria lain melihat Clara dengan pakaian terbuka seperti itu.
Saat ini Clara mengenakan pakaian tidur yang seksi dan transparan hingga menampakkan lekuk tubuhnya serta menampakkan gunung kembarnya yang Mo***k karena dia sedang tidak menggunakan bra.
Sultan marah, diapun menasehati Clara, "Kamu sembarangan sekali Clara! Menerima tamu dengan pakaian seperti ini! Untung saja yang datang, aku. Coba jika pelayan atau tamu pria lain, habis kamu di garap oleh mereka, atau jangan-jangan kamu memang sengaja, memancing pria lain di belakangku!" ucap Sultan ketus sambil mengguncang bahu Clara.
Coba lihat ini! laki-laki mana yang tidak akan menelan saliva saat, melihat dadamu yang menantang! Aku saja yang sering melihatnya sudah panas dingin, apalagi mereka!"
"Maaf Kak?" ucap Clara sambil mengatupkan jemarinya. Teman-temannya pun melihat Clara di marahi oleh Sultan karena panggilan video di ponsel Clara belum di matikan.
Saat Sultan menyadari ponsel di tangan Clara hidup, dia langsung menyambarnya dan di sana terlihat, teman-teman Clara sedang berkumpul di sebuah cafe dengan pasangannya masing-masing sedang menonton pertengkaran mereka.
Sultan langsung mematikan panggilan video tersebut, lalu dia mendorong Clara ke tembok, menghimpitnya dan mencium Clara dengan ganas. Dia marah, Sultan cemburu, kenapa Clara malah mengobral keindahan tubuhnya untuk pria-pria lain, selain dirinya.
Walaupun mereka pacar teman-temannya dan hanya melihat melalui layar ponsel, baginya sama saja, seperti melihat secara langsung, mencabik-cabik harga dirinya sebagai pacar Clara.
Kemarahan membuat Sultan seperti kerasukan setan. Menurut Sultan, untuk apa dia menahan hasratnya dan menjaga kesucian Clara selama ini, jika Clara sendiri malah mempertontonkan dan mengobralnya untuk orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
ratu adil
vih sepadang sampah
2022-08-14
1
Fitrizar Dalimunthe
semoga saja saat pusaka pamungkas nya bersarang tapi pedang nya bukan yg pertama biar tau rasa tuh
2022-07-16
0
Osie
dan saat tuh pedang tumpul masul sarung clara eeh. eeehh ternyata tuh sarung udah blong kayak pintu rumah..hahahah
2022-07-14
0