" Tak disangka ya gara - gara perempuan itu kamu jadi lemah". kata ibu kala kami baru menginjakkan kaki di rumahnya.
" Sudahlah Bu, kami hanya ingin melakukan yang terbaik".
" O iya Bu mulai hari ini aku dan Raja akan ikut sama Rani. kami akan memulai kehidupan kami yang baru layaknya keluarga kecil".
" Apa........!"
" Apa ibu tidak salah dengar RAN?"
" Dan kamu". ibu menunjuk kearah ku dengan tatapan tajam
" sudahlah Bu, ikhlaskan anak kita untuk belajar lebih mandiri". kata bapak mertuaku ikut berkomentar mengenai keadaan yang semakin memanas antara ibu dan mas Randi.
" Bapak ini bagaimana sih, cepat sekali berubahnya". " Kenapa bapak sekarang membela manusia itu ketimbang ibu?"
" Maaf Bu, bukannya bapak membela, namun inilah kenyataan yang harus kita hadapi, kenyataan bahwa Randi sudah menikah, sudah punya tanggungjawab. kita sebagai orang tua hanya harus mendukung dan mendoakannya yang terbaik". kata bapak dengan penuh bijaksana.
" Terimakasih atas pengertiannya pak".
"Randi pamit ya pak, Bu..".
Bapak hanya mengangguk pelan, sementara ibu masih dengan sorot mata yang tajam
" Sampai dimana dia akan bisa hidup dengan perempuan itu ". batin ibu dengan penuh kesal.
***
" Mas terimakasih ya semoga kedepannya kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih harmonis".
"Amin...." ucap mas Randi.
" Maafkan mas ya selama ini sudah kasar sama kamu".
Aku mengangguk pelan tak sadar butiran hangat akhirnya jatuh juga dari pelupuk mataku.
" Ma, Papah....".
" Di sini aku nggak ada teman bermain, tidak seru ma.....".
"Aku tinggal sama nenek saja ya?" pintanya sambil memohon.
" Bagaimana Ran, menurutku kasihan juga Raja ".
" Mas ini kan baru memulai, siapa tau ada teman raja yang mau main kesini, atau kita yang antar Raja ke rumah temannya untuk bermain". tolak ku dengan cara halus, biar mas Randi tidak tersinggung atau marah lagi.
aku hanya mencoba menjalani hidup rumah tanggaku dengan normal, ada suami, ada anak yang bisa diajak berkomunikasi jika aku membutuhkannya.
" Ma.... papah...".
"Kenapa sayang....". jawab kami hampir bersamaan.
" Sepi banget ma, papah...".
"Memangnya orang - orang semua pada kemana? kok sepi banget".
" Raja .....".
" Sini ". aku merangkul tubuh anakku yang mungil. saat - saat seperti inilah yang aku inginkan, Raja tidur di dekapanku.
***
pagi ini suasana begitu berbeda, didapati suami dan anakku sedang bermain dihalaman rumah.
" Mas ini kopinya". disimpan kopi di atas meja juga beberapa cemilan.
" Hari ini biar aku yang antar Raja ke sekolahnya ya Mas, sekalian berangkat ke kantor, kebetulan searah".
" Kamu tunggu Mas saja, kita sama sama berangkat ya?" kata Randi sambil mengusap lembut kepalaku.
" Terimakasih ya mas".
tak lama akhirnya kamipun berangkat. mobil yang membawa kami berjalan pelan - pelan karena melewati jalan setapak yang sedikit licin kemungkinan tadi malam hujan turun.
setelah 20 menit tibalah kami di depan rumah ibu mertuaku.
" Nenek.....". Raja langsung berhamburan memeluk neneknya seolah - olah berapa bulan tidak bertemu padahal baru kemarin. maklumi begitulah kedekatan mereka kadang susah untuk dipisahkan.
" Bu....". sambil mengulurkan tangan namun seperti biasa tak pernah disambutnya. hanya Mas Randi saja.
" Kami pamit dulu ya Bu".
" Iya....". kata ibu melirik kesal kearah ku.
" Kamu yang sabar ya Ran...". kata mas Randi sambil menggenggam tanganku. aku hanya mengangguk pelan.
" Ma sebentar jangan lupa jemput aku ya.... ". kata raja dengan manjanya.
Akhirnya sampai juga didepan sekolah raja.
" Anak papah yang pintar ya". kata mas Randi sembari mengecup kening Raja.
" Siap papah... mama... ". kata Raja sambil menghormat lucunya.
lalu mencium tangan kami bergantian.
" Dah..... ma .... papah ..". pamit raja sambil berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments