Pendekar Mata Dewa
Air laut membuat pasir basah dan surut. Sebuah perkotaan yang berdiri di tengah laut sudah kacau. Jejak yang di atas pasir lalu seruan para pendekar pun terdengar begitu keras memekakkan kedua telinga.
Senjata berupa pedang, belati, racun, busur dan panah, semua itu mereka gunakan hanya untuk membunuh satu-satunya pemuda yang buta. Tidak bisa melihat di sekitarnya sama sekali, justru menjadi sasaran empuk bagi mereka namun tak seorang pun yang dapat menyentuhnya kecuali para pemimpin beberapa kelompok kecil.
Mereka berasal dari tanah yang gersang sama seperti pemuda buta tersebut. Hingga akhirnya perang itu terus berlanjut ke satu kota ke kota lainnya sampai berakhir di dekat perairan, sebuah laut.
Akan tetapi, para pemimpin kelompok kecil tersebut didesak oleh seorang pria yang mempunyai kuasa dan kekuatan yang lebih kuat dari mereka. Memprovokasi lalu membantai semua orang yang di sana, tak menyisakan satu pun termasuk teman si pemuda buta itu.
Pemuda buta, ia tak bisa melihat karena kedua matanya sudah tidak ada. Karena itulah ia disebut sebagai orang buta, namun di kala perang saudara itu terjadi, secercah cahaya terlihat jelas dari kedua mata yang seharusnya tidak ada.
Semua musuh yang berusaha keras untuk membunuhnya pun akhirnya diluluh lantahkan. Konon, banyak penduduk yang tersisa bercerita bahwa sosok dari pemuda buta itu sudah jelas berbeda dari sosoknya dulu.
Sosok dengan bergelimpangan darah yang kini menjadi penguasa wilayah timur tengah.
Ia menatap genangan darah dari para mayat pendekar, terus mengalir ke arahnya sampai jatuh memenuhi laut yang terbakar oleh bara api.
Laut Merah. Itulah sebutannya.
***
5 tahun berlalu. Di bagian wilayah timur laut.
“Kau takkan pernah tahu wujudnya, karena dia tidak pernah keluar dari tempat itu.” Seorang pria tengah berbicara pada temannya.
“Haha ...itu benar. Tapi bagaimana dengan rumor ini?” Salah seorang pria yang berada di dekatnya mendekati pria yang tadi memulai pembicaraan. “Dia seorang pria dengan dua pedang dan sehelai kain yang menutupi kedua matanya. Rambutnya panjang berwarna hitam tapi sangat tipis. Bagaimana?”
“Hah, apa itu? Mana ada orang yang ...” Pria itu hendak bicara lagi namun kalimatnya terhenti karena kedatangan seorang asing.
Di suatu kedai yang ramai akan pelanggan di sana. Ruangannya cukup besar untuk dikatakan sebagai kedai kecil. Hari itu, seorang pria yang barusan dibicarakan datang dan duduk dengan tenang di salah satu tempat duduk yang ada.
Pria itu berambut hitam panjang dan tipis. Seikat kain menutupi bagian penglihatannya, lalu dua pedang yang terselip di pinggang. Jelas saja bahwa pria itu mirip seperti rumor yang tersebar di wilayah ini.
“Jangan bercanda! Itu tak mungkin!” seru pria berjenggot tipis yang kemudian pergi setelah menggebrak meja dengan keras.
Wilayah ini adalah wilayah timur laut. Pria dengan seikat kain sebagai khasnya terkekeh-kekeh setelah menatap langit di atas. Lalu menghela napas panjang, kemudian berjalan hendak masuk melewati gerbang suatu istana.
Istana Wulan.
Para pengawal yang ditugaskan menjaga gerbang pun tersentak akan keberadaan pria itu. Sebab, ia tiba-tiba datang tanpa suara. Mereka bertanya siapakah dia.
“Aku?” Pria itu menunjuk dirinya lalu beberapa saat kemudian ia tersenyum. “Aku adalah penguasa bagian wilayah timur tengah, Asyura!” Begitu nama dari penguasa yang terkenal kejam itu disebut, mereka terkejut dan bergidik ketakutan.
Tak lama, ia masuk ke dalam. Dan menemui seorang raja, penguasa di wilayah timur laut. Duduk di singgasana istana Wulan, menatap tajam padanya dengan sombong.
“Apa yang kau inginkan? Perang?” tanya Yang Mulia Raja Ming.
“Jika bisa, saya ingin menghindari perang. Bagaimana jika kita menyatukan bagian timur ini?” Asyura mengajukan permohonan secara langsung kepadanya.
Raja itu sedikit tersentak. Beberapa pengawal yang berada di luar dan dalam di ruang singgsana juga mengeluarkan ekspresi yang sama. Diam tak bergeming sedikit pun.
Yang Mulia Raja, penguasa wilayah timur laut itu berkata, “Kudengar dirimu adalah penguasa yang kejam, tapi dibalik itu aku tak percaya. Tapi aku tak meragukan kemampuanmu. Asyura,” tutur sang raja yang kemudian bangkit dari singgasana.
“Tapi dengan syarat. Menikahlah dengan putriku, Ming Yu Jie!” imbuh sang raja.
Asyura terdiam lantaran wajah yang ia tunjukkan adalah sebuah kecemasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kenta jaya
wew.. /Sweat//Sleep/
2024-06-10
0
Re Ms
kerennn baru awal dah nikah ama nak raja jadi pengen juga🤤
2022-07-21
2
Orange Cat
Ok lah, awal awal udah mau disuguhin sama anak raja 😊
2022-07-16
3