Drttttt Drtttttt bunyi hp didalam tasku bergetar, kuambil lalu kulihat ternyata mas Randi yang nelpon.
" halo RAN, kamu apa kabar?"
" iya mas aku baik - baik saja. bagaimana dengan mas? " tanyaku balik
" Aku sudah mulai bekerja Ran, aku disini disediakan fasilitas tempat tinggal, kendaraan, wah seru ran. katanya tanpa menanyakan bagaimana keadaanku disini, dengan bahagia dan bangganya mas Randi menceritakan keadaannya sementara aku dikampung sendirian masih pengasingan nun jauh dari permukiman tempat tinggal masyarakat pada umumnya.
"Halo Ran kamu kok diam?"
" RAN......."
" i..iya Mas". aku tak sadar melamun hingga mas Randi terus memanggil untung saja aku cepat sadarnya.
" maaf mas, kenapa ? " tanyaku menghilangkan rasa gugup ini.
" Oh iya Ran ternyata Dayu sekantor dengan aku disini. aku tak sangka akan bertemu dia disini".
Deg......
detak jantungku rasakan seketika akan copot kala mas Randi menyebutkan nama Dayu.
" ooo iya mas?" Aku pura pura kaget dan biasa saja namun hati ini sakit dan kuatir dengan nasib pernikahanku dengan mas Randi.
" Oh iya mas akhir pekan kamu pulang kan?" tanyaku pada mas Randi. untuk berbasa basi walaupun aku tau jawabannya pasti tidak sesuai dengan harapan namun aku coba. Karena aku tau jangankan jauh sedangkan dekat saja mas Randi jarang pedulikan aku, apalagi sekarang keberadaan kami berjauhan. aku jujur sangat kuatir dengan semuanya.
" Akhir pekan ini mungkin belum Ran, namun berikutnya akan aku usahakan ya".
" Ooo iya mas semoga saja biar bagaimana Raja juga pasti rindu". itu alasan yang tepat agar mas Randi bisa meluangkan waktunya untuk pulang.
" Ya sudah dulu Ran aku mau beres - beres dulu".
" O iya mas". Jawabku lalu sambungan pun jadi putus.
malam pun semakin larut, namun mataku sedikitpun tidak menampakan rasa mengantuk hilang setelah usai bicara dan mendengar nama Dayu terus terngiang di telingaku mengisi rongga dada ini hingga terasa sesak.
***
Dayu adalah Mantang kekasihnya Mas Randi, lima tahun menjalin hubungan bukanlah waktu yang singkat. Dayu tega meninggalkan mas Randi dan menikah dengan bule asal Australia pertemuan singkat waktu Dayu melakukan studi banding di Bali. lalu Dayu ikut suaminya ke Australia sejak itulah Mas Randi berubah drastis jadi sosok pendiam dan dingin bagaikan es batu. dan aku sadar hanya jadi korban pelampiasan kekecewaan mas Randi karena ditinggal oleh Dayu. nasi sudah menjadi bubur pepatah itulah yang selalu menguatkan aku menjalani rumah tangga mengarungi kehidupan ini. awalnya sikap mas Randi baik, begitupun dengan mertuaku. namun itu tak lama hanya beberapa dua tahun saja. kurasakan tiada angin dan mendung tiba tiba hujan sikap mas Randi maupun mertua semuanya berubah 180 derajat.
namun akhirnya ku tau apa penyebabnya. ternyata Dayu sudah pulang dari luar negri dengan status janda. dari saat itulah kebahagiaan rumah tanggaku terkikis bagaikan telur diujung tanduk.
jadi aku hanya bisa pasrah, dipikiran ku dulu masih disini saja mas Bayu, perempuan itu tiada malu datang rumah mas Bayu, apalagi sekarang ketika aku jauh. sungguh aku tak berdaya. aku takut kehilangan mas Randi.
Kini Dayu datang lagi ditengah - tengah kehidupan dan rumah tanggaku istri mana yang tak resah jika ada orang ketiga masuk kehidupan rumah tanggaku.
***
Pagi ini aku beraktifitas seperti biasa, belum ada kabar dari mas Randi ada dua kalimat yang kirim, jangankan dibalas dibaca saja belum namun aku tetap berpikir positif.
"Selamat pagi Bu". sapa untuk mertuaku kala aku tiba dirumahnya. namun dia bukannya membalas ucapan ku namun malah menatapku dengan sinis.
" Mama.........". Raja menghampiriku lalu ku tunduk agar sejajar kupeluk anakku.
" Wa h anak mama sudah rapi ya, sudah sarapan? " tanyaku. namun Raja dengan cepat geleng kepala.
" Nenek belum masak ma". jawabnya.
" iya sudah Raja mau sarapan nasi kuning? mama beliin ya?" Dengan cepat raja anggukkan kepalanya. lalu aku pergi beli nasi kuning yang tak jauh dari rumah mertuaku hanya beberapa meter saja. jalan kaki saja aku cepat sampai.
ku beli nasi dus bungkus lalu segera pulang.
" Nak ini nasinya di makan ya". mama berangkat dulu ke kantor. " Raja jangan cengeng ya". pamit ku ke raja sambil ku kecup keningnya.
" Bu aku pergi dulu, titip raja ya". seperti biasa tak ada respon baik namun aku sudah terbiasa dengan situasi demikian.
" Selamat pagi Ran". seperti biasa Tita menyapaku.
" pagi". jawabku.
" RAN apa tidak sebaiknya kamu susul saja Mas Randi ke kota?"
" Maaf Ran, aku kasian sama kamu".
" kamu tuh kayak pengemis Ran, ngemis cintanya Randi".
Seketika tak sadar air mataku luluh tak tertahankan.
" Nangis aja Ran, nggak usah ditahan - tahan".
"Nih bahu aku masih kuat kok menopang tubuh kamu yang kurus itu".
Iya ku akui yang dikatakan Tita memang benar adanya. Aku bagaikan pengemis cinta mas Randi dan belas kasihan mertuaku. aku sadar akan hal itu. namun semua kulakukan demi utuhnya rumah tanggaku mengingat anakku satu - satunya.
" Sekarang Raja masih kecil Ran, kalau besar nanti dia tau kok kamu tuh ibunya".
" Terimakasih Ta".
" Maafkan aku".
" Doakan aku biar aku kuat jalani semua ini".
sambil berlalu pergi tinggal Tati sendiri.
aku menuju ke toilet untuk merapikan diriku karena sedikit lagi akan ada meeting, aku harus tampil dalam keadaan baik - saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments