Malam tiba namun suasana kost tampak lebih sepi. Penghuni kost lainnya pulang hanya tersisa Sandya dan Rini. Ibu Wati yang merupakan janda yang ditinggal mati oleh suaminya mendirikan kost-kostan sebagai hiburannya dikala ia kesepian tidak memiliki teman bicara.
Ibu Wati tengah berada di dapurnya membuat teh manis. Air yang berada di dalam termos dingin membuatnya harus memasak air terlebih dahulu.
Air telah mendidih, ibu Wati menuangkan air panas ke dalam gelas sebelum menghentikan aktivitasnya ketika merasakan kakinya merasa dingin. Ibu Wati melihat ke bawah betapa terkejutnya ketika melihat wajah mengerikan keluar dari kolong tempat ia biasanya menyimpan gas. Lidahnya panjang dengan tangan yang perlahan-lahan menggerayangi tubuh ibu Wati mengambil panci panas ditangannya.
Ibu Wati tidak bisa bergerak sama sekali, tangan panjang tersebut berniat menuangkan air panas ke kepala ibu Wati. Ibu Wati berusaha keras melawan setan tersebut meskipun badannya tidak bisa digerakkan.
Ketika panci berada di atas kepala Ibu Wati, ia menutup matanya pasrah sebelum rantai muncul entah dari mana mengikat setan tersebut dan membawanya pergi. Rini dan Sandya yang memiliki perasaan khawatir kepada Ibu Wati segera masuk ke dalam rumah ibu Wati.
Rini dan Sandya masuk ke dapur ibu Wati setelah mencari ke seluruh rumah hingga menemukan ibu Wati berdiri tegap sebelum jatuh pingsan.
"Buk!! Buk Wati..."panggil Sandya.
"Rin! Cari minyak angin,"perintah Sandya.
Rini mencari minyak angin di dalam kamar ibu Wati dan membawanya kepada Sandya. Sandya mengoleskan minyak angin dibawah hidup Ibu Wati. Perlahan-lahan Ibu Wati sadar dan terbangun melihat Sandya dan Rini.
"Ibuk gak apa-apa?"tanya Sandya.
"Ibuk diganggu,"ucap Ibu Wati.
"Kok bisa buk?"tanya Rini.
"Ibuk kurang enak badan jadi buat teh, air di dalam termos dingin ibuk masak air terus dia datang mau nuangin air panas ke kepala ibuk,"ucap ibu Wati menjelaskan kejadiannya.
"Target sebenarnya adalah aku,"ucap Sandya.
"Jadi gimana?"tanya Rini.
"Kita tidur di rumahnya Bu Wati dulu jaga-jaga kalau dia datang lagi,"ucap Sandya.
Rini membantu ibu Wati berdiri sedangkan Sandy membersihkan sisa kekacauan terjadi sebelumnya. Tubuhnya tiba-tiba merinding sebelum ia menoleh ke atas melihat wajah mengerikan dengan lidah panjang menatap dirinya intens.
Sandya tanpa sadar mengulurkan tangannya ingin menyentuh wajah tersebut namun setan tersebut menyadari bahaya lalu menghilang. Sandya sadar sedetik kemudian lalu pergi menyusul Rini ke kamar ibu Wati.
Rini membantu ibu Wati tidur di ranjang disusul Sandya yang melihat ibu Wati tertidur lelap.
"Cepat sekali,"batin Rini.
"Rin, kamu punya pengalaman masalah gini?"tanya Sandya.
"Pernah tapi aku merasa setan yang datang menggangu berbeda dari tadi siang,"jawab Rini.
"Maksudmu?"tanya Sandya.
"Tadi siang memang menargetkan kakak, tapi ini seperti menargetkan ibu Wati. Kemungkinan kiriman seseorang,"ucap Rini.
"Ibu Wati punya musuh?"gumam Sandya.
Rini menggelar karpet di samping ranjang ibu Wati menyiapkan tempat untuk tidur.
"Kakak tidur disini bareng Bu Wati, aku tidur di ruang tamu,"ucap Rini.
Sandya menolak usulan Rini dengan tegas yang membuat Rini tak berdaya.
"Kamu tidur disini jaga ibu Wati, aku tidur di ruang tamu. Biasa, tugas kuliah banyak semester akhir tidur di manapun aku bisa, bahkan bisa tidur itupun beruntung,"ucap Sandya.
Rini memberikan selimut dan bantal yang dia ambil di lemari memberikannya kepada Sandya. Rini membaringkan tubuhnya di lantai beralaskan karpet dan bersiap untuk tidur.
Sandya keluar dari kamar ibu Wati bersiap untuk tidur dikursi. Perlahan-lahan matanya terpejam memasuki dunia mimpi. Rini membaringkan tubuhnya menghadap kolong tempat tidur ibu Wati, dirasa aneh iapun membuka matanya.
Sepasang mata merah darah menatap Rini dari kolong tempat tidur ibu Wati. Rini berteriak membuat Sandya terbangun bergegas melihat keadaan Rini.
Sandya datang segera memeluk Rini menangis ketakutan.
"Apa yang terjadi?"tanya Sandya.
"Sepasang mata yang mengerikan berada di kolong tempat tidur ibu Wati. Aku merasa seperti akan diseret ke dunia orang mati,"ucap Rini.
Sandya melihat ibu Wati benar-benar tertidur pulas. Teriakan yang menggelegar dari Rini seolah-olah tidak menganggu Ibu Wati.
"Aneh, pasti ada sesuatu dengan ibu Wati,"batin Sandya.
Rini diam matanya kosong menatap ke arah pintu. Sandya menggoyang-goyangkan tubuh Rini namun tidak ada hasil apapun.
"Rin!!"
"Bangun Rin!!"
Tangan Sandya tanpa sengaja tergores oleh kayu menyebabkan darah menetes dari tangannya. Sandya mengaduj kesakitan ketika darah berwarna merah pekat menetes keluar.
"Brakkk!!!"
Suara pintu terbanting bayang-bayang orang memenuhi seluruh ruangan mendekati Sandya. Luka yang timbul akibat goresan sudah tidak bisa Sandya tahan membuatnya harus menahan teriakannya.
Sandya semakin takut ketika orang-orang misterius ingin mendekatinya namun rasa sakit yang ia derita membuatnya melupakan bahaya di depan.
"Darahmu!"ucap suara seseorang di dalam pikiran Sandya.
Sandya menodongkan tangannya yang terkena luka membuat orang-orang misterius mundur kebelakang melihat darah Sandya.
"Pergi!"ucap Sandya.
Tanpa Sandya sadari Rini telah sadar dengan tersenyum mengerikan. Rini mengambil pisau yang berada di kolom tempat tidur ibu Wati dan menusukkannya ke tubuh Sandya.
"Rini!"ucap Sandya terkejut tidak menyangka.
"Kamu terkejut?"tanya Rini.
"Kamu bukan Rini!!"ucap Sandya.
Anehnya tubuh Sandya yang terkena tusukan tidak mengeluarkan darah membuat Sandya sendiri terkejut.
"Ini bagiamana mungkin,"batin Sandya.
Dari atas plafon terdengar suara gemerusuk seperti ada yang berjalan.
"Kamu akan mati sama seperti dia,"ucap Rini disamping telinga Sandya.
"Enyah dari hadapanku,"ucap Sandya menodongkan lukanya.
Rini menjauh dari Sandya sebelum benda berat jatuh dari plafon. Sebuah kepala perempuan paruh baya dengan senyuman mengerikannya menatap Sandya.
Sandya berteriak kencang ketakutan melihat kepala didepannya.
"Sandya!!"Panggil seseorang.
Sandya tiba-tiba terbangun. Semua itu hanya mimpi buruknya. Disekelilingnya telah ada banyak orang termasuk Ibu Wati dan Rini.
"Kamu tidak apa-apa?"tanya seorang ustadz.
"Tidak apa-apa pak,"jawab Sandya.
"Kamu tertidur selama dua hari,"ucap ustadz yang membuat Sandya terkejut.
"Tapi saya hanya tidur semalaman,"jawab Sandya masih tidak percaya perkataan ustadz.
Sandya mendengar cerita dari ibu Wati dan Rini percaya bahwa ia telah tertidur selama dua hari. Sandya teringat akan luka yang ia dapatkan di mimpinya lantas melihat telapak tangannya.
"Sama seperti yang ada dalam mimpiku,"batin Sandya.
"Buk, saya lihat dimimpi ibuk tidur pulas bahkan teriakan dari Rini tidak mempengaruhi ibuk,"ucap Sandya.
"Sirep,"jawab Ibu Wati.
"Kamu kena sirep dari orang lain,"ucap ibu Wati.
"Sepertinya tidak sesederhana itu,"ucap ustadz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Triple.1
aku pernah kena gini Thor. di sirep pencuri yang mau masuk ke rumah... cuma di buatnya tidur nyenyak...padahal aku bangun saat dgr rumah di bongkar... eeehh.. kek ada yang angkat kaki aku ke tmpt tidur, terus di tidurin lagi... katanya tidur aja...Yo wess aku tidur lagi.. alhasil mesin mobil alm.papa ilang
2022-06-23
2