Sejak mendengar cerita dari Angela kemarin, hati Rania menjadi gundah.
Padahal dia sudah cukup lama membuang semua rasa di hatinya, menguburnya dalam-dalam.
Wajah yang selama ini sudah hilang dari ingatannya tiba-tiba hadir kembali.
"Angel bareng mas Rian aja ya," ujar Rania pada adilnya
"Loh kok bareng kak Rian, biasanya juga Angel kan bareng kak Nia," bantah Angela.
"Mbak Nia hari ini buru-buru, jadi nggak bawa mobil,"
"Mbak Nia mau bawak scoter yah?" tanya Angela lagi.
"Iya dek, ntar nggak keburu mbaknya,"
"Ya udah bareng Angel biar mas Rian anter," Rian sudah bersiap di hadapan mereka.
"Tuh mas Rian juga udah siap. Ya udah mbak Nia duluan ya, Assalamualaikum," pamit Rania
"Walaikusalam," balas keduanya berbarengan.
Rania berlalu membawa scoternya. Dia memutar arah melewati masjid, memilih jalan yang lebih jauh sebenarnya kalau dia melewati jalan biasanya.
Tapi Rania tidak perduli, pagi ini dia sengaja pergi lebih pagi dan memutar arah belakang melewati maajid. Rania sengaja tidak mau membonceng Angela, adiknya itu.
Karena jika dia ikut bersama Rania. Gadis kecil itu pasti sudah lebih dulu protes.
Kenapa harus memutar jauh melewati masjid, kalau malah membuatnya berjalan memutar dan lebih jauh dari biasanya.
Tidak mungkin kan Rania mengatakan yang sebenarnya pada adiknya itu. Bahwa pagi ini dia sengaja mekewati masjid memastikan untuk bisa melihat ustad idola adiknya itu.
Karena Rania tahu sudah menjadi kebiasaannya sedari dulu setelah sehabis subuh hingga pagi, sang uatad pasti berada di masjid. Dia biasanya tadarusan terlebih dahulu, baru kemudian membersihkan atau membereskan apa aja di luar halaman masjid. Rania sudah hafal betul itu.
Dan nyatanya semua tidak seperti persis yang di fikirkannya. Saat scooternya sudah memasuki halaman masjid, Rania melihat laki-laki lain di sana sedang menyapu halaman masjid.
"Loh mbak, kenapa berdiri aja di situ," tanya laki-laki itu menghentikan aktifitasnya.
"Ah nggak, maaf saya hanya lewat, kangen sekali maajid ini, sudah lama sekali tidak ke sini," balas Rania sendu.
"Apa nggak ada kegiatan ngaji pagi in," tanya Rania berpura-pura.
"Nggak ada mbak. Hari kerja semua kegiatan pengajian sore dan malam hari. Kecuali hari minggu semua kegiatan pengajian full ada yang pagi, sore dan malam," jelas laki-laki itu panjang lèbar.
"Sepertinya mas ini juga salah satu remaja masjid yang mengatur kegiatan maajid yah," selidik Rania.
"Alhamdulillah, saya bisa membantu bang Fakhri di sini mbak. Biasanya saya selalu menggantikannya ketika beliau berhalangan," jelaanya lagi.
"Oooo gitu. Makasih ya mas......," Rania sengaja memperpanjang menyebutnya untuk dapat mengetahui nama laki-laki itu.
"Saya Yudi mbak," jawabnya seolah faham
"Saya Rania mas. Insha allah bila ada waktu nanti, saya juga ingin bisa kembali membantu kegiatan masjid. Syukron ya maa Yudi," Rania menyatukan kedua tangannya di depan dada.
"Saya permisi mas Yudi. Àssalamualaikum," Rania berbalik membawa scooternya.
"Waalaikusalam. Monggo mbak," jawab laki-laki itu sopan.
Sementara dari dalam masjid sepasang mata tampak memperhatikannya. Dia menebak dan tidak pasti, apalah benar gadis itu.
"Yud...,"
Laki-laki bernama Yudi itu bergegas menghampiri
"Siapa barusan yang ngobrol sama kamu," tanyanya berhati-hati.
"Seorang gadis yang sengaja tadi mampir bang, katanya dia merindukan maajid ini karena sudah lama sekali tidak lagi mengikuti kegiatan di masjid," jelas Yudi.
"Namanya tadi.....Rania kalau nggak salah bang," jawab Yudi kembali.
Ternyata benar dia, ujarnya dalam hati.
"Ya udah kamu kembali selesaikan kerjaan kamu. Sebentar lagi abang juga mau balik, karena ada jam ngajar pagi," jawabnya kembali
"Baik bang,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Al Maulana
wao moga2 critnya seru smpek akhir ya
2022-03-01
0
Rinjani
bagus
2022-01-14
0
GreenLee
ekhem
2021-02-07
0