Asyura membuang muka dan menyingkirkan pedang yang sebelumnya ia acungkan ke leher Wang Xian. Lalu berjalan selama beberapa langkah, hendak keluar dari pondok kecil tersebut.
“Kalau aku kejam, sudah sejak tadi aku membunuhmu. Tidak seperti dirimu yang ragu,” tutur Asyura membuat Wang Xian tersentak.
Ia tahu bahwa Wang Xian memang tidak berniat membunuhnya apalagi identitas yang seolah ia tidak mau mempercayainya. Namun jika Wang Xian berpikir panjang, kalau pun benar bahwa Asyura adalah pemuda yang sering kali dibicarakan sebagai orang terkejam di wilayah timur tengah, maka ia harus bertindak lebih bijaksana selayaknya menyandang nama 7 Surgawi.
“Asyura, apa yang kau inginkan dengan datang kemari?” tanya Wang Xian menghampirinya.
“Berapa kali aku harus bicara. Aku ingin menemui penguasa di wilayah timur laut. Ada yang ingin aku bicarakan, jika kau tidak keberatan untuk mendampingiku pergi ke sana ...” Asyura meminta pertolongan pada Wang Xian.
“Untuk apa?” tanya Wang Xian sekali lagi.
“Nanti juga kau akan tahu.” Asyura sedikit tersenyum. Begitu kedua kakinya melangkah keluar dari pondok, Wang Xian mengikuti untuk mengantarnya ke Istana Wulan.
Ada sedikit rasa kagum dibalut ketakutan Wang Xian. Namun ia juga merasa bahwa keputusan membawa Asyura menuju ke hadapan sang kaisar tidak akan menimbulkan apa-apa. Karena Wang Xian sendiri tahu bagaimana sikap dan tindakan kaisarnya saat menghadapi musuh.
Setelah sampai di Istana Wulan. Gerbang yang masih tertutup rapat dijaga oleh dua penjaga di luar. Mereka meminta identitas saat Wang Xian hendak masuk ke dalam.
“Wang Xian dari sekte Teratai Biru. Biarkan aku bertemu dengan Kaisar Ming.” Wang Xian menunjukkan sebuah papan dengan surai berwarna merah, para penjaga pun memberinya izin masuk ke dalam.
“Tuan, bolehkah saya bertanya?” Salah satu penjaga bertanya pada Wang Xian.
“Silahkan saja.”
“Siapakah gerangan yang ada di sisi Tuan?” Terlihat mereka sangat waspada dan sangat serius menatap Asyura seorang.
“Aku, ya?” Asyura menunjuk dirinya sendiri. Mendengar bahwa ialah yang sedang dibicarakan lantas menjawab, “Aku penguasa wilayah timur tengah. Asyura!” ungkapnya dengan wajah ceria. Seolah tak punya dosa.
Pernyataan itu membuat mereka terkejut. Sesaat tubuh mereka bergidik ketakutan, nyaris bertekuk lutut di hadapannya. Wang Xian sedikit kesal karena tiba-tiba Asyura mengatakan identitas aslinya di depan para penjaga.
“Jangan pedulikan orang ini. Dia bukan siapa-siapa,” sahut Wang Xian membuat kedua penjaga itu tersadar kembali.
“A-Ah ...begitu, ya.” Mereka tergagap. Lalu menutup gerbangnya setelah membiarkan mereka masuk.
Sampai di halaman istana. Wang Xian menyuruhnya untuk menunggu di sana. Asyura merasa suntuk kalau hanya menunggu di luar halaman, sehingga ia pun memutuskan untuk pergi berkeliling di sekitar.
Samar-samar ia mendengar suara orang lain. Terdengar seperti lelaki yang memarahi seorang wanita. Suara dari lelaki itu terdengar lebih keras setelah Asyura mendekat ke arah mereka.
“Kenapa bisa kamu ceroboh begitu? Lihat, sekarang. Pakaianmu basah semua! Di mana kedua pemimpin itu?”
“Tidak, kak! Ini bukan kesalahan pemimpin Wang dan Yang. Mereka sudah membantuku lebih dari segalanya. Karena ini ulah dari pembunuh itu, aku jadi tercebur ke dalam sungai yang dalam. Maafkan aku.” Wanita itu terdengar gelisah, sedih dan kecewa pada yang tidak mampu melindungi dirinya sendiri.
“Lain kali, jangan keluar. Aku juga sudah bilang beberapa kali, bukan?!” Nada suara dari pria itu kian meninggi.
“Iya, maafkan aku. Jadi tolong biarkan aku masuk dan mengganti pakaianku.”
Berjalan dengan meraba-raba dinding ke dinding satunya, perlahan suara itu jelas. Namun begitu ia tak lagi menemukan dinding dan hanya merasakan angin sejuk dan harum bunga, ia berhenti.
“Ke mana mereka pergi?”
Suara itu sudah hilang dari pendengaran Asyura lantaran seorang pria dan wanita yang sepertinya bertengkar sudah tidak ada. Entah ke mana mereka pergi.
Di samping itu, Wang Xian sedari tadi mencari keberadaan Asyura yang menghilang. Ia mondar-mandir ke area depan dan belakang halaman namun tak kunjung menemukannya.
Sampai ketika Asyura sudah kembali dan menunjukkan batang hidungnya. Wang Xian yang panik, segera menyeret Asyura masuk ke dalam ruang singgasana.
“Yang Mulia, mohon maafkan saya yang datang sedikit terlambat.” Wang Xian bertekuk lutut di hadapan kaisar Ming.
Kaisar Ming adalah penguasa wilayah timur laut. Duduk di sana dengan wajah yang sombong, tampak angkuh. Setelah mereka berdua datang dan menghadapnya, bukannya ia kembali membalas salamnya namun hanya diam menatap.
“Aku merasa ada orang yang menatapku kemari. Apakah dia kaisar yang dia bicarakan tadi? Oh, ya. Aku lupa siapa nama orang ini,” batin Asyura nampak tenang seraya ia mencoba mengingat siapa nama pria yang ada di sampingnya saat ini.
Setelah beberapa saat kaisar terdiam. Ia mulai berbicara, “Jadi, ada urusan apa datang kemari ...Wang Xian?”
Begitu mendengar nama Wang Xian, Asyura langsung teringat itulah nama dari pria itu. Wajahnya menunjukkan sebuah ekspresi ceria sekali lagi, bergumam nama Wang Xian agar terus ia ingat dalam benaknya.
Di sisi lain, Asyura juga tak lupa dengan keberadaan raja penguasa itu. Percikan api yang hanya dilihat oleh Asyura saat ini memancarkan keberanian, kegagahan dan kewibawaan yang tinggi dari Kaisar Ming.
“Yang Mulia. Kaisar Ming, sang penguasa wilayah timur laut. Saya merasa terhormat telah bertemu dalam keadaan yang sedikit riskan. Sebelumnya saya mohon maaf, lalu perkenalkan saya adalah penguasa wilayah timur tengah, Asyura.” Asyura berkata tanpa bersujud seperti yang Wang Xian lakukan saat ini.
“Jangan bertele-tele. Cepat katakan apa yang diinginkan oleh penguasa wilayah timur tengah ini,” tuturnya tanpa basa-basi.
Sedikit tersenyum kemudian ia menyahut perkataannya dengan sedikit tegas, “Saya ingin mengajukan permintaan agar wilayah timur baik timur tengah maupun timur laut bersatu.”
Asyura berpikir hal lain dalam benaknya. “Sejujurnya, aku masih tidak yakin dengan ini. Tapi mendengar bahwa dia percaya bahwa aku adalah penguasa timur tengah. Maka aku harus mencobanya, setidaknya sebelum menggulingkan kekuasannya jika diperlukan.”
Kemudian Kaisar Ming tertawa keras. Dalam ruangan singgasana itu bergema sesaat setelah tawanya berhenti. Tidak terkecuali oleh kedua orang di sana bahkan para penjaga yang ada di dalam maupun luar tersentak kaget akan tawa darinya.
Kemudian Kaisar Ming berjalan mendekati Asyura lalu menepuk pundaknya perlahan.
“Menyatukan negeri timur? Itu sungguh ide yang menarik. Tapi kenapa kau tidak berusaha untuk menggulingkan kekuasaanku lebih dulu?” tanyanya.
“Maksudnya perang? Perang itu tidak baik. Banyak orang bilang bahwa saya kejam, tapi kalau boleh jujur saya tidak seperti itu.” Asyura menjawab.
Kaisar Ming tampak tertarik, lantas berkata, “Baiklah! Tetapi dengan syarat menikahlah dengan putriku, Yu Jie!” ucapnya tegas, sekali lagi ruangan itu menggema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kenta jaya
wew.. tiba2 dapet istri /Sweat//Hey//Sleep/
2024-06-10
0