Wanita yang lebih sangar menendang bagian perut Yongchun yang terluka. Saking kuatnya, bahkan tubuh Yongchun saja terpelanting ke belakang. Terbaring, merintih kesakitan dengan tubuh gemetaran.
“Sinting, siapa tadi ...ugh,” umpat Yongchun tak kuasa bergerak.
“Apa katamu?”
Wanita dengan pakaian yang sedikit terbuka itu menghampiri Yongchun, dahinya berkerut seraya ia mengepulkan asap yang ia hirup dari pipa cerutunya.
Wanita itu tampak lebih sangar daripada gadis yang mengejar belum lama ini. Yongchun merasakan panas di punggung lantaran aura yang dikeluarkan wanita itu terasa sangat mengerikan.
“Nona Xie! Sedang apa di sana? Kami sudah menyajikan makanan yang baru saja matang tadi.” Salah seorang wanita lainnya datang.
“Oh, sudah ya. Musim dingin begini, memang cocoknya makan sup hangat. Aku beruntung ada kalian di sini. Karena jika tidak, pasti aku sudah lama mati.”
“Jangan bilang begitu Nona. Dan tolong jangan lupa memakai alas kaki,” pintanya.
Wanita sangar yang bahkan tak perlu mengenakan alas kaki di musim dingin. Sudah begitu cara ia berpakaian dengan membiarkan belahan dada itu terlihat, mungkin menghibur para lelaki hidung belang, tapi tidak dengan Yongchun.
“Sepertinya di sini banyak wanita. Tapi kenapa tidak seperti wanita yang biasanya?”
“Nona Xie! Nona Xie Xie! Pencuri itu ...hah ...pencurinya sudah tertangkap, ya.” Lin Lin datang dengan napas berat, rasa lelahnya menumpuk karena ia memaksa diri tuk berlari mengejar Yongchun tadi.
“Ya? Lin Lin kau dari mana saja? Kami sudah menunggumu sejak tadi. Jangan bilang kau berkeliaran ke pasar lagi, ya.” Wanita super sangar itu menegurnya.
“Eh, iya. Habisnya pencuri ini pernah mencuri buah persik. Ngomong-ngomong aku sampai tak menyadari ini sudah di wilayah kita, maksudku tempat tinggal kita,” ucap Lin Lin sembari menoleh ke sekelilingnya.
“Kau mencium bau masakan ini, 'kan? Karena itulah bau gunung dan salju hampir tak tercium. Mari kita makan, Lin Lin.”
Tempat tinggal Pemimpin Xie? Pemimpin Xie bersama dengan para pengikutnya tinggal di dekat pegunungan. Salju yang menumpuk berat di sekitar mereka pun selalu dibersihkan. Dekat dengan gunung, sudah pasti sangat dingin.
Para pengikut serta Pemimpin Xie menyiapkan makan dan minuman agar tubuh mereka hangat kembali. Termasuk Yongchun, saat ini tubuhnya dibopong oleh Lin Lin.
Masuk ke kediaman Xie, hampir terpelosok dan menyatu dengan alam.
“Hei! Aku mau dibawa ke mana? Jangan panggang aku!” pekik Yongchun yang panik.
“Diam saja. Perutmu sakit karena Nona Xie, 'kan?”
Lin Lin, meskipun seorang gadis kecil, ia bukanlah gadis kecil biasa. Kekuatan fisiknya hampir setara dengan pria.
Setelah mereka masuk ke dalam bersama, tubuh Yongchun diikat ke salah satu batang pohon yang ada di dalam sana. Kediaman mereka hanya satu petak dengan lebar yang tak terkira.
“Kenapa kau ikat aku begini? Aku masih ingin hidup, tolong lepaskan!” pekik Yongchun tak sabaran. Ia benar-benar takut jika suatu saat tubuhnya akan dimasak.
Jika diingat, terakhir kali ia juga mencium kayu bakar. Dan di dalam sini pun Yongchun juga menciumnya, karena itulah ia ketakutan seperti ini.
“Hei, Lin Lin. Dia ini betulan pencuri? Kalau benar, itu artinya dia pura-pura buta dengan menutup matanya itu, bukan?” pikir wanita bernama Xie Xie.
“Iya, dia pencuri buah persik milik bibi. Meskipun hanya satu, seharusnya dia membayarnya,” ucap Lin Lin seraya ia mengencangkan ikatan talinya.
“Coba pastikan dengan baik, apakah dia pencuri itu dan apakah dia hanya pura-pura buta saja?” ujar Xie menghela napas lalu melirik ke arah pria itu. “Ngomong-ngomong Lin, dia ...perutnya itu katanya sedang sakit, 'kan? Apa itu tak masalah?” Pemimpin Xie bertanya.
Mata Lin berkedip beberapa kali, seketika ia baru saja menyadari bahwa ikatan talinya terlalu kencang. Ditambah, ia baru ingat kalau pria itu mempunyai luka di bagian perut.
Lin Lin pun melepasnya sambil berkata, “Maaf, pencuri.”
Yongchun tak bisa berkata apa-apa lagi dengan mulut berbusa seperti itu. Tubuhnya yang membujur kaku pun ambruk, ia tak sadarkan diri.
Tap ...
Seorang wanita selain mereka yang berada di dalam datang. Nyaris saja ia tetap berjalan lurus entah ke mana. Wanita dengan rambut kuncir kuda yang panjang berwarna coklat.
“Shang'er! Kau juga lama sekali datangnya, apa kau tersesat lagi? Kuharap tidak, apalagi jika kau sampai mendaki gunung itu ...” Xie Xie memanggil.
“Maaf, Sin. Relia masih belum terbiasa dengan alam dingin dengan bola-bola putih itu.”
Wanita tersebut pun menoleh ke arahnya, lalu masuk ke ruangan tersebut. Namun langkah kecilnya terhenti begitu melihat pria yang sekarat terbaring di lantai.
“Suamiku!” Ia tersentak, bergegas menghampiri dan memberikan paha lembutnya sebagai bantal.
Seketika semua orang terkejut mendengar wanita berambut coklat memanggil pria buta itu sebagai suaminya. Tak terkecuali Xie Xie apalagi Lin Lin.
“Sudah kuduga wanita ini tak bisa dipercaya, Nona Xie Xie! Dia ternyata suami pencuri biadab itu! Berani taruhan, pasti mereka saling berkomplot!” tuding Lin Lin, ia merengek ke Xie Xie untuk melakukan sesuatu terhadap mereka.
Semua pengikut Pemimpin Xie hanya terdiam memandang wanita itu dengan suaminya. Beberapa kali mereka berkedip lalu saling bertatapan satu sama lain. Berusaha untuk mencerna, apa yang sebenarnya terjadi.
“Tunggu, Lin-ku yang imut. Pria itu pasti punya alasan sampai berani mencuri buah persik dari pasar,” celetuk Xie seraya mengusap-ngusap kepala Lin.
“Hah? Yang benar saja, Nona Xie ...ukh, masa' harus percaya begitu saja pada mereka.”
“Shang'er, apakah dia benar-benar orang yang kau kenal?” tanya Xie. “Lalu, tolong panggil namaku dengan benar. Xie bukan Sin,” imbuhnya seraya ia berjalan menghampiri mereka.
“Ya. Dia suamiku yang aku cari selama ini,” jawabnya menganggukkan kepala.
“Sampai kau rela mengarungi laut tanpa kapal dan mendaki gunung hanya dengan pedangmu? Pria ini benar-benar biadab.”
Perlahan, Yongchun mulai membuka mata. Merasa lelah dan tak mampu bergerak. Ia hanya terdiam dan samar-samar mendengar apa yang mereka bicarakan.
Srek!
Pemimpin Xie merobek pakaian yang dikenakan Yongchun. Seketika itu Yongchun tersentak, hendak ia melakukan sesuatu karena terkejut dengan tindakan Pemimpin Xie. Akan tetapi, tetap saja ia tak bisa berbicara dengan benar apalagi bergerak seinci pun.
“Hngh ...ugh ...! Argh ...sa-sa ...” Yongchun merintih kesakitan dan kemudian berakhir tumbang setelah Xie menekan lukanya.
“Apa yang dia katakan, Shang'er?” tanya Xie.
“Katanya, "Sakit", Sin. Dan ini ulahmu? Sampai suamiku begini?”
Xie berdeham, ia memejamkan mata sebentar. Lalu mengambil obat dalam laci yang kemudian ia oleskan ke tubuh Yongchun.
“Maaf. Lin-ku yang imut berkata pria ini adalah pencuri buah persik. Jadi aku menendangnya agar dia berhenti berlari.” Setelah selesai, Xie mengambilkan selimut.
“Lalu Shang'er. Tolong panggil namaku dengan benar,” imbuhnya.
Mendengar bahwa suaminya sendiri pernah mencuri, wanita yang kerap kali dipanggil Shang'er merogoh celana Yongchun lalu menemukan beberapa keping emas.
Shang'er memberikan satu keping itu padanya lalu berkata dengan niat meminta maaf, “Relia seringkali menemukan uang di dalam celananya. Ambilah sebagai ganti dari apa yang suamiku curi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kenta jaya
iya lah iya/Sweat//Sleep/
2024-06-10
0