Rania sendiri masih bingung. Dia sangat memahami Rara. Bagaimanapun mereka adalah sahabat karib ketika masa remaja. Ketika zaman-zaman sejak cinta monyet melanda. Tapi baik Rara maupun Rania sama-sama tahu, bahwa cinta mereka berdua pada Fakhri bukanlah sekedar cinta monyet belaka.
Sejak dulu, mereka berdua sudah menetapkan hati, pada satu pilihan yang sama. Seorang Ustad. Laki-laki soleh yang sangat lembut dan santun. Laki-laki yang baik, yang bukan saja sebagai imam, tapi juga seorang laki-laki yang akan mampu membimbing mereka nanti agar bisa menjadi istri yang soleha. Dan Rania tidak bisa memilih, antara perasaan sahabatnya, atau perasaannya sendiri.
"Aku tahu Nia. Aku tidak akan mungkin bisa memintamu untuk membuang bahkan mengubur perasaanmu untuk bang Fakhri," ujar Rara kembali menatap Rania.
"Karena kita berdua sama-sama tahu, bahwa untuk siapa perasaan yang kita punya itu. Tapi Nia, kau tahu sendiri bagaimana aku. Aku tidak akan membiarkan siapapun mendekati bang Fakhri. Mestipum itu kamu, sahabatku sendiri," ujar Rara lantang.
Rania terkejut. Sefrontal itu Rara mengingatkannya. Mengancam dengan jelas agar jangan sampai dia mendekati Fakhri.
"Kamu tenang aja Ra. Aku hanya bertemu bang Fakhri satu kali itu saja, ketika kebetulan menjadi perwakilan kantor untuk memberikan bantuan dan donasi kepada mereka yang membutuhkan," jawab Rania tenang menatap Rara.
"Sejak hari itu aku tidak pernah bertemu bang Fakhri lagi. Dan sepertinya tidak ada kesempatan atau jalan yang memungkinkan untuk kami bertemu kembali," ujar Rania kembali.
"Dan aku juga yakin Nia. Aku pasti akan mendapatkan bang Fakhri. Rasanya tidak ada alasan baginya untuk menolakku. Aku cantik, berpendidikan, berhijab, kekuarganya juga baik dan terpandang," Rara berkata yakin dan pede.
Sinta tampak melongo. Menatap Rara dan Rania secara bergantian. Cihhh, percaya diri sekali gadis ini, ujar Sinta mendengarkan omongan Rara. Sinta juga sngat jelas tidak menyukai sikap yang Rania ambil, dia seperti mau mengalah pada Rara, yang katanya sahabat kecilnya itu.
"Apa kalian berdua lupa, Lauhul Mahfudz ( اللوح المحفوظ ) adalah kitab (catatan) di mana Allah menulis takdir seluruh makhluk sebelum mereka diciptakan oleh Allah. Takdir itu baik berupa Rezeki, Jodoh dan juga kematian," ucap mbak Sinta tidak tahan untuk menimpali.
Rania dan Rara tampak terdiam memandang saja mbak Sinta.
"Sebagaimanapun kuatnya kita berusaha, kalau memang tidak jodoh, tidak ada bersatu. Sebaliknya, sebagaimanapun kuatnya kita menghindar, kalau memang jodoh, Allah akan punya caranya sendiri untuk mempetemukan dan mempersatukan," kembali mbak Sinta berucap.
Baik Rania maupun Rara hanya menatap saja Sinta. Mereka tidak dapat menyangkal apa yang dikatakan oleh Sinta.
Rania tersenyum menyambut nasehat teman yang sekaligus sudah dianggapnya mbak sendiri itu. Sedangkan Rara jelas-jelas menunjukkan wajah tidak sukanya pada Sinta.
Apa maksudnya bicara seperti itu, geram Rara dalam hati menatap Sinta.
Ditatap tajam seperti itu tidak membuat Sinta mundur. Dia tersenyum menanggapi ketidaksukaan Rara, sebagai seorang yang lebih dewasa dari mereka berdua, Sinta tentu saja mampu untuk menghandel emosinya.
"Maaf, aku bukan bermaksud untuk ikut campur urusan kalian berdua," ucap Sinta lagi lembut dan tersenyum.
"Sebagai orang yang lebih dewasa dari usia kalian berdua, saya hanya ingin memberikan nasihat. Agar persahabatan kalian tidak akan bermasalah karena urusan asmara," senyum Sinta kembali.
"Nia, jam istirahat udah mau habis....Yukk balik ke kantor," ajak Sinta akhinya memutuskan.
Sinta merasa semakin lama Rania bersama yang katanya sahabatnya itu, akan membuat gadis itu jadi semakin egois dan mengintimidasi, batinnya dalam hati.
"Walaupun mbak yakiinnn, biarpun kamu terlambat masuk kantor. Bos ganteng yang udah tergila-gila padamu itu tidak akan mungkin bisa marah," lagi-lagi Sinta berucap.
"Mbakkk Siinn......," Rania memotong ucapan Sinta.
Sinta terdiam. Padahal aku masih ingin melanjutkan memanas-manasin gadis ini menggunakan nama si bos tampan, Sinta kembali berujar dalam hati.
Rara sontak menatap Sinta. Perkataannya seakan menyentil Rara. Sinta ingin menyindirnya secara halus. Mengatakan bahwa ada orang lain yang juga berkompeten yang mencintai Rania.
Apa dia ingin menegaskan, bahwa Rania itu lebih di atas dibandingkan diriku, Rara berspekulasi sendiri.
"Ra....aku pamit ya. Terimakasih atas pertemuamnya, mengobati rasa kangen yang sudah lama tidak berjumpa," ucap Rania ramah dengan senyum manisnya, kemudian memeluk Rara.
Rara tersenyum kaku dan membalas pelukan Rania. Lalu kemudian juga menyalami mbak Sinta.
Tingkiyuu bangetz yg udah setia membaca novel "Mengejar Cinta Ustad"
Mohon Dukungannya
👇
Vote
Like 👍
Favorit ❤
Coment 💬
Baca juga Novel Author Lainnya
☆ Love Or Be Loved
☆ Cinta 90
Mohon juga Dukungan
👇
Vote
Like 👍
Favorit ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Masfufah
pede abis...
2021-03-15
0