Rencana Pergi

"Kamu percaya gak kalau kutukan kuno itu ada?"tanya Risti.

"Bisa gak? Jangan cerita horror dulu, aku pusing mikirin kuliah,"ucap Sandya jengah mendengar cerita horror.

"Iya..."jawab Risti memaklumi Sandya.

Setelah membayar UKT, Sandya lebih sering diam. Pikirannya kemana-mana dan selalu tidak fokus sering melamun.

"Sandya!"panggil Risti.

"Apa?"tanya Sandya.

"Enggak apa-apa, cuma mau bilang gak usah terlalu dipikirin nanti kamu sakit kita yang repot,"ucap Risti.

Sandya mendengar teman sekaligus sahabatnya memberinya nasehat tersenyum kecil.

"Maaf kalau aku terlalu sensitif, ditambah tamu bulanan,"ucap Sandya.

Risti menganggukkan kepalanya, terkadang tamu bulanan merepotkan sebab mood yang selalu berubah-ubah dapat menganggu aktivitas apalagi disertai nyeri.

"Ngomong-ngomong kutukan apa yang kamu maksud? Daripada diam gak jelas lebih baik kamu cerita,"ucap Sandya.

"Aku dengar dari kakek kalau ada satu kutukan kuno yang mengerikan dan hanya segelintir orang yang tahu, kutukan lahir mati namanya,"ucap Risti.

"Hoi!!"ucap seseorang yang membuat Risti dan Sandya terkejut.

"Aldi!"ucap Risti dan Sandya.

"Ngomongin orang?"tanya Aldi.

"Enggak, dia lagi cerita horror,"jawab Sandya.

"Horror? Hari kamis diisi oleh narasumber terpercaya kita yaitu Risti, dipersilahkan untuk bercerita,"ucap Aldi duduk meminum minuman yang ia beli sebelumnya.

"Kutukan lahir mati, seseorang yang mendapatkan kutukan tersebut memiliki ciri-ciri ayahnya adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dan ayah dari anak itu akan mati dan jika beruntung akan melihat anaknya tumbuh namun kata kakekku jarang sekali ayah dari anak yang menerima kutukan lahir mati dapat hidup lama,"ucap Risti.

"Apa gak aneh kutukan lahir mati disangkutpautkan dengan ayahnya yang merupakan anak ke tujuh dari tujuh bersaudara, kalaupun ayahnya mati bukankah kematian adalah takdir setiap orang?"ucap Aldi.

"Aku setuju denganmu,"jawab Sandya menimpali ucapan Aldi.

"Aku tahu, tapi anak yang menerima kutukan lahir mati tidak hidup ataupun mati. Dia akan meresa kesepian dalam hidupnya meskipun memiliki banyak teman,"ucap Risti.

"Jika kau mengatakan seperti itu bukankah membutuhkan seorang dokter psikolog?"ucap Aldi.

Risti mendengar ceritanya yang dibantah oleh Aldi merasa jengkel.

"Sudahlah cerita sendiri,"ucap Risti.

"Ngambek nih ceritanya,"ucap Sandya.

"Eh, jangan gitu dong... Aku kan cuma bercanda,"ucap Aldi.

"Lanjutin gih, nanggung kalau setengah-setengah,"ucap Sandya membujuk Risti.

Risti menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya yang tertunda.

"Ciri-ciri yang dialami oleh anak yang menerima kutukan lahir mati terlihat sejak dalam kandungan ibunya. Jika seseorang mengerti hal-hal mistis pasti tahu ada yang janggal dengan sang ibu,"ucap Risti.

Sandya mendengarkan dengan seksama cerita Risti, namun perhatiannya teralihkan ketika melihat seorang perempuan dibalik batu ditengah kolam taman.

Sandya mengedipkan matanya beberapa kali yang membuat sosok perempuan itu mengilang.

"Jadi maksudnya anak yang menerima kutukan lahir mati tidak tahu bahwa ia memiliki kutukan tersebut?"tanya Aldi.

"Benar, anak tersebut tidak tahu namun orang tuanya seharusnya tahu. Pasti akan dilakukan acara ritual-ritual mencegah balak menimpa keluarga dari si anak tersebut,"ucap Risti.

"Apakah ada pusaka penangkalnya?"tanya Aldi.

"Ada,"jawab Risti.

Sandya kembali mendengarkan cerita Risti dengan seksama bahkan hanyut tanpa sadar melamun.

"Sandya!!"panggil seseorang dengan menepuk pundaknya.

Sandya terhenyak mendengar panggilan seseorang.

"Laptopmu ketinggalan di kelas,"ucap Anita.

"Terimakasih, untung gak hilang,"ucap Sandya.

Anita pergi setelah menyerahkan laptop Sandya yang ketinggalan di kelas. Risti menepuk-nepuk pundak Sandya ketika Anita pergi.

"Eh, itu Anita kan?"ucap Risti.

"Iya emangnya kenapa,"tanya Sandya.

"Mulai lagi deh ghibahnya,"ucap Aldi yang sudah hapal pembukaan per ghibahan Risti.

"Apasih, kalau mau ikut bilang gak usah nyindir,"ucap Risti.

"Anita aneh gak sih, auranya kayak beda sama orang lain. Lebih dingin gitu,"ucap Risti.

"Mungkin dia cewek cool,"jawab asal Sandya.

"Ngarang,"celetuk Aldi.

"Sudahlah teruskan ceritamu saja,"pinta Aldi.

"Oke-oke keknya aku cocok jadi host podcast horror,"ucap Risti bercanda.

"Pusaka yang dapat mengkal balak dari kutukan lahir mati seharusnya adalah sebuah keris yang melegenda aku lupa namanya,"ucap Risti.

"Yahhh gak seru,"ucap Aldi.

"Yang namanya lupa ya gak ingat, kalau ingat ya aku ucapkan lah,"ucap Risti jengkel.

"Tapi aku ingat ada sebuah pusaka pembalik dari keris yang aku maksudkan. Tapi aku tidak tahu bentuk dan namanya, konon dimiliki oleh orang yang mengutuk,"ucap Risti .

"Jadi kayak semacam pertarungan gitu? Kayak si anak punya pusaka penangkal kutukan lahir mati sedangkan yang mengutuk punya pusaka penangkal dari pusaka penangkal kutukan yang ia buat. Gitu gak sih, atau aku salah tangkap?"ucap Aldi kebingungan akan simpulannya sendiri.

"Ya pokoknya gitu deh,"ucap Risti.

"Jika seperti yang kau bilang berarti orang yang mengutuk dan dikutuk seperti telah turun temurun dari generasi ke generasi? Aku menjadi penasaran siapa keturunan dari pengutuk lahir mati,"ucap Aldi.

Risti bersamaan dengan Aldi menatap Sandya. Ekspresi rumit tergambar jelas di wajah mereka yang membuat Sandya risih.

"Kok natap aku?"tanya Sandya.

"Enggak, cuma keknya kamu deh yang cocok jadi keturunan sang pengutuk,"celetuk Risti.

"Loh kok aku,"ucap Sandya.

"Sebentar-sebentar,"ucap Risti menggeledah tas nya mencari sesuatu.

Risti mengeluarkan buku kecil miliknya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.

"Nah, ketemu,"ucap Risti.

Risti membuka buku lembar demi lembar hingga sampai pada tengah halaman.

"Dengarkan, ini aku salin dari buku kakekku secara diam-diam,"ucap Risti.

Aldi dan Sandya mendengarkan penjelasan Risti dengan seksama bahkan Sandya yang awalnya tidak tertarik semakin serius mendengarkan.

"Kalau dipikir-pikir benar juga apa katamu,"ucap Aldi.

"Coba kamu telusuri deh asal usul keluargamu, bukannya aku nyinggung perasaan mu tapi coba tanya saudara-saudara orang tua mu. Soalnya ini nanti berkaitan gituloh sama anak yang dikutuk,"ucap Risti memberi saran kepada Sandya.

"Nanti aku pikirkan lagi deh, aku sebenarnya juga penasaran. Nanti aku ambil cuti kuliah buat ke kampung nelusuri silsiah keluargaku,"ucap Sandya.

"Aku temenin,"sahut Risti.

"Aku gak tega kalian berdua pergi ke tempat yang asing bagi kalian,"ucap Aldi.

"Yakin?"tanya Sandya.

"Kamu cowok sendiri loh...."timpal Risti.

Aldi mantap akan ucapannya menemani Risti dan Sandya pergi ke kampung halaman Sandya.

"Kita berangkat satu bulan lagi kalian planning apa yang kalian rencanakan disana,"ucap Sandya.

"Oke,"jawab Aldi dan Risti.

Sandya bersyukur mempunyai kedua sahabat yang menemaninya dan memberi nasehat dikala ia sedih.

"Aku akan menelusuri asal usul nama belakangku,"batin Sandya.

Terpopuler

Comments

Axella

Axella

kak ceritanya cukup menarik

2022-06-26

1

Triple.1

Triple.1

ya ampun ternyata satu bus... si pengirim dengan di kutuk... jangan2 Maslaah percintaan...

2022-06-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!