Kutukan Lahir Mati
"Ibu tenang dulu, kita ke rumah sakit untuk ngecek kehamilan ibuk"ucap Dewi yang merupakan anak pertama dari ibu Sri.
"Ibuk masih khawatir ndhuk apa yang dikatakan eyang putri,"ucap ibu Sri.
"Eyang sudah tua buk, sudah pikun. Tidak usah dipikirkan apa yang eyang katakan sebelumnya,"ucap Dewi menenangkan ibunya.
Ibu Sri bersama dengan anaknya Dewi mengunjungi nenek dari ayah Dewi yang berada di kampung. Ibu Sri masih percaya pada hal-hal mistis namun tidak bagi Dewi. Ia percaya bahwa semua hal punya sebab-akibat.
"Apa yang dikatakan eyang putri ada benarnya nduk... Bapakmu sudah meninggal tidak lama setelah ibu hamil,"ucap ibu Sri yang masih khawatir akan nasib keluarganya.
Bus yang dinaiki oleh Dewi berhenti sebentar di halte menunggu penumpang lain masuk. Seorang pelajar muda berambut sebahu masuk ke dalam bus dan tersenyum ramah kepada Dewi ketika berkontak mata. Dewi membalas senyuman penumpang tersebut sebelum berbicara kepada ibunya.
"Bapak meninggal atas kehendak Tuhan buk, sudah takdir bapak,"ucap Dewi bijaksana disaat ibunya memiliki kegoyahan di hati.
Pelajar perempuan yang bernama Sandya sesuai name tag nya tengah mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian memakainya. Ia nampak terlihat sangat menikmati musik yang tengah ia putar. Hanya Sandya dan Dewi beserta ibunya yang berada di dalam bus.
Hujan deras membuat bus berjalan lebih lambat menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan.
"Apakah kamu percaya kutukan yang lahir mati yang dibicarakan eyang putri?"tanya ibu Sri.
"Brakkk..."
Sandya yang tengah mendengarkan musik menggunakan earphone terkejut mendengar suara menabrak termasuk Dewi dan ibu Sri. Sopir bus mengecek apa yang terjadi diluar ditengah hujan yang deras.
"Sebentar, saya cek dulu,"ucap sopir.
Hujan deras membuat pandangan sopir buram samar-samar bus nya menabrak kucing hitam. Sopir pun lantas memberitahu penumpang di dalamnya bahwa ia akan menguburkan terlebih dahulu jasad kucing hitam tersebut.
Suasana di dalam bus hening hingga terdengar suara tetesan air. Dewi mendengarnya namun mengabaikan apa yang terjadi. Ia berpikir kemungkinan atap bus bocor hingga air hujan masuk ke dalam bus.
Waktu berlalu, pak sopir tidak kunjung datang. Ibu Sri merasakan hawa dingin di kakinya lantas bertanya kepada Dewi.
"Ndhuk, kamu merasa dingin?"tanya Ibu Sri.
"Iya buk, Dewi merasa dingin di kaki,"jawab Dewi.
Sandya merasakan hal yang sama seperti yang dialami Dewi dan Ibu Sri. Tetesan air hujan telah berubah menjadi genangan air di dalam bus.
Suara petir terdengar diluar membuat Ibu Sri khawatir apa yang terjadi dengan sopir bus. Dewi merasakan kakinya seperti di pegang oleh sesuatu, ia melihat ke bawah namun tidak menemukan apapun.
"Brakk!!"suara pintu tertutup.
Suara yang ditimbulkan membuat Dewi terkejut. Ternyata sopir bus telah kembali setelah menguburkan jasad kucing hitam yang tertabrak.
"Maaf, ada sedikit kendala,"ucap sopir.
"Maaf pak, apakah atap bus bocor?"tanya Sandya tiba-tiba.
"Tidak kok mbak, kemarin baru di servis,"jawab sopir.
Sandya terdiam begitupun dengan Dewi. Bus melaju melanjutkan perjalanan yang tertunda. Dewi benar-benar melihat bahwa di lantai bus terdapat genangan air.
"Apakah yang aku dan ibuk rasakan sama seperti yang kak Sandya rasakan,"batin Dewi.
"Besok saja ya buk kita ke rumah sakit,"ucap Dewi.
"Iya, malam ini hujan terlalu deras,"jawab Ibu Sri.
"Sudah bapak kuburkan jasad kucing hitamnya?"tanya Ibu Sri memecah keheningan.
"Sudah buk,"jawab sopir.
"Yasudah kalau sudah dikuburkan, saya cuma takut kalo terjadi apa-apa kepada bapak,"ucap Ibu Sri.
"Saya sedikit percaya buk apa yang ibuk maksudkan,"ucap sopir bus.
"Saya cuma menyarankan kalau bapak cepat pulang bersih-bersih baju yang bapak kenakan saat ini,"ucap ibu Sri.
"Kenapa ya buk?"tanya sopir.
"Takut mendatangkan balak,"jawab ibu Sri.
"Ibuk apa sih..."ucap Dewi.
"Ndhuk, kita tinggal di tanah jawa dan hidup dari hasil alamnya. Percaya atau tidak, makhluk selain kita selalu ada,"ucap ibu Sri.
Sandya samar-samar mendengar perkataan ibu Sri namun ia mengabaikannya. Rasa lelah yang ia alami ketika mendapatkan tugas perkuliahan membuatnya tidak memperdulikan apapun yang terjadi di sekitarnya.
"Terimakasih buk atas nasehatnya,"ucap sopir.
Halte selanjutnya terlihat di depan yang merupakan pemberhentian Sandya. Sopir bus mengatakan bahwa halte yang dituju oleh Sandya terlihat. Sandya turun ketika selesai membayar uang kepada sopir bus. Ia berlari kecil dengan tas yang berada di kepalanya sebagai payung. Jarak kost-kostan Sandya tidak jauh dari halte tempat ia turun.
Ketika Sandya ingin masuk ke dalam gerbang kost nya, ia melihat bayangan perempuan berdiri ditengah hujan deras diujung gang. Rasa dingin akibat kehujanan membuatnya mengabaikan sosok perempuan itu. Ia mengira bahwa matanya telah buram ketika air hujan memasuki matanya.
"Buk, enak ya bisa kuliah,"ucap Dewi.
"Ibuk bisa membiayainya, namun ibuk tidak bisa membiayai gengsimu,"ucap Ibu Sri.
Dewi terdiam mendengar jawaban dari ibunya. Dewi merasa iri dengan teman-temannya yang berkuliah setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas.
"Ndhuk cah ayu, anak e ibuk seng ayu dewe, mirengno omongan e ibuk Iki,"ucap ibu Sri.
"Nak, anak ibuk yang paling cantik, dengarkan ucapan ibu"ucap ibu Sri
"Apa buk?"tanya Dewi.
"Ibuk wong gak duwe, awakmu yo kudu ngerti keadaan. Nanging awakmu ojo sampek putus semangat amergo ora bisa kuliah,"ucap ibu Sri memberi nasehat kepada Dewi.
"Ibuk orang gak punya, kamu ya harus ngerti keadaan. Tapi kamu jangan sampai putus semangat karena tidak bisa kuliah,"ucap ibu Sri.
"Nggeh buk, Dewi ngerti,"ucap Dewi.
"Iya buk, Dewi ngerti,"ucap Dewi.
"Buk, apa ibuk mau lahiran di rumah eyang?"tanya Dewi.
"Iya ndhuk, ibuk lahiran disana. Kita pulang ke rumah buat kontrol rutin ke rumah sakit, biaya lahiran besar dan kamu nanti kerepotan kalau harus ngurus ibuk yang baru melahirkan,"ucap ibu Sri.
Dewi masih ingat ketika ia berada di rumah eyang putri. Rumah bergaya jawa kuno berbahan kayu jati yang mewah di sana. Keluarga ayahnya merupakan keluarga terpandang di desa, namun keluarga ayahnya tidak pernah menginjakkan kakinya di kota, hanya ayahnya yang menginjakkan kakinya di kota dan menikahi ibunya.
Disaat eyang putri berada di kamarnya, ibunya berbicara dengan eyang putri masalah kelahiran adiknya, namun balasan eyang putri setelahnya membuatnya terkejut. Eyang putri mengatakan bahwa kutukan lahir mati telah tersemat pada adiknya yang masih berada di dalam kandungan ibunya.
Dewi masih teringat ucapan eyang putri yang mengatakan bahwa kutukan lahir mati yang membawa balak kepada seluruh keluarga besarnya.
"Pak, berhenti,"ucap ibu Sri.
Dewi yang sebelumnya melamun tersadar ketika ibunya memanggil sopir bus. Ibu Sri bersama dengan Dewi turun dari bus ketika selesai melakukan pembayaran. Pada saat ibu Sri memberikan uangnya kepada sopir bus, tak lupa ia memberikan nasehat lagi kepada sopir bus.
"Pak, tidak ada salahnya percaya. Dunia ini tidak hanya dihuni oleh manusia saja,"ucap ibu Sri.
"Iya buk, terimakasih nasehatnya. Saya akan mengingatnya,"balas sopir bus.
Ibu Sri turun dari bus dan berdiri di samping Dewi. Bus melaju melanjutkan perjalanannya. Ibu Sri bersama dengan Dewi berbalik dari jalan raya berjalan memasuki gang kecil. Sosok perempuan yang tak jelas asal-usulnya menatap Ibu Sri dan Dewi dari belakang dan tersenyum lebar yang kemudian menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
MY R⃟
neng mampir kak🙊
2022-06-22
1
Triple.1
jangan2 yang sama yang tadi ngeliat sandya
2022-06-22
1