Istana Wulan.
Setelah apa yang ia lakukan pada salah satu pengikut Luo, Pemimpin Wang datang memberi laporan pada Kaisar Ming pada pagi hari ini.
“Asyura tidak kunjung pulang ke kediaman saya. Saya jadi khawatir kalau dia kabur atau semacamnya. Namun ada berita bagus mengenai dirinya.”
Wang Xian memberitahukan tentang keberadaan istri kedua Yongchun. Mulai dari nama, usia hingga wajah yang mampu Wang Xian lukiskan. Kaisar Ming tampak puas karena Wang Xian benar-benar telaten dalam mengerjakan tugasnya.
“Lalu bagaimana dengan istri pertamanya? Apakah dia ikut datang juga bersama dengan istri keduanya itu? Aku ingin lihat mereka, apakah mereka hanya wanita biasa ataukah pendekar.”
“Sayangnya, istri pertamanya tidak datang. Tapi kalau dipikir kembali, istri keduanya yang datang tiba-tiba, mungkin hanya kebetulan saja. Mungkin dari awal Asyura tidak ingin kedua istrinya terlibat hal ini,” pikir Wang Xian.
“Hm, ada benarnya. Lagipula istri keduanya sangat muda, di umur segitu pasti dia punya sisi kecerobohan yang amat besar.”
“Yang Mulia ada benarnya. Lalu mengenai apakah mereka hanya orang biasa atau pendekar, sejujurnya saya sendiri masih belum bisa memastikan. Kalau dilihat dari pakaian yang pendek itu, mungkin dia adalah pendekar namun tak ada senjata apa pun yang tersimpan dalam dirinya,” ungkap Wang Xian.
Kaisar Ming tertawa. “Hahaha! Kalau dia adalah pendekar maka jelas kalau dia tak sebanding dengan suaminya. Namun alangkah baiknya jika dia hanyalah orang biasa.”
Mendengar Kaisar Ming tertawa, Wang Xian cukup puas dan merasa lega akan sesuatu.
“Oh, ya. Bagaimana dengan perkembangannya? Dan apakah dia bicara mengenai pernikahannya?” tanya Kaisar Ming.
“Saya mendengar Putri Yu Jie menemuinya. Asyura juga memberitahukan tentang kesepakatan itu. Jadi saya rasa, dia mulai tertarik dengan putri kaisar,” tuturnya sembari menyunggingkan senyum. “Lalu kekuatannya yang berlimpah. Dia memiliki mata dewa yang terkutuk, akan lebih baik jika disingkirkan setelah penyatuan ini terjadi,” imbuh Wang Xian.
“Kau benar. Mana ada pria yang mampu mengalihkan pandangan dari putri bungsuku. Sekalipun ia buta.”
Percakapan itu jelas hanya mereka berdua sendiri yang mendengar. Dan tidak ada yang menyangka seseorang selain mereka berdua ikut mendengarkannya. Ialah Bing He, mendengar semua yang mereka katakan adalah sebuah berita penting untuk Yongchun.
Bing He sudah memahami sesuatu yang ternyata Kaisar Ming merencanakan hal lain selain proses penyatuan negeri timur ini. Mendengar hal itu, Bing He sedikit kesal. Ia pergi dengan menggigit bibir bawahnya, menahan amarah selagi bisa dilakukan.
Drap, Drap!
“Apa ada seseorang?”
“Tidak.”
Nampaknya para penjaga mendengar suara langkah yang berat tapi percuma kalau dicari sampai kapan pun sebab seorang pria yang membuat langkah itu telah pergi.
Bing He pergi dan muncul tiba-tiba dari depan jendela kamar Putri Yu Jie. Kemunculannya bak burung gagak turun ke bawah, membuat Yu Jie kaget setengah mati.
“Hii!! Kukira siapa ternyata Bing He. Bukankah kau bersama dengan Tuan As ..maksudku Yongchun, kudengar?” pikir Yu Jie, ia melihat kedatangan Bing He yang saat ini sudah bukan lagi bagian dari Istana Wulan.
“Aku memang berada di bawah Tuan Wang Yongchun sekarang. Aku pun datang kemari karena permintaannya,” ungkap Bing He.
Yu Jie mengambil posisi duduk menghadap Bing He, siap untuk mendengarkan apa yang ia inginkan atau katakan.
“Silahkan katakan apa pun, Tuan Bing He. Meskipun Ayah telah membuangmu, bukan berarti kita tidak akrab lagi, benar?” ujarnya seraya tersenyum.
Bing He mengangguk setuju.
“Aku datang karena ada pesan yang ingin disampaikan olehnya pada Putri Yu Jie. Aku harap putri mau mendengarnya.”
***
Hari-hari yang berlanjut ini. Semakin siang dan terik panas matahari membuat kulit terasa menyengat sakit. Akan tetapi, cuaca panas itu kemudian berubah menjadi sedikit dingin. Sehingga Yongchun pun memutuskan untuk kembali ke kediaman Wang bersama sepupu Wang Nam.
“Huh, entah kenapa terasa sangat dingin hari ini.” Beberapa kali Yongchun menghembuskan napas dinginnya.
Ia bersandar pada dinding seraya melihat ke luar halaman depan. Sambil menggosokkan kedua telapak tangan lalu kemudian ia melipat kedua lengannya dengan rapat agar dingin tidak terlalu ia rasakan.
Drakkk...
Wang Xian datang dan tiba-tiba saja membuka pintu kamar Yongchun sehingga membuatnya kaget. Ia datang dengan dua cangkir kecil dan minuman yang bisa menghangatkan diri.
“Musim dingin bersalju akan datang. Minumlah ini agar kau merasa hangat.” Wang Xian menyodorkan cangkir kecil yang telah berisi minuman itu padanya.
“Tiba-tiba datang begitu, membuatku kaget saja. Aku juga sedang tidak ingin minum sesuatu apalagi arak. Aku benar-benar ingin menghindari itu.” Yongchun kembali menggosokkan telapak tangannya.
“Oh, ya? Ah, sebelumnya maaf karena membuka pintu tiba-tiba. Karena aku khawatir kau tidak pernah menghadapi cuaca dingin seperti ini, karena banyak orang yang mati karena itu ...kau tahu?” ucap Wang Xian seraya meneguk secangkir berisi minuman arak.
“Tak perlu mengkhawatirkan aku segitunya, Wang Xian. Kau sudah cukup membantuku keluar dari segala masalah apa pun, jadi akan lebih baik kau keluar saja dari sini. Maaf saja,” kata Yongchun yang acuh.
“Ya, ampun kau ini kaku sekali. Tidak ingin dengar apa yang terjadi pada posisi kedua pemimpin kultus? Pemimpin Luo dari sekte Tapak Angin? Dia sudah mati.”
Hembusan napas Yongchun semakin dingin rasanya. Apalagi saat setelah Wang Xian menyebut nama Luo yang sudah mati.
“Apa katamu?”
“Oh, kau tertarik dengan kematian orang lain rupanya. Ingin minum dan berbincang denganku sebentar. Mari, aku tuangkan dan minum bersama.” Wang Xian tersenyum culas menatap rendah pada Yongchun yang kemudian mendekatinya.
Wang Xian menyodorkan secangkir berisi arak itu yang kemudian Yongchun meminumnya. Perlahan ia merasa tubuhnya sedikit hangat. Di saat seperti ini, hanya ada mereka berdua di dalam ruangan dan membicarakan suatu hal.
“Pemimpin Luo sudah mati bunuh diri. Tentu semua orang tidak percaya akan hal itu. Karena itulah mungkin akan disampaikan hal lain pada para rakyat biasa dan semua pendekar. Lalu, apakah kau percaya, Yongchun?” Wang Xian bertanya, alis tebalnya itu nampak lebih tebal ketika orang ini tertarik sesuatu.
Yongchun hanya diam dalam beberapa waktu. Kemudian membalas perkataannya, “Aku tidak percaya kalau orang yang berada di posisi kedua mati karena bunuh diri. Kalau pun benar, apa masalahnya sampai dia memutuskan untuk melakukan hal itu?” tanya Yongchun masuk akal.
“Terkadang banyak sekali tekanan. Apalagi banyak dari para pemimpin kultus itu seringkali berperang dingin antar lain termasuk dari para pengikutnya,” jelasnya.
“Rupanya ada yang seperti itu di antara pemimpin kultus,” ucap Yongchun yang kemudian menenggak kembali minumannya.
“Iya benar. Kami lebih tertarik memerangi antar lain tidak melalui Arena Batu Kuasa melainkan langsung di saat-saat hari biasa,” tutur Wang Xian sekali lagi mengisi cangkir Yongchun.
Bruk!
Tubuh Yongchun tiba-tiba ambruk setelah secangkir arak itu melewati kerongkongannya yang kering sekali lagi. Wang Xian berdeham dan menatap dengan dahi berkerut.
“Apakah minumannya sekuat itu sampai kau mabuk, Yongchun?” gumamnya seraya kembali menenggak secangkir arak terakhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kenta jaya
wekl.. /Sweat//Sleep/
2024-06-10
0