Zhao Yun yang kekar itu jelas paham dengan maksud perkataan Yongchun saat itu. Namun tampaknya ia tak mau ikut campur, atau mungkin ada sesuatu yang membuatnya enggan mencampuri urusan.
Yongchun hendak membuat Zhao Yun berada di pihaknya, dan itu tidaklah mudah. Dan sekarang ia diusir dengan suara menggelegar itu. Bak dewa laut mengamuk.
“Pergi dan temui Nona Xie Xie sana, baru tahu rasa kau!” pekiknya berbalik badan dan pergi keluar.
Yongchun menghela napas panjang, tak lama ia bangkit lalu meninggalkan kediaman Zhao.
“Tidak aku sangka ternyata dia cukup kolot. Tapi siapa pula itu Xie Xie? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu.”
Dalam pandangan Yongchun saat melihat punggung lebar Zhao, nampak berupa beban besar yang ia sedang pikul. Entah beban apa yang ia bawa namun nyatanya tak bisa Yongchun raih. Ibarat langit yang terbagi menjadi 7, meski tangan bisa menggapai mereka namun tak dapat merasakan apa yang seharusnya dirasakan.
Yongchun amat penasaran dengan Sekte Tinju Besi milik Pemimpin Zhao, Zhao Yun. Akan tetapi sekte itu tidak seberisik yang ia kira, bahkan terlalu hening. Tidak ada yang bisa ia pikirkan mengenai mereka semua.
Mereka semua seolah sepakat menyembunyikan suatu hal.
Tertutup rapat.
“Musim dingin, salju yang putih ini katanya bisa mencair, ya. Tapi itu butuh waktu yang lama. Mengenai kesepakatanku dengan Kaisar Ming juga masih ada waktunya sebelum 3 bulan itu berakhir.”
Diam memandangi langit yang menurunkan keping salju, seraya ia mengepalkan tangannya dengan kuat lalu menghembuskan napas. Hawa yang dingin membuat akalnya beku.
Salju yang menumpuk banyak membuat Yongchun sedikit kesusahan untuk berjalan. Ia hendak pergi ke suatu tempat, tapi tak pernah sekalipun ia berniat menuju ke pasar.
Kedua kakinya berjalan dan sampai ke pasar itu. Tempat di mana, Yongchun pernah mencuri makanan.
Dalam cuaca yang seperti ini, banyak orang yang masih meramaikan tempat tersebut. Umumnya akan sulit untuk menumbuhkan biji-biji yang mereka tanam lalu dijual ke pasar. Jika dipikir lebih jauh lagi, mungkin mereka menyimpan banyak makanan yang awet sehingga saat musim dingin ini tiba akan sempat menjualnya.
“Aku tidak ingat mana pedagang yang menjual buah itu? Di sini banyak orang yang menjual macam-macam. Apa buah itu tidak ada lagi?”
Ingatan Yongchun memang payah, meski akalnya cukup berguna tapi tak pernah sekalipun ia mengingatnya dengan benar. Termasuk dengan buah yang dulu pernah ia curi, sekarang ia mengingatnya begitu datang ke pasar.
Yongchun mencari sembari ia celingak-celingukan ke sana kemari, berharap pedagang itu dapat ia temukan.
“Itu orangnya, ya? Ya! Pasti dia!”
Bats!
Seorang gadis kecil dengan rambut cepol dua itu melompat dan berlari cepat menuju ke arah seorang pria yang berdiam diri di tengah jalan pasar.
“Kau yang pernah mencuri buah persik kami, ya?!” pekik gadis itu. Melayangkan pukulan dari sudut menukik, berusaha menjatuhkan Yongchun dengan sekali serang.
Pak!
“Tunggu, apa yang kau lakukan?” tanya Yonghun, ia menahan pukulan dari gadis tersebut.
Semburan api yang seolah membakar diri gadis ini, ia nampak marah. Wajahnya imut jadi jelek sekali. Dan Yongchun rasa, ia mengetahui penyebabnya.
Tangan kanan gadis ini gemetaran namun berusaha keras ia hendak melayangkan pukulannya lagi dengan tangan kiri. Akan tetapi sebelum itu mengenai wajah Yongchun, salah satu kakinya terpeleset.
“Ah! Sial!”
Bruk!
Gadis itu terjatuh. Sebelum hal buruk itu terus berlanjut, Yongchun memilih untuk melarikan diri darinya.
“Maaf, ya. Aku tak tahu maksudmu apa. Tapi aku akan pergi.” Yongchun berpura-pura melupakan perbuatan tercelanya.
“Apa? Tunggu! Kau harus bayar persik itu dulu! Hei!” Gadis itu berteriak sekali lagi, namun sulit untuk kembali berdiri karena salju yang licin.
“Nak, apa yang kau lakukan di sini? Cepat bangun sebelum orang-orang akan memarahimu,” ucap seorang bibi membantunya berdiri.
“Lin Lin menangkap pencuri itu untuk bibi. Tapi dia lolos, melarikan diri seperti itu ...seumur hidup aku baru tahu ada pria yang tidak bertanggung jawab!” amuk Lin Lin, kembali berdiri dengan bantuan si bibi.
“Jangan begitu, nak. Mungkin dia agak bingung melihatmu marah seperti itu. Mungkin saja dia hendak membayar persik tapi karena Lin, semua jadi kacau 'kan?” Bibi itu berusaha untuk bersikap positif.
“Yah, bibi ini ...benar-benar tidak bisa diajak bicara. Yang namanya mencuri itu 'kan harus diadili. Masih bersyukur aku tak melaporkan hal ini pada Kaisar Ming apalagi Nona Xie Xie. Jika aku mengatakan hal ini pada salah satunya, pasti dia akan lenyap di muka bumi ini.”
Lin Lin berekspresi mengerikan. Kemarahannya tak bisa dikendalikan sebab ia sudah tidak bisa mengampuni pencuri itu. Yang tidak lain adalah Wang Yongchun.
“Sudah, ya bi. Aku mau menangkap pencuri itu!”
Seperti kata Wang Yongchun pada Luo Yan sebelumnya, bahwa anak-anak sekarang memang mudah bersemangat. Meski Luo Yan sudah berada di atas langit sana.
Lin Lin pun sama, gadis dengan rambut cepol di kanan kirinya memiliki semangat untuk menangkap kembali pencuri itu. Tetapi di tengah perjalanan ia berlari mengejar, teringat akan sesuatu.
“Kalau dipikir-pikir pria itu menutupi matanya dengan kain. Jangan bilang, dia buta? Lalu aku merasa kenal dengan ciri-ciri seperti itu. Kira-kira siapa, ya ...”
Lin Lin tak tahu harus berkata apa, walau pria itu buta adalah fakta namun bukan berarti dia bisa dimaafkan. Pencuri tetaplah pencuri. Hanya itu yang dipikirkan oleh Lin Lin.
“Pencuri! Kemari kau!!” Suara teriakan Lin Lin sungguh luar biasa, pasar pun dibuat terdiam tak bergeming. Memekakkan telinga yang nyaris membuat semua orang tuli.
“Orang itu kenapa sih? Kalau bicara yang baik-baik dong. Atau dia ada hubungannya dengan buah yang pernah aku curi? Tapi seingatku tak ada gadis kecil saat itu.”
Kedua kaki Yongchun berlari ke arah tak menentu, sampai ia menuju ke sebuah sungai dan melewati jembatan kecil yang baru-baru ini ada kesempatan diperbaiki. Tentu semua orang yang bekerja keras memperbaiki jembatan pun mengomelinya habis-habisan. Namun pada akhirnya Yongchun tetap bisa melarikan diri dari gadis beringas itu.
Sangat gila.
Ia berlari tanpa berbelok sekalipun, melewati sungai yang dangkal dan dalam dan melewati hutan lebat dengan burung yang berterbangan di atas.
Tercium masakan manis yang harum lalu terdengar suara yang menumpuk satu sama lain. Suara para wanita.
“Aku ...tidak tersesat, 'kan?” Dalam benaknya, merasa was-was sesaat. Entah ada di mana saat ini. Selain masakan yang harum, ia tak mencium aroma hutan rindang dan lainnya yang ia kenal.
“SUDAH KUBILANG TUNGGU, DASAR PENCURI!” Suara Lin Lin juga tak pernah serak, kehabisan napas juga tidak.
Salah seorang wanita, mendengar teriakan Lin Lin membuat ia memperhatikan pria yang kini berlari menuju ke arahnya. Lari Yongchun sungguh cepat, namun tak lebih cepat dari tendangan kakinya.
Duak!!
“Argh! Perutku!”
Tubuh Yongchun seketika terpelanting ke belakang setelah wanita itu menendang bagian perut. Belum lama ini ia terluka dan sekarang luka itu kembali terbuka. Apakah Yongchun baik-baik saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kenta jaya
opo sih /Sweat//Grimace//Sleep/
2024-06-10
0