Setelah bertarung dengan sedikit waktu dengan bocah Luo, Yongchun dihadapkan oleh Pemimpin Zhao Yun. Pria kekar, sehat dari fisik maupun mental. Benar-benar lawan yang sulit dikalahkan hanya dengan pedang kosong, akan tetapi meski ia akan menggunakan tenaga dalam, pastinya akan membuat ia cepat tumbang.
Bruk ...
Beberapa waktu yang lebih sedikit saat melawan bocah Luo, tubuh Yongchun ambruk begitu pukulan bertenaga dalam Zhao Yun meninju tubuhnya sekali.
“Tenaga dalamnya tidak main-main.”
“Apa yang kau lakukan dengan berbaring seperti itu, Wang Yongchun?” tanya Zhao Yun merasa tak puas.
Zhao Yun berdiri membusungkan dada ke depan, tubuh yang besar itu menutupi langit yang Yongchun lihat.
“Pemimpin Zhao benar-benar kuat. Aku ingin menyerah setidaknya sebelum tenaga dalamku terkuras habis,” tutur Yongchun.
“Hah? Apa maksudmu? Meremehkan diriku, ya? Hebat juga bisa berkata seperti itu.”
“Bukan maksud meremehkan. Sebab Pemimpin Zhao sangat kuat, jadi mustahil kalau aku bisa melawanmu. Benar, 'kan?” ujar Yongchun dengan senyum.
“Benar-benar pria yang menarik. Bilang sudah menyerah tapi badan kekarmu masih sehat bugar begitu.” Zhao Yun terkekeh melihat dan mendengar kalimat dari Yongchun. Lalu ia pergi dari arena bertarung.
“Ketahuan, deh. Haha,” kata Yongchun tertawa. “Tapi aku juga lelah kalau menggunakan tenaga dalam. 'Kan tidak mungkin juga aku melawannya menggunakan pedang kosong agar tidak kelelahan,” imbuhnya.
Yongchun mengakui kekuatan yang dimiliki Pemimpin Zhao tetapi ia masih merasa bahwa Pemimpin Yin jauh lebih kuat. Ia mendesah lelah, berpikir bahwa ia akan datang tapi ternyata tidak itu membuat Yongchun kecewa. Justru bertemu dan dapat berhadapan langsung dengan salah satu pemimpin kultus 7 Surgawi.
Kini ia berpikir, apakah Pemimpin Wang lebih kuat atau lemah dari Pemimpin Zhao? Atau bisa dibandingkan dengan Pemimpin Yin? Ia mulai bertanya-tanya dalam hatinya, dengan semangat bagaimanakah ia akan mempersiapkan diri tuk melawan mereka suatu saat nanti.
“Aku berharap penyatuan negeri timur tidak akan terjadi masalah nanti. Tapi bagaimana ya? Aku merasa sedikit bahaya jika terlalu lama tinggal di wilayah ini,” celetuk Yongchun, ikut keluar dari Arena Batu Kuasa.
***
Belum lama Yongchun berpikir seperti itu. Namun inilah takdirnya, ia bertemu dengan bocah bermarga Luo.
Luo Yan, adalah bocah yang hampir mencapai tingkat nirwana. Barusan ia melawan Yongchun di Arena Batu Kuasa dan sekarang mereka berhadapan lagi.
“Ada yang ingin aku bantu?” tanya Yongchun.
Luo Yan menelan ludah, mendengus kesal serta menatap tajam pada Yongchun. Ia melihatnya sambil mendongak ke atas.
“Aku terlalu tinggi buatmu, ya.” Yongchun pun mengambil posisi setengah duduk, kali ini giliran Yongchun yang sedikit mendongakkan kepala ke atas.
“Jangan bercanda!” amuk Luo Yan meninjunya namun berhasil Yongchun tahan serangan itu.
“Kenapa jadi marah? Anak muda memang sangat bersemangat, ya. Sama sepertiku dulu yang terlalu gigih hingga akhirnya nyaris mati di tangan teman sendiri. Haha ...” Yongchun sedikit tertawa.
“Hah? Apa urusanku mendengar ocehanmu! Kau ...kau yang membuatku kalah di arena bertarung itu! Padahal harusnya aku bisa membuat Pemimpin Luo berharap lebih tinggi dariku! Tapi gara-gara kau, semuanya jadi kacau!” pekiknya.
Yongchun sekali lagi menghela napas. Ia kemudian kembali berdiri dan bersandar pada salah satu pohon di dekat sana.
“Itu sudah menjadi keputusan sana. Kau yang pertama kali tumbang, kenapa itu jadi salahku?”
“Tentu saja karena kau menggunakan trik murahan dengan mengincar titik butaku, tahu!” sahut Luo Yan.
“Sudah kuduga karena itu. Tapi yang lain tidak merasa itu curang. Yah, mau bagaimanapun baginya itu adalah penghinaan, ya. Kasihan sekali, dia belum tahu medan perang itu seperti apa.”
“Hei, jangan diam begitu saja! Cepat bicara dan minta maaflah padaku lalu kita kembali bertarung sekali lagi!”
“Tidak mau. Aku sudah cukup lelah meladeni anak sepertimu dan Pemimpin Zhao tahu. Sudah ya. Lain kali aku akan menerima permintaanmu,” ucap Yongchun hendak pergi dari sana.
“Kau!? Dasar pengecut! Awas kau, ya!” pekik Luo Yan hendak melayangkan pukulannya sekali lagi namun tertahan oleh seorang pria yang datang.
Yongchun merasakan aura pekat darinya sehingga ia berhenti melangkah.
Pria itu berwajah datar, mengingatkan Yongchun akan istri pertamanya, Relia. Luo Yan dibuat tenang hanya dengan sekali tepukan di pundak.
“Pemimpin Luo?!” Luo Yan tersentak kaget akan keberadaan pria tersebut.
“Pemimpin Luo? Salah satu 7 Surgawi rupanya. Sudah kuduga, semenjak kejadian minggu kemarin, mereka semua mulai merasakan bahwa itu aura yang sama denganku. Padahal aku sudah menekannya lebih kuat, memang ya, insting pendekar mencapai tahap nirwana ternyata tidak dapat diremehkan sama sekali ...” Yongchun mendesak lelah.
Pemimpin Luo tersenyum, menyapa Yongchun dengan suara yang terdengar lembut. Seperti seorang wanita, padahal jelas-jelas dia adalah seorang pria.
“Maafkan muridku yang lancang pada pendatang baru Wang Yongchun. Kehebatanmu ditunjukkan di Arena Batu Kuasa, itu berarti Pemimpin Wang mengakuimu sebagai calon pemimpin kultus.”
“Sungguh senang dipuji oleh Pemimpin Luo. Tapi aku tidaklah sehebat yang kau pikirkan untuk sebagai calon pemimpin kultus berikutnya, bagaimana dengan murid didikanmu? Aku harap dia bisa lebih baik lagi, jika saja dia tidak terlalu meremehkan orang lain,” sindir Yongchun menahan tawa.
“Wah, aku juga merasa begitu.” Pemimpin Luo sedikit tertawa namun sebenarnya ia sedang menahan amarah.
“Luo Yan ...anak yang kuat.”
Situasi di antara mereka kian menegang. Bocah Luo tak dapat berkata apa pun lagi, ia hanya terdiam menundukkan kepala dalam-dalam dengan menahan rasa malu.
“Kalau begitu aku dan Yan, muridku akan pergi.”
Pemimpin Luo dan muridnya pun berjalan melewati Yongchun yang kini masih berdiri diam.
Pemimpin Luo berbisik saat berjalan melewati Yongchun. Suaranya terdengar berat namun lirih.
“Kuharap suatu saat nanti matamu tidak akan berkarat.” Terdengar mengancam bahwa Pemimpin Luo akan membunuh Yongchun suatu saat nanti.
Yongchun merasakan firasat tidak enak dan inilah yang terjadi. Pemimpin Luo menyinggung kedua matanya.
“Hah, entah Pemimpin Yin yang memberitahu hal ini atau mungkin karena dia menyadarinya sendiri. Yang mana saja tetap tidak akan membuatku tenang mendengarnya. Kalau begini, penyamaranku akan terbongkar sebagai penguasa wilayah timur tengah.”
Selain Wang dan Yang, sudah tiga pemimpin kultus 7 Surgawi yang datang menghampiri Yongchun sendiri. Menandakan bahwa keberadaan Yongchun itu berbahaya bagi mereka. Dan ini berarti cepat atau lambat penyamarannya akan terbongkar.
Yongchun menghela napas lebih dalam lalu berbalik badan. Kemudian berteriak pada Pemimpin Luo yang kian menjauh darinya, “Aku ini buta, Pemimpin Luo!”
“Dasar pria bodoh,” batin Pemimpin Luo, menyeringai dan melirik sinis ke arah Yongchun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments