***
" Apa rencana kamu selanjutnya nak?" tanya bapak yang tiba - tiba muncul dari dapur.
" Belum ada pak". jawabku singkat.
aku tak berani menatap mata bapak yang penuh selidik dengan sorot yang agak tajam.
" Kalau memang suamimu ingin menceraikan kamu mestinya dia kemari, dulu dia minta kamu baik - baik sekarang jika ingin pisah, ya lakukan dengan baik - baik pula, jangan main usir saja".
" Maafkan Mas Randi Pak, mungkin Mas Randi hanya emosi sesaat". ku yakinkan bapak agar tetap sabar.
" Bagaimana bapak bisa sabar nak, ini menyangkut harga diri kita, suami kamu terlalu lemah mudah sekali terhasut oleh orang tuanya".
" ibu bilang apa dulu nak, ini belum apa - apa Randi sudah mau menelantarkan kamu seandainya dulu kamu dengar nasehat kami mungkin ini semua tidak akan terjadi".
" Aku hanya diam tak berani menatap bapak dan ibu. mereka benar, aku saja dulu yang buru - buru menerima lamaran mas Tandi".
" Maafkan Rani Bu. pak".
" Rani salah, namun ini semua sudah terjadi".
" Rani benar pak sekarang ini sebagai orang tua kita harus bantu dia, jangan hanya menyalahkan anak kita ".
ibu masih berpikir bijak dalam hal ini.
,***
" Assalammualaikum pak sami".
" Alaikum salam ".
" Eh pak Tarjo, mari silahkan masuk ".
Bapak mempersilahkan tamunya masuk, sementara ibu berlalu ke dapur untuk membuatkan kopi untuk tamunya.
" terimakasih pak Sami".
" Begini pak sami, saya datang kemari mewakili keluarga untuk menyampaikan maaf kami atas apa yang sudah dibuat Randi untuk istrinya."
"Maksudnya apa ya pak tarjo?" tanya bapak karena belum paham dengan maksud kedatangan pak Tarjo.
" Begini pak tadi pagi kakeknya Randi singgah, beliau mewakili keluarga Randi membicarakan masalahnya Randi".
" Makanya saya yang datang terlebih dahulu untuk menyampaikan maaf kami untuk keluarga yang ada disini". " untuk itu diminta kesediaannya Rani dan keluarga untuk datang ke rumah saya untuk membicarakan masalah ini". jelas pak Tarjo panjang lebar.
bapak aku lihat menarik nafas lalu menghembuskan dengan kasar.
"Apa lagi maunya si Randi itu ?" bapak tersulut emosi.
" Sabar pak...". kata ibu sambil menepuk pundak bapak agar lebih tenang.
" baik pak kami akan datang sebentar malam di rumah bapak". jawabku.
" Kalau begitu saya pamit pulang dulu".
" Iya pak Tarjo". jawab bapak sembari mengantar pak Tarjo pulang sampai di depan pintu.
***
, kami sudah berkumpul di salah satu rumah warga yang merupakan keluarga besar Mas Randi. aku lihat ada Mas Randi, dan kedua mertuaku. sementara aku tidak menemukan keberadaan anak ku Raja.
Ibu mertuaku menatapku dengan sinis.
" Selamat malam". ucap salah satu yang mungkin sudah dipercayakan keluarga untuk memandu acara malam ini.
inti dari pembicaraan ini adalah mas Randi ingin rujuk kembali.
" RAN maafkan Mas ya".
" Kita pulang sekarang ya".
" Ingat RAN ada anak kita yang selalu menunggu".
" Beri aku waktu Mas". jawabku tak bergeming.
" Baik, Mas tidak akan memaksakan kamu untuk pulang sekarang, kapan pun kamu mau pintu hati ini selalu terbuka untukmu".
"Aku mau rujuk semata mata hanya untuk ibadah mas dan juga Raja. jawabku
" Aku ingin kita mulai dari awal lagi".
" Dan satu lagi mas, aku tidak mau ada orang ketiga dalam rumah tangga kita".
"Maksud kamu apa ya Ran?" tanya ibu mertuaku pura - pura sedih dengan keadaan.
" Maaf Bu, Maksud aku biarkan kami berdua untuk belajar menjalani bahtera rumah tangga kami selanjutnya. dan ibu tidak boleh mencampuri urusan rumah tangga kami terlalu dalam". kataku panjang lebar dan terpaksa menyinggung mertuaku karena kenyataan selama ini seperti itu adanya .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Ayano
Aku masih pantai sih. Bagus ceritanya. Meskipun nemuin bagian mak jleb sama ngeselin
Cemangat
2023-04-12
0