Sampai tengah malam Muti menunggu Sultan, tapi dia belum juga kembali hingga membuat Muti merasa tidak enak dengan Elena.
Kemudian Muti pun berkata, "Maaf ya Mbak, aku telah merepotkanmu, jika Mbaknya mau istirahat, silahkan pulang saja Mbak, biar aku menunggu Kak Sultan di lobi hotel saja sambil ngopi di sana. Besok Mbak 'kan harus datang kesini lagi pagi-pagi," ucap Mutia.
"Memangnya nggak apa-apa aku tinggal Mbak Muti sendirian?" tanya Elena yang memang sudah mengantuk.
Muti pun mengangguk, lalu dia mengambil dompetnya dan menarik lembaran uang seratus ribuan, kemudian memasukkannya ke dalam kantong kemeja Elena.
"Apa ini Mbak? Mbak tidak usah membayar saya, ini sudah bagian dari tugas saya Mbak, dan jasa saya juga sudah dibayar tunai oleh Tuan Hendrawan," ucap Elena sambil mengembalikan uang itu ke tangan Mutia.
"Nggak apa-apa lho Mbak, buat beli makanan di jalan, saat pulang dari sini," ucap Mutia lagi sambil menyodorkan uang itu kembali.
Kalau begitu, terimakasih ya Mbak Muti. Saya permisi dulu, jika ada hal penting, telepon saja saya, ponsel saya aktif terus kok," ucap Elena.
"Iya Mbak Elena, sekali lagi terimakasih ya," ucap Mutiara sambil mengatupkan kedua tangannya.
Elena pun keluar dari kamar Mutia, lalu dia ke parkiran untuk mengambil mobilnya, tapi dia dikejutkan oleh pemandangan yang membuatnya menghela nafas dalam.
Elena melihat Sultan sedang berciuman mesra dengan wanita yang tadi sore menjemputnya di bandara Ngurah Rai, saat Sultan baru saja tiba.
Dan wanita itu tidak segan-segan menampilkan bagian atas tubuhnya yang terbuka hingga ke bagian belahan dadanya yang terlihat putih mulus di bawah terangnya sinar lampu jalan yang ada di parkiran tersebut.
Kemudian wanita itu memeluk Sultan dengan sangat erat dan kembali mendaratkan sebuah ciuman menggoda. Hal ini membuat darah kewanitaan Elena mendidih.
Sultan memang bukan siapa-siapa Elena, dia hanya sebatas pelanggan yang menggunakan jasanya sebagai tour guide.
Namun melihat kesabaran Mutiara yang menunggu kedatangan suaminya hingga larut malam di kamar bulan madu mereka, membuat Elena sangat marah, seakan dia ingin menghampiri wanita itu dan menjambak rambutnya. Agar dia tahu, pria itu bukan haknya tapi hak wanita malang yang sedang menunggu dengan setia di dalam sana.
Elena yang geram menutup matanya, lalu dia mengepalkan kedua tangannya dan memukul pintu mobilnya sendiri.
Saat Elena membuka mata dia melihat wanita itu sudah naik ke mobilnya dan pergi dari sana, sedangkan Sultan sudah berjalan masuk ke arah penginapan.
Elena melajukan mobilnya dengan tidak tenang, dia masih memikirkan bagaimana nasib Mutia kedepannya, jika di hari pertama bulan madunya saja, dia tidak di hargai sama sekali oleh suaminya.
"Muti, muti...aku baru saja mengenalmu, tapi aku tahu kamu itu gadis yang lugu dan sangat baik, kenapa kamu bisa terjerat dengan pernikahan seperti ini," monolog Elena sambil memukul stirnya.
"Mudah-mudahan sesegera mungkin di tunjukkan kebejatan suamimu dan kamu jangan sampai hamil dulu. Aku ingin membantu, tapi tidak mungkin aku mengatakannya langsung kepadamu Muti," monolog Elena lagi.
Sementara di penginapan, Muti sedang duduk di lobi hotel, sambil menyesap kopinya saat Sultan datang menghampiri.
"Kamu kenapa masih di sini! Mau tebar pesona ya, dengan pria-pria yang lalu lalang di sini!" ucap Sultan ketus.
"Eh, maaf Kak! Aku baru saja datang kesini, tadi kelamaan nunggu kakak di kamar, tapi karena Kakak kelamaan datang, makanya aku putuskan untuk minum kopi sambil menunggu kakak di sini," jawab Muti.
Sultan meninggalkan Mutia menuju kamar setelah meminta kunci darinya tanpa menghiraukan jawaban dari Mutia.
Muti pun segera meninggalkan kopinya yang masih dia nikmati sedikit, untuk pergi mengejar Sultan karena dia takut Sultan benar-benar marah.
Sesampainya di pintu kamar, Muti bingung ternyata kamarnya di kunci oleh Sultan dari dalam. Muti bingung harus bagaimana, mau menelepon Sultan, ponselnya pun tertinggal di dalam.
Muti mencoba menggedor pintu sambil meminta maaf kepada Sultan, tapi tetap saja pintu kamar itu tidak di buka, malah terdengar suara gemericik air dari dalam sana. Berarti saat ini Sultan sedang berada di kamar mandi.
Akhirnya Muti putuskan untuk duduk bersandar di depan pintu, sambil menunggu Sultan selesai mandi, barulah dia akan menggedor pintu kamarnya lagi.
Karena lelah dan mengantuk, Muti malah tertidur di sana, hingga menarik perhatian salah satu tamu penginapan yang kebetulan baru keluar dari kamarnya yang tidak jauh dari kamar Muti dan Sultan.
Pria tersebut ingin ke lobi hotel, karena dia merasa belum mengantuk.
Kemudian pria itu berjongkok mendekati Muti sambil memperhatikan wajahnya dan berkata, "Gadis yang cantik dan sangat menarik, kenapa kamu malah tidur di sini."
Muti yang mencium aroma parfum maskulin pria pun mengerjapkan mata, lalu dia terkejut dan berteriak tapi mulutnya keburu di bekap oleh pria tersebut sambil berkata, "Jangan berteriak! Aku tidak bermaksud jahat. Perkenalkan, namaku Adam, aku hanya ingin membangunkan kamu, kenapa kamu tidur di sini?" tanya Adam.
Muti pun bangkit, lalu dia berkata, "Nggak apa-apa, pergilah Mas! Aku hanya sedang menunggu suamiku saja. Dia sedang mandi jadi tidak mendengar suara ketukanku," ucap Muti.
"Oh, kamu sudah bersuami? Aku pikir masih gadis, tampaknya kamu, masih terlalu muda," ucap Adam.
Mutia hanya menanggapi perkataan Adam dengan senyum, dia sudah bersuami tapi saat ini masih perawan. Malah hal ini yang membuatnya takut, jika malam ini suaminya akan meminta keperawanannya.
Melihat senyum manis gadis itu, hati Adam terasa adem, tapi langsung dia tersadar bahwa, dirinya tidak boleh terlalu lama berada di sini bersama istri orang lain. Takutnya akan menimbulkan fitnah, apabila suami gadis yang ada di hadapannya itu nanti keluar dari kamar.
Kemudian Adam pun berkata, "Baiklah Mbak, aku pergi dulu, mau ke lobi. Jika butuh bantuan, cari saja aku di sana dan bisa kok minta kunci serep kamar kamu kepada pihak hotel," ucap Adam.
"Terimakasih Mas, sebentar lagi suamiku juga pasti selesai dan membuka pintu kamar ini," ucap Mutiara.
Adam pun tersenyum, sambil berlalu meninggalkan Mutia, dalam hatinya dia merasa tidak yakin, jika suami gadis itu, secara tidak sengaja membiarkannya tidur di luar.
Tapi Adam tidak mungkin ikut campur dengan urusan rumah tangga orang lain.
Sepeninggal Adam, Mutia kembali menggedor pintu, dan akhirnya di buka oleh Sultan yang baru saja selesai mandi. Muti kaget melihat Sultan menggunakan baju mandi yang bagian atas dadanya masih terbuka hingga menampakkan dada Sultan yang bidang dan berbulu.
Dengan malu dan sambil menelan ludah, Muti pun buru-buru masuk. Bagi Muti, ini adalah pengalaman pertama, melihat pemandangan seperti itu.
Sultan pun menutup pintu sambil berkata, "Aku pikir kamu mau tetap di sana sampai pagi!" ucap Sultan sambil berbalik dan mengelap rambutnya yang masih basah dengan handuk.
Perkataan Sultan, dari sejak pertama kali mereka bertemu hingga saat ini, seringkali pedas terdengar di telinga Muti. Tapi, mau tidak mau, senang atau tidak senang, Muti harus membiasakan diri dengan sikap Sultan yang sekarang telah sah menjadi suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
RATNA RACHMAN
sabarlah muti adam menunggu mu
2022-11-18
2
💖 NAMA Q CINTA 💖
sesak...hati
2022-09-13
1
Fitrizar Dalimunthe
ga di dunia nyata ga di novel kenapa sih yg tertindas itu selalu wanita dan setelah terluka begitu dalam masi saja mau bertahan dan bersatu sampai sesak tau ini yg nama nya dada saya
2022-07-15
0