Rania menerima pesan masuk dari Rara. Sudah lama sekali dia tidak berkomunikasi dengan sahabat masa kecilnya itu. Setelah pertemuan di masjid saat penyerah bantuan dan donasi waktu itu, tidak ada komunikasi berlanjut antara dirinya dan Rara.
Lalu tiba-tiba Rara mengiimkan pesan via WhatsApp untuk bertemu di salah satu tempat makan di dekat kantor Rania ketika jam makan siang. Rania mengerutkan alisnya dan bertanya-tanya sendiri. Apa sekiranya yang akan dibicarakan Rara. Karena Rania sangat mengenal baik sahabatnya itu. Rara tidak mungkin tiba-tiba ingin mengajaknya bertemu jika tidak ada hal yang akan dibicarakannya.
"Mbak Sin, nanti makan siang di mana?" tanya Rania pada Sinta.
"Belum tahu Nia. Emangnya kenapa," tanya Sinta heran.
"Mbak makan siang temenin Nay aja yah, di rumah makan depan kantor," pinta Rania
Sinta memandang Rania heran. Tidak seperti biasanya, fikir Sinta.
"Ada apa Nia....," tanya Sinta menjawab rasa penasaran dan keherannya.
"Apa si bos mau ngajakin kamu makan siang berduaan aja," tanya Sinta lagi sebelum Nia sempat menjawab pertanyaannya tadi.
Rania menggelengkan kepalanya.
"Jika bukan si bos, berarti ini tentang si ustad, tapi kan nggak mungkin banget si ustad idola ngajakin makan berduaan," kembali Sinta bertanya dan menjawabnya sendiri.
Nay jadi tersenyum melihat Sinta yang bertanya dengan kesimpulan fikirannya sendiri.
"Eeeehh ini anak, ditanyain malah senyum-senyum sendiri," Sinta pura-pura marah.
"Mbak Sinta lucu deh," jawab Nay tersenyum manis
"Udah jangan semanis itu. Nanti bukan hanya si bos dan sang ustad yang jatuh cinta. Aku bisa jatuh cinta juga pada senyummu itu," goda Sinta kembali.
Lalu keduanyapun tertawa ngakak, mereka benar-benar sudah seperti kakak dan adik saja.
"Rara ngajakin makan siang bareng mbak," ujar Rania akhirnya.
"Lalu apa hubungannya sama mbak. Bukankah dia sahabat kecilmu, lalu kenapa mbak harus ikut," tanya Sinta.
"Nia dan Rara sudah lama sekali tidak pernah saling berkominikasi. Pertemuan kami ketika penyaluran bantuan dan donasi kantor kita waktu itu mbak,"jelas Rania.
"Setelah itupun kami tidak ada komunikasi. Dan tadi tiba-tiba Rara mengiriminya pesan mengajak bertemu jam makan siang. Rara tidak mungkin tiba-tiba mengajak bertemu tanpa tujuan mbak. Nia yakin ada yang akan dibicarakannya," jelas Rania lagi.
"Husst.....tidak boleh bersuudzon. Mungkin saja dia kangen pada sahabatnya," jawab Sinta.
"Nia tidak pernah berfikir untuk bersuudzon mbak. Bahkan Nia selalu menimbuhkan sikap husnudzon pada siapapun. Tapi Nia takut mbak. Mbak Sin tahu sendiri Nia ini orangnya paling malas untuk berdebat, apalagi kalau sampai harus ribut. Temenin Nia ya mbak," bujuk Rania.
"Mungkin kalau ada mbak Sin, Rara akan bersikap lebih sungkan," ujar Rania lagi masih membujuk.
"Jadi aku mau dijadiin tameng nih," canda Sinta.
"Mbakkkk.....," rajuk Rania.
"Iyaa....iyahhh, mbak temenin. Tapi ini nggak graris loh," putus Sinta akhirnya.
"Tenang aja, mbak mau minta apa aja Nia kabulin," jawab Rania senang.
"Apapun.......," Sinta memastikan.
"Yah.....apapun mbak ku sayang," Rania menunjukkan jari tengah dan telunjuknya di samping dahi tanda berjanji.
"Kalau gitu mbak minta terima si bos yang mau kamu jadi ceweknya," spontan Sinta.
"Iihhh....mbak Sin. Kok malah si bos sih yang di bahas," elak Rania.
"Mbak heran deh sama kamu. Kurang apa coba si bos. Ganteng iya, tajir iya karena punya usaha sendiri dan juga keturunan tajir dari orang tuanya. Baik, ramah, sopan. Nggak beda kalau mau di bandingin sama si ustad ganteng. Malah lebih untung banyak si bos," jelas Sinta sedikit geram.
"Alesannya apa sih Nay.....," tanya Sinta penasaran sambil ngebayangi wajah tampan si bos.
"Mbak Sin ajalah sama si bos," balas Rania.
"Kalau si bos mau, mbak pasti nggak bakalan nolak Nia. Kamu tahu sendiri, mbak ini karyawan terlama, kami sama-sama masuk kantor ini saat big bos mengundurkan diri dan si bos yang menggantikannya.
Mbak berada di kantor ini berbarengan si bos menggantukan dadynya," jawab Sinta atas ucapan Rania barusan.
"Mbak ini sekretarisnya dari awal, dan belum tergantikan sampai hari ini. Mbak bahkan selalu bersamanya. Tapi nggak pernah sekalipun si bos menunjukkan ketertarikannya pada mbak, selain antara bos dan sekretarisnya," jelas Sinta kembali.
"Dan mbak sangat yakin Nia. Alasan si bos mengangkat kamu menjadi wakil sekretaris, karena si bos sudah menaruh perasaan sama kamu dari awal, sejak dari pertama kamu menginjakkan kaki ke kantor ini," tambah Sinta kembali.
"Nia nggak berani mbak. Nia dan si bos itu ibarat bumi dan langit. Nia berada di bumi sebagai orang biasa. Si bos di atas langit sebagai seorang Sultan," jelas Rania pelan.
"Belum pernah ada di kantor lainnya, jabatan sebagai wakil sekretaris, keculai di kantor kita ini. Harusnya dari sana aja kamu bisa tahu Nia, si bos tidak main-main dengan ucapan cintanya waktu itu," putus Sinta kembali akhirnya.
Sinta kembali menatap Rania. Dia tahu itu bukankah alasan utama. Hatinya masih terpatri pada si ustad, dia belum memdapatkan kepastian atas perasaannya, hingga tidak berani untuk melangkah, mengambil keputusan lain untuk hatinya, gumam Sinta kembali dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Al Maulana
aku lma2 bingung sendri namnya jd ganti2..susan yo jd sinta rania yo jd nay klu ndk niat udahin aja thor
2022-03-02
0
Rinjani
onok onok ae kok Susan jd Sinta sapa lagi
2022-01-14
0
Dyah Hanza
author lupa... susan berubah jd Sinta...,
2021-09-27
0