Satu Misteri

"Kamu ikut saya sebentar,"ucap ustadz kepada Sandya.

Sandya menuruti perkataan ustadz untuk ikut dengannya. Pembicaraan empat mata yang dilakukan oleh Sandya dan pak ustadz tampak terlihat serius.

"Kamu siapa, darah garis keturunan apa yang kamu miliki,"tanya ustadz yang bernama Rohman.

"Saya tidak tahu-menahu masalah garis keturunan, saya hanya ingat punya orang tua yang mengurus saya semenjak masih kecil. Sebelum orang tua saya meninggal, ia berkata bahwa saya punya orang tua kandung,"ucap Sandya.

Ustadz Rohman memikirkan siapa sebenarnya Sandya hingga diganggui sedemikian rupa oleh makhluk tak kasat mata.

"Kamu mendapatkan sesuatu dari mimpi?"tanya ustadz Rohman

Sandya ragu ingin menjawabnya karena ia ingin orang lain seminim mungkin terlibat dengan dirinya.

"Kalau kau tidak ingin memberitahu tidak apa-apa, aku tidak berhak memaksamu,"ucap ustadz Rohman.

"Terimakasih,"jawab Sandya.

Sandya bersama dengan ustadz Rohman kembali sedangkan ustadz Rohman berpamitan kepada ibu Wati.

"Saya pamit buk,"ucap ustadz Rohman.

"Terimakasih banyak pak....,"ucap ibu Wati.

"Apa yang kamu bicarakan dengan ustadz Rohman?"tanya Ibu Wati.

"Ustadz Rohman menyinggung masalah darah garis keturunan,"jawab Sandya.

"Itu masalah terlalu rumit seperti meluruskan benang kusut,"ucap Rini.

"Apapun yang terjadi, ibuk akan selalu berada di sisimu,"ucap Ibu Wati memegang tangan Sandya.

"Aku juga,"ucap Rini.

Mereka berpelukan hangat melindungi satu sama lain berbagi perasaan. Malam sudah larut hampir menjelang pagi membuat mereka tidur bersama bertiga beralaskan karpet.

"Kak Sandya,"panggil Rini.

Kedua mata Sandya seperti lengket tidak ingin terbuka tetapi ia memaksakan bangun mendengar panggilan Rini.

"Ada apa Rin,"tanya Sandya.

"Udah shubuh kak, kakak gak sholat?"tanya Rini.

"Iya, kamu duluan aja,"jawab Sandya.

Rini meninggalkan Sandya berangkat menuju mushola di dekat kost an sedangkan ibu Wati sholat shubuh sendiri dan berangkat ke pasar terlebih dahulu. Sandya bangun duduk mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah kamar mandi mencuci muka.

suara kran air terdengar menandakan seseorang berada di dalam kamar mandi. Sandya sedikit terkejut mendengar suara air.

"Buk Wati,"panggil Sandya.

Tidak ada sahutan dari dalam membuat Sandya semakin penasaran seseorang yang berada di dalam kamar mandi.

Sandya perlahan-lahan membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Suara gemericik air terdengar jelas tetapi helaian rambut yang berada di lantai kamar mandi membuat Sandya terkejut.

"Ini..."batin Sandya.

"Apa ndhuk"

Sandya mendengar suara ibu Wati segera menoleh ke depan. Betapa terkejutnya ketika ia melihat kepala seorang perempuan berambut panjang tengan mencabut i rambutnya.

"Setan!!"teriak Sandya.

"Setan?"

Suara tertawa keras mengerikan terdengar menggema di dalam kamar mandi.

"Seng neng jero awakmu luweh medeni tinimbang aku. Aku mok liwat ra sengojo eruh wakmu turu"

"Yang berada di dalam tubuhmu lebih menakutkan dibandingkan aku. Aku hanya lewat tidak sengaja melihat kamu tidur"

"Aku siapa? Kenapa banyak setan yang selalu berada di dekatku,"tanya Sandya memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Awakmu tekok aku? Demit kabeh seng neng sekitarmu ora bakal nglarani wakmu. Yen pancen wani nglarani wakmu bakal musnah kenek getihmu. Awakmu iso ngendalekne kabeh demit neng sekitarmu termasuk aku"

"Kamu tanya saya? Semua setan yang berada di sekitar mu tidak akan berani menyakitimu. Kalaupun berani menyakitimu akan musnah terkena darahmu. Kamu bisa mengendalikan semua setan yang berada di sekitar mu termasuk aku"

"Cepat beritahu siapa aku, atau aku musnahkan dirimu!"ancam Sandya.

Ancaman Sandya dibalas tertawaan oleh setan yang berada di depannya.

"Kowe 'anak terkutuk' soko keluarga Atmo"

"Kamu 'anak terkutuk' dari keluarga Atmo"

Ucapan dari setan yang membuat hati Sandya goyah. Perasaan nya campur aduk tatkala mendengar keluarga Atmo.

"Aku Srinti, golek ono aku neng mburi omah iki lek perlu"

"Aku Srinti, cari aku di belakang rumah kalau perlu"

Srinti pergi dari hadapan Sandya ketika dirasa cukup untuk berbicara.

Sandya menghiraukan perkataan Srinti bergegas untuk berwudhu menunaikan ibadah shalat shubuh sendiri. Terdengar suara bisik-bisikan ketika Sandya menunaikan ibadah shalat dan hanya baru kali ini ia merasakannya.

Ibadah shalat shubuh telah Sandya tunaikan. Panggilan alam tiba-tiba memanggilnya membuatnya harus ke kamar mandi. Selesai bersih-bersih pandangan Sandya tertuju pada tengah-tengah dapur tempat dimana dulu sumur tua berada yang sekarang telah ditutup oleh semen.

Sandya mendekati sumur tersebut melihat lubang kecil di permukaan sumur yang menandakan bahwa sumur tidak benar-benar ditutup. Suara gemericik air terdengar dari dalam sumur membuat Sandya penasaran ingin mendengarkan lebih lanjut.

Sandya mendekatkan telinganya pada lubang kecil mendengarkan dengan seksama suara air yang bergerak seperti ada seseorang dibawah.

"Kak Sandya!"panggil Rini tiba-tiba membuat Sandya terkejut.

"Kakak ngapain?"tanya Rini.

"Gak ngapa-ngapain kok,"balas Sandya.

Rini menatap Sandya dengan pandangan curiga meminta penjelasan.

"Iya-iya, aku mau tanya. Kenapa sumur ini ditutup tapi masih ada lubang kecil?"tanya Sandya.

"Enggak tahu, tapi aku pernah denger kata orang-orang kalau tidak boleh menutup sumur rapat, harus ada lubang kecil,"jawab Rini.

"Oh...."balas Sandya.

Ibu Wati berada di pasar tradisional lumayan jauh dari rumahnya. Berbelanja awal membuatnya mendapatkan barang-barang bagus dan murah.

"Rumahnya pak Toyo apa masih tetap pak?"tanya ibu Wati kepada penjual cabai pasar.

"Ya tetap buk, emangnya rumahnya pak Toyo bergerak?"ucap penjual cabai bercanda.

"Yasudah kalau begitu, saya cabai sekilo,"ucap Ibu Wati.

Penjual cabai menyiapkan pesanan ibu Wati betapa terkejutnya ibu Wati ketika mengetahui harga satu kilo cabai.

"Ya Allah pak, ini beneran semahal ini?"tanya ibu Wati.

"Bener buk, semua mahal sekarang,"bals penjual cabai.

Ibu Wati tetap membelinya meskipun mahal dikarenakan stok cabai di kulkas telah habis.

"Semoga pak Toyo belum berangkat,"batin Ibu Wati.

Ibu Wati berada di depan pasar menunggu ojek lewat.

"Pak ojek!"ucap Ibu Wati.

Ibu Wati menaiki ojek motor menuju rumah pak Toyo pagi-pagi buta. Jalanan belum ramai seperti saat siang hari. Udara segar terasa sejuk membuat siapapun yang menghirupnya akan tenang.

"Sudah sampai buk,"ucap tukang ojek.

Ibu Wati turun dari motor memberikan upah kepada tukang ojek. Rumah lama dengan pagar besi sedikit berkarat adalah tujuan ibu Wati.

"Assalamualaikum..."ucap ibu Wati.

Tidak ada sahutan dari dalam rumah. Ibu Wati melihat ibu-ibu bersama dengan anaknya jalan pagi lantas bertanya.

"Permisi buk..."ucap ibu Wati sopan.

"Iya ada apa buk"

"Saya mau tanya, pak Toyo apa ada dirumah?"ucap ibu Wati.

"Ada buk, kemungkinan di belakang ngurusin kambing-kambingnya"

"Ibuk masuk pagar saja ketok pintu rumahnya,"ucap salah satu ibu yang menggendong anaknya.

"Terimakasih buk...."ucap Ibu Wati.

Ibu Wati menuruti arahan dari ibu-ibu yang dia tanyai sebelumnya. Membuka pintu pagar besi yang sedikit mengeluarkan suara dan mengetok pintu rumah pak Toyo.

"Assalamualaikum pak Toyo...."ucap ibu Wati sembari mengetok pintu rumah.

"Waalaikumsalam!!"ucap seseorang dari belakang rumah sedikit berteriak.

Seseorang membukakan pintu rumah disambut senyuman ramah tatkala melihat ibu Wati.

"Ibu Wati, silahkan masuk buk..."ucap Pak Toyo.

"Terimakasih pak, gak enak pagi-pagi perempuan masuk rumah orang,"jawab Ibu Wati.

Pak Toyo mempersilahkan ibu Wati duduk. Ketika pak Toyo ingin ke belakang ditahan oleh Ibu Wati.

"Tidak usah repot-repot pak, saya kesini ingin meminta bantuan,"ucap ibu Wati.

"Bantuan?"tanya pak Toyo.

"Saya ingin bapak magari rumah saya. Beberapa hari ini banyak kejadian termasuk anak-anak di rumah yang terkena dampaknya,"ucap ibu Wati menjelaskan maksud kedatangannya.

"Kejadian apa ya buk?"tanya Pak Toyo.

"Kemarin salah satu anak kost kena sirep orang. Dia mimpi gak bangun-bangun sampai saya panggil ustadz Rohman. Mereka bicara empat mata, ketika saya tanya apa yang dibicarakan anak kost saya bilang bahwa ustadz Rohman menyinggung garis darah keturunan,"ucap Ibu Wati yang disambut ekspresi wajah tidak enak dari pak Toyo.

"Saya akan ke sana buk nanti siang,"jawab Pak Toyo.

"Maaf ya pak ganggu kerjaannya,"ucap ibu Wati.

"Tidak apa-apa,"jawab pak Toyo.

Ibu Wati berpamitan dengan pak Toyo untuk kembali ke rumah. Ibu Wati paham bahwasanya pak Toyo harus bekerja sebagai taxi online.

Terpopuler

Comments

Triple.1

Triple.1

kagettt aku... kalo aku udh pingsan deh ngeliat begituan.. lah ini si Sandya masih berani ...diajak ngomong ...😱😱😱

2022-06-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!