Sepanjang perjalanan pulang dari masjid. Fakhri terus terbayang-bayang Rania. Gadis itu, berani sekali sengaja datang ke masjid sendirian, bertemu dan berbicara dengan laki-laki pula, meskipun hanya sekedar mampir. Tapi tetap saja, mereka hanya ngobrol berdua saja tadi. Bukankah sudah sering dijelaskan, jika pergi atau bertemu seseorang, ajaklah teman, jadi tidak bertemu atau berbicara berdua saja, gumam Fakhri dalam hati.
Fakhri sudah sampai di rumahnya. Setelah mengucapkan salam, dia bergegas masuk ke kamarnya hendak membersihkan diri dan bersiap-siap, dia tidak mau terlambat sampai kampus.
"Assalamualaikum. Bang Fakhri....," sapa Rara mendekat dengan tergesa.
Fakhri menghentikan langkahnya dan menoleh pada Rara.
"Iya, ada apa Ra?" tanya Fakhri.
"Bang Fakhri udah selesai kelasnya,"
"Iya baru saja,"
"Nggak ada kelas lagi. Bang Fakhri mau ke mana?"
"Nggak ada. Ini mau langsung pulang, trus ke masjid. Masih ada kegiatan pendistribusian dana dari beberapa donatur kemarin," jelas Fakhri.
"Kamu juga mau pulang?" tanya Fakhri.
"Rencananya bang. Tapi masih ada kelas, kirain bang Fachri belum mau pulang, mau sekalian nebeng," jawab Rara lugas.
"Maaf, abang harus pulang sekarang, kegiatan di masjid udah nunggu. Lagian abang juga nggak bawa mobil, cuma bawa motor, jadi nggak bisa juga ngajak bareng," jelas Fakhri lg.
"Abang pamit ya. Assalamualaikum,"
"Walaikusalam."
Bawa mobil aja mesti ngajak temen lagi, mana mau bang Fakhri pergi berduaan saja. Apalagi kalau dia bawa motor, nggak akan bisa duduk di belakang motornya. Cuma istrinya nanti kayaknya yang bisa duduk di situ, dan calonnya harus aku, gumam Rara memperhatikan Fakhri yang sudah menjauh.
Fakhri sudah melajukan dengan tenang motornya membelah jalan. Fikirannya masih tertuju pada Rara. Gadis itu sudah berulang kali terlihat secara terang-terangan berusaha terus mendekatinya.
Fakhri sangat mengenal Rara, sama halnya seperti dia mengenal Rania. Mereka berdua dikenalnya sedari kecil saat sering mengaji di masjid dulu, karena mereka berdua bersahabata karib, dan selalu berdua.
Fakhri dan Rara juga Rania paling cuma berbeda usia sekitar tiga tahunan saja. Fakhri ingat saat dia menginjak bangku Sekolah Menengah Atas, Rania dan Rara masuk ke sekolah menengah pertama. Saat Fakhri mulai masuk kuliah, mereka berdua masuk sekolah menengah atas, kesibukan membuat mereka sudah jarang mengikuti kegiatan di masjid lagi.
Berbeda bagi Fakhri, Masjid adalah juga rumahnya, sesibuk apapun dia pasti punya waktu mengurusi semua kegiatan remaja masjid yang awalnya di bawah naungan ayahnya, ustad Fahlevi.
Karena anak seorang ustad pulalah, disamping juga ikut mengajar ngaji di masjid. Fakhripun sering di panggil Ustad Fakhri. Walaupun dia sendiri selalu menolak, mengingat ilmu agamanya belumlah seberapa, dan meminta di panggil bang Fakhri aja kepada murid-murid ngajinya.
Tak di sangka pada akhirnya Rara dan dirinya menjadi dosen di universitas yang sama, meskipun Rara baru beberapa bulan ini lulus sebagai dosen. Sedangkan Rania, dia sudah sangat lama tidak bertemu gadis itu. Karena sudah tidak pernah mengikuti kegiatan di masjid lagi, lagipula rumah mereka juga agak berjauhan karena sudah beda kecamatàn, sejak Fakhri dan keluarganya memutuskan pindah rumah.
Rania lebih pendiam dan pemalu di bandingkan Rara yang lebih berani dan agresif. Fakhri bukannya tidak tahu kalau kedua gadis itu menyukainya, dan bersaing walaupun mereka bersahabat, sejak dulu. Tapi seperti yang pernah Fakhri katakan pada mereka berdua, bahwa tidak ada istilah pacaran dalam agama islam. Jadi mereka berduapun faham untuk tidak mengungkapkan mengenai hal-hal tersebut kepada Fakhri, dan mereka menyadarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ʏᴏͯɴͥɴͣaͦ🍿👑🎧⁹²⁵BT
kok ngk jawab salam nih bg ustad.... waalaikumsalam.....
2021-11-30
0
GreenLee
uuhuk
2021-02-07
0
As-Sana (IG: rain_session
aku mendukungmu..
2020-07-05
1