Kehidupan ibu Sri dan Abimanyu dikampung sangar tentram dibawah naungan Eyang Mariti. Kehormatan penduduk desa kepada Eyang Mariti sangatlah tinggi, ditambah dengan Abimanyu cucu dari Eyang Mariti yang merupakan anak ketujuh dari anaknya sendiri.
"Ada acara apa buk? " tanya Ibu Sri.
"Syukuran desa, biasanya ibuk yang mimpin. Sekaligus ibu juga syukuran kedatangan Abimanyu kemari," jawab Eyang Mariti.
Ibu Sri membantu Eyang Mariti yang tengah mempersiapkan sesaji. Eyang Mariti menyuruh Pak Harno mencarikan barang-barang tersebut dengan Ibu Sri membantu mempersiapkannya.
"Abimanyu kemana? " tanya Eyang Mariti.
"Dibelakang rumah, main tanah buk, " jawab Ibu Sri.
Abimanyu tengah asik bermain tanah sendirian. Rumah Eyang Mariti yang tergolong besar dengan rumah penuh kayu jati serta banyak ruangan kosong menjadi misteri tersendiri. Abimanyu bermain di dekat pohon rindang. Seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya mengintip dari balik pohon. Abimanyu yang melihatnya melambaikan tangan untuk mendekat. Anak tersebut tampak malu-malu kemudian berjalan mendekati Abimanyu.
"Ayo main! Namaku Abimanyu, cucunya Eyang Mariti, " ucap Abimanyu memperkenalkan diri.
"Namaku Rehan"
Setelah beberapa saat canggung, mereka akhirnya bermain dengan riang gembira. Abimanyi terdiam ketika Rehan tak sengaja memukul dirinya.
"Maaf, " ucap Rehan.
Abimanyu terdiam yang tak lama kemudian ia menatap tajam ke arah Abimanyu. Abimanyu berjalan kemudian mendorong serta memukul Rahan yang membuatnya berteriak. Ibu Sri dan Eyang Mariti yang mendengarnya bergegas menghampiri sumber teriakan tersebut. Ibu Sri segera melerai anaknya yang tengah memukul Rehan, luka yang cukup serius di derita oleh Rehan.
"Ada apa ini! " ucap Ibu Sri.
"Dia memukulku dengan ganas! " ucap Rehan menunjuk wajah Abimanyu.
"Kamu yang duluan! " balas tak terima Abimanyu.
"Sudah-sudah, kamu kembali ke rumahmu, " ucap Eyang Mariti.
Ibu Sri mengecek tubuh Abimanyu yang memang terdapat luka di belakang kepalanya. Eyang Mariti menyuruh Ibu Sri membawanya masuk untuk diobati.
"Kamu itu gimana to le, " ucap Eyang Mariti.
"Eyang, aku benci sama dia. Dia yang mukul aku duluan, " ucap Abimanyu.
"Sudah-sudah, nanti Eyany marahi orang tuanya, " balas Eyang Mariti.
Abimanyu sangat senang dengan kehadiran Eyang disisinya. Eyang Mariti tersenyum layaknya seorang ibu yang menenangkan anaknya.
"Dewi, dia sudah tahu. Pelindung yang mengelilingi Abimanyu dengan pengorbanannya harus dihilangkan segera mungkin, aku bisa memanfaatkan acara tersebut," batin Eyang Mariti.
Para penduduk desa berkumpul di depan rumah Eyang Mariti, mereka membawa sesaji dengan segala keperluannya. Eyang Mariti dituntun oleh Pak Harno keluar dari rumah.
"Kamu sama Abimanyu jaga rumah ya, " pinta Eyang Mariti.
"Iya buk, " jawab Ibu Sri.
Eyang Mariti bersama dengan Pak Harno beserta penduduk desa berjalan ke suatu arah yang tak diketahui oleh Ibu Sri.
"Buk, Abi laper, " ucap Abimanyu cemberut.
Ibu Sri yang mengingat bahwa Eyang Mariti telah menyisikan makanan untuk Abimanyu segera ke dapur mempersiapkan makanan tersebut. Abimanyu makan dengan lahap makanan tersebut serta riang gembira melupakan masalah yang sebelumnya.
Eyang Mariti dan yang lain berjalan menembus hutan menuju sebuah tempat terbengkalai yang berupa rumah megah dengan nuansa khas adat sekitar. Beberapa meter dari kawasan rumah megah tersebut terdapat pohon beringin kembar yang berumur ratusan tahun. Para warga meletakkan sesaji mereka di tengah-tengah kedua pohon kembar tersebut.
Eyang Mariti duduk bersimpuh beralaskan tikar rotan, ia mengucapkan doa-doa yang tak diketahui maknanya. Para warga melakukan hal yang sama yaitu mengikuti Eyang Mariti yang tengah khusyuk memejamkan matanya. Kerbau hitam yang di bawa warga dibunuh menggunakan pisau yang ada pada sesaji yang dibawa Eyang Mariti.
Kerbau hitam tersebut meronta berusaha kabur, namun para warga menahannya serta menyayat leher kerbau tersebut. Benda berwarna merah yang diletakkan dalam wadah yang terbuat dari tanah liat diberikan kepada Eyang Mariti beserta dengan kepala kerbaunya.
Eyang Mariti melepaskan tusuk rambutnya kemudian rambut putih miliknya yang rontok ia ikatkan pada tusuk rambut sebelum di celupkan pada cairan merah tersebut. Tusuk rambut ia tancapkan di tanah yang kemudian kepala kerbau di guyur oleh cairan merah tersebut.
"Gimana, enak masakannya? " tanya Ibu Sri.
Abimanyu ingin menjawab pertanyaan ibunya, namun sesuatu mengganjal ada di tenggorokannya. Rasa mual ia rasakan sebelum makanan yang sebelumnya ia makan keluar semuanya. Ibu Sri menepuk-nepuk punggung Abimanyu, ia melihat sebuah benda yang Abimanyu keluarkan dari dalam mulutnya.
"Cincin? " ucap Ibu Sri.
Diameter cincin tersebut kecil, Ibu Sri mengingat-ngingat dimana ia pernah melihat cincin tersebut.
"Dewi baru beli cincin murah-murahan, ibu seneng gak? "
"Seneng, cincinnya bagus"
"Dewi! " ucap Ibu Sri.
Angin kencang berhembus masuk ke dalam rumah, seluruh pintu kamar kosong terbuka lebar. Ibu Sri terkejut dengan hal yang baru saya terjadi, ia seakan diwasi oleh sesuatu. Tanpa ia sadari, Abimanyu telah memegang pisau berniat menusuk tubuhnya sendiri.
"Abimanyu!! " teriak Ibu Sri.
Abimanyu dirasuki oleh sesuatu, mulutnya penuh akan darah dan tenaganya berubah menjadi lebih kuat. Ibu Sri berusaha membuang pisau yang ada di tangan Abimanyu.
"Sadar nak, sadar!!" ucap Ibu Sri.
Tempat dimana Eyang Mariti melakukan ritual diterpa oleh angin besar. Kediaman megah kosong di depan mereka seakan mengeluarkan tekanan dahsyat mendorong semua orang untuk melakukan bunuh diri. Eyang Mariti segera bertindak dengan merapalkan mantra. Eyang Mariti merasakan firasat buruk menyuruh Pak Harto kembali ke rumah.
Keadaan Abimanyu semakin parah dengan ia mencoba membunuh dirinya sendiri sembari mengucapkan kalimat yang tak di mengerti Ibu Sri.
Tangisan Ibu Sri pecah ketika anaknya Abimanyu bertingkah layaknya hewan. Ketika pisau ingin menancao di tubuh Ibu Sri, Pak Harno datang membuang pisau tersebut dan mengunci tubuh Abimanyu.
"Ambil air yang ada di kendi kecil di kamar Eyang! " perintah Pak Harno.
Ibu Sri segera melaksanakan perintah Pak Harno, kendi kecil yang berisi air di kamar Eyang segera Pak Harno tuangkan di kepala Abimanyu. Tubuh Abimanyu mengeluarkan asap seakan terbakar dan kesakitan akibat dari air tersebut.
Pak Harno membacakan sebuah mantra yang kemudian Abimanyu pingsan. Ibu Sri bertanya apa yang terjadi dengan Abimanyu. Suara Eyang Mariti terdengar dari luar menjawab pertanyaan darinya.
"Keluarga Atmo yang melakukannya. Arwah dari mereka tidak terima dengan keluarga kita yang menjadi penguasa daerah sini. Di tambah mereka semua terbantai oleh sesuatu misterius, aku mendengar salah satu dari mereka selamat dan pergi ke kota, " jawab Eyang Mariti.
"Maksud ibuk, keluarga Atmo membalasa dendam kepada keluarga kita?" tanya Ibu Sri.
"Duduk sini, ibuk mau cerita panjang, " ucap Eyanh Mariti menepuk-nepuk kursi di sampingnya.
Abimanyu di gendong oleh Pak Harno dibawa ke kamar untuk beristirahat. Ibu Sri duduk di samping Eyang Mariti bersiap mendengarkan cerita.
"Keluarga Atmo dan keluarga Joyo adalah Tuan tanah di desa ini, sama-sama memiliki kekuasaan besar dan sama-sama di hormati. Suatu ketika, keluarga Atmo bersikeras mengambil tanah dari keluarga Joyo hingga terjadilah pertarungan santet. Banyak dari keluarga Atmo ataupun Joyo yang meninggal termasuk anak-anak ibuk. Keluarga Atmo kediamannya tiba-tiba terbakar saat tengah malam, ibuk hanya bisa menyelamatkan suamimu agar tidak terkena bencana di sini. Malam itu kacau, seorang pria miserius dengan kalung emas biru memisahkan kedua belah pihak agar berhenti berperang,"ucap Eyang Mariti menceritakan kejadian sebenarnya.
"Siapa orang itu buk, hingga bisa menghentikan pertarungan tersebut? " tanya Ibu Sri.
Seseorang dari luar yang mempunya kekuatan magis luar biasa dengan menggunakan kalung emas biru, semua setan ditangkal olehnya dan dihisap ke dalam kalung tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan agar arwah keluarga Atmo tidak mengganggu lagi? " tanya Ibu Sri.
"Membantai keturunan terakhirnya, " jawab Eyang Mariti.
Di tengah hutan, ketiga remaja yang menghilang selama delapan tahun tertidur nyenyak. Salah satu dari mereka terbangun yaitu Risti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments