" Heuh! Pengacara itu benar-benar kurang ajar. Bagaimana bisa dia akan merampas harta yang telah susah payah aku perjuangkan. "
Nyonya Livia begitu kesal saat Pak Anton menolak tawarannya untuk mengubah surat wasiat suaminya, Pak Burhan. Ini seperti makan buah simalakama baginya. Padahal awalnya ia ingin membuat suaminya mati perlahan. Namun, kini jika suaminya sampai mati, itu artinya sebagian besar hartanya akan menjadi milik yayasan.
Pak Dedy, sang asisten pribadi berdiri. Ia menghampiri wanita tersebut dan memberikan pelukan hangat pada Nyonya Livia.
" Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Nanti aku akan mencari jalan penyelesaiannya. " ucapnya menenangkan.
Nyonya Livia mendengus kesal, sudah bertahun-tahun kalimat itu yang selalu saja Pak Dedy ucapkan tanpa pernah ada penyelesaiannya. Jika saja ia tak bermain serong di depan sang suami waktu itu, mungkin kejadiannya tak akan seperti sekarang ini.
Dirinya hanya bisa pasrah kepada Dedy, ia sadar tanpa pria itu dirinya tak akan bisa menjalankan bisnis keluarga. Sejatinya ia hanyalah wanita yang suka berfoya-foya dengan harta yang ia miliki bersama putri semata wayangnya, Lilian Adijaya.
" Ma,, Mama! "
Dedy dengan segera menjauhkan diri dan melepas pelukannya saat terdengar seseorang datang. Keduanya saling menjaga jarak untuk menghilangkan kecurigaan. Pak Dedy menunduk hormat ketika Lilian masuk ke ruang kerja Mamanya.
Gadis itu berlari menghampiri Mamanya dengan raut wajah yang sumringah.
" Ma?! Kabar baik, Ma. Raka, sudah kembali dari Inggris. Dia sudah menyelesaikan S2 nya. " ucapnya sembari memeluk sang Mama penuh semangat.
Senyum Nyonya Livia mengembang sempurna, akhirnya gunung harta mereka kembali juga. Ia yakin sebentar lagi pemuda itu akan melamar dan menikahi putrinya.
Raka Syailendra adalah putra dari konglomerat Giovano Syailendra. Bisnis properti keluarga Syailendra sudah tersebar hampir di seluruh pelosok tanah air dan di beberapa negara manca.
Sudah dua tahun pemuda itu mengambil S2 di luar negeri sambil mengurus bisnis keluarga mereka disana. Ia dan Lilian telah tiga tahun menjalin tali kasih dan dua tahun kebelakang mereka menjalani LDR. Kedua orang tua mereka sepakat untuk menikahkan keduanya setelah Raka menyelesaikan S2 nya.
" Selamat sayang. Sebentar lagi kau akan menjadi Nyonya Syailendra." ucap Nyonya Livia membalas pelukan putrinya.
***
" Permisi Nyonya. Diluar ada tamu yang ingin bertemu dengan anda. " salah satu pelayan menghampiri Livia dan Lilian yang tengah bercengkrama.
Livia mengerutkan keningnya, ia merasa hari ini dirinya tidak memiliki janji temu dengan siapapun. Namun, dengan terpaksa ia keluar untuk memastikan siapa yang datang.
" Mama!!!"
Netra Livia membola seketika saat tiba-tiba seorang gadis udik memeluknya sembari membawa beberapa makanan kampung seperti petai, jengkol dan beberapa sayuran ditangannya.
Wanita itu menyengir mencium aroma yang begitu asing di indera penciumannya. Rasanya ia ingin muntah dengan bau tak biasa itu.
" Lepaskan, gadis kampung! Jangan sembarangan mengaku. Manamungkin aku punya anak sepertimu! Dasar gila!" umpatnya berusaha melepaskan diri, namun gadis itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
" Sih, Asih. Sudah lepaskan. Nanti ibumu bisa mati. "
Seorang pria paruh baya berkumis tebal mencoba melepas pelukan gadis tersebut. Ia menaruh ayam yang ada ditangannya, hingga ayam tersebut malah masuk dan berkeliaran di rumah mewah tersebut.
Asih melepaskan pelukannya dan tersenyum sembari mencubit kedua pipi Livia karena gemas. Livia memandang jijik gadis bertompel tersebut, entah mimpi apa semalam hingga dirinya bisa bertemu gadis gila dan kampungan seperti itu.
Ingin rasanya ia membentak dan mengusir gadis itu, tetapi Livia urung ketika melihat ada salah seorang polisi yang mendampingi keduanya.
" Maaf, Pak. Bisa anda jelaskan mengapa anda membawa mereka kesini! Saya tidak pernah mengenal mereka. " ia menatap sinis Asih yang terus-terusan tersenyum tak jelas kepadanya.
Polisi meminta izin untuk masuk dan memberi penjelasan.
" Nyonya, mereka berdua dari kampung. Beberapa hari yang lalu, mereka datang ke kantor polisi dan menanyakan sesuatu pada kami."
" Gadis ini mengatakan ia ingin ke kota untuk menemui keluarganya, tetapi dia hanya diberi secarik kertas ini dan sebuah liontin oleh neneknya yang baru meninggal. Katanya ini adalah milik dari orang tuanya. Kami mencari informasi dan ternyata dalam liontin ini terdapat foto Almarhum Nyonya Sheina dan Pak Burhan."
Ragu-ragu Livia mengambil kedua barang tersebut, ia tahu betul bahwa liontin itu benar-benar milik Sheina. Ia melirik gadis yang saat ini tengah terkagum-kagum dengan kemewahan rumahnya.
" Apa iya gadis udik ini putri dari Sheina? Sungguh sulit dipercaya. " batinnya ragu.
" Maaf, Pak. Saya tidak yakin, jika gadis ini adalah putri Sheina." sangkalnya.
Pria paruh baya itupun menyela pembicaraan. Lelaki yang bernama Pak Parno mencoba untuk menjelaskan.
" Maaf, Nyonya. Gadis ini memang putri Nyonya Sheina. Dulu kakak saya mengambilnya dari panti asuhan lantaran beliau hidup seorang diri. Ibu panti mengatakan bahwa Nyonya Sheina berpesan sebelum meninggal bahwa kakak saya harus menyerahkan amplop dan liontin itu ketika Asih sudah besar."
" Tadinya kakak saya menolak karena terlalu sayang dengan Asih. Akan tetapi, ternyata Alloh keburu mengambil beliau. Saya sebagai adik belum sanggup untuk membiayai hidup Asih karena saya sendiri serba kekurangan. Jadi saya putuskan untuk membantu asih mencari orang tuanya. " jelas lelaki itu sambil menggerak-gerakkan ujung bibirnya.
" Kata Pak Polisi bilang, ini istri kedua Bapak eh Papa. Jadi saya harus memanggilnya Mama. " tambah Asih sembari tersipu hingga membuat Livia semakin jijik.
Dengan terpaksa Livia membiarkan mereka tetap disana hingga Polisi pergi meninggalkan kediamannya.
Kini taringnya mulai muncul, tak tahan rasanya ia ingin membentak gadis kampung tersebut.
" Hei, manusia udik. Tempat kalian bukan disini. Rumah ini terlalu bagus untuk orang-orang kampung seperti kalian! " bentaknya kesal.
Asih kini justru menangis semakin kencang seperti anak kecil.
" Huuuuaaaaa...Mama kenapa mengusirku. Aku ini anak Mama. Aku mau bilang lagi nanti sama Pak Polisi! " teriaknya sambil menangis. Pak Parno mencoba menenangkan.
Livia cukup gentar jika ini berhubungan dengan polisi. Pasti namanya yang terkenal baik dan berjiwa sosial tinggi akan tercoreng gara-gara masalah ini.
" Aaaaaaaaa...."
Mereka terkejut saat mendengar teriakan dari kamar atas. Buru-buru mereka berlari menuju kamar Lilian.
Netra Livia membola melihat putrinya ketakutan dan seekor ayam jago tengah berada di tengah ranjang putrinya.
" Ma, singkirkan ayam itu dari sana. Jijik, Ma. " rengek Lilian.
Mereka semakin melongo saat ayam tersebut dengan santainya membuang kotoran di ranjang Lilian.
" Aaaa,, Pria tua! Cepat singkirkan ayam itu dari ranjang putriku! " teriak Livia tak kalah histeris.
Asih menyeringai penuh kemenangan, ini sungguh pertunjukkan yang cukup menghibur hatinya.
" Ini baru permulaan, Nyonya. Tunggu kejutan-kejutan berikutnya. Salam kenal dariku, Diandra." batin Diandra senang.
Bersambung.....
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini. Kasih like, koment, rate lima n vote seikhlasnya buat karya terbaruku. Makasih sebelumnya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
ˢ⍣⃟ₛ ◌ᷟ⑅⃝ͩ●Angela●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Hhhh astaga jadi cewek udik Hhhhhhh
2024-11-18
0
Titin Andien
hayooo singkirkan pelakor jahat Diandra
2024-11-12
0
Mamadut
😃😃😃😃😃
2024-12-07
0