Ditangkap Polisi

“hey, maksud lu apa an?” teriak salah satu anggota tim musuh sembari berjalan mendekati Lean. “gua?, gak ada maksud tuh!” ucap Lean dengan santai tanpa merasa bersalah. “kurang ajar banget!, lu sengaja kan?” perempuan berambut keriting itu pun menyahut sambil menunjuk ke arah Lean. “prriiiitt!, sudah – sudah bubar!, jangan bikin onar!” tiba – tiba wasit lapangan menyela dan membuyarkan keributan yang hampir terjadi diantara Lean dengan gadis berambut keriting. “liat aja nanti, kakak Fei bakal ngasih pelajaran sama lu!” teriak perempuan berambut keriting itu memperingatkan.

Melihat Lean yang hampir ribut dengan tim lawan, Aji dan Bima pun segera berlari menghampiri Lean. “Lei, Lu nekat banget sih!” ucap Aji lirih sambil menggelengkan kepalanya. “nanti pasti ada yang gak terima, dan bikin perhitungan sama lu!” Bima ikut menyahut sambil menghela nafas panjang. “mangkanya itu gua kesini ngajak kalian berdua!” Lean menyahut sambil tersenyum tanpa rasa bersalah. “ampun deh, kenapa nasib gua sial mulu sih!” gerutu Aji sambil memijat kepalanya yang seketika merasa pening.

Setelah pertandingan berakhir, Lean, Aji, dan Bima pun pulang dengan beriringan di sepanjang jalan pulang. Melewati jalan pintas yang sepi, tiba – tiba muncul tiga orang pria tak dikenal yang menghadang motor Lean beserta teman – temannya. “turun kalian!” teriak salah satu pria sambil menuding ke arah Lean dan teman – temannya. Tak menunggu lama, Lean, Aji, dan Bima pun segera turun dari motornya.

“ada apa nih?” sahut Lean sambil menatap tajam ke arah tiga pria itu. “jangan pura – pura gak tahu!, lu kan yang udah bikin adek gua mimisan di lapangan tadi!” sahut pria itu dengan nada meninggi. “gua?, gak salah?, bukannya bola basket ya yang udah bikin adek lu mimisan!” sahut Lean dengan santai.

“kenapa nasib kita berdua selalu sial, dan berada dalam kondisi mencekam gini ya bro!” Aji berbisik lirih pada Bima. “iya bro!, tapi gimana pun kita harus tetep bersabar!” sahut Bima sambil menepuk pelan pundak Aji. “sabar apanya bro!, tuh liat!!” Aji menyahut sambil menunjuk ke arah Lean yang tengah berkelahi dengan ketiga pria itu. Melakukan pertahanan maupun serangan, Lean begitu lihai dan jago dalam ilmu bela diri.

Dengan bergegas, Aji dan Bima pun segera menghampiri Lean dan ikut berkelahi melawan ketiga pria itu. Sedikit babak belur, Aji dan Bima yang tak sepandai Lean dalam ilmu bela diri memiliki luka pada area wajahnya. Bima yang lebam di samping kelopak matanya, Aji yang bibirnya sedikit sobek dan berdarah. Namun melihat kondisi Lean saat ini yang sehat wal’afiat tanpa luka sedikit pun, menandakan bahwa ia berada dalam kondisi yang baik – baik saja.

Tiba – tiba, “angkat tangan!” teriak salah satu petugas kepolisian sembari mengarahkan pistolnya ke arah keributan. “sial!, kenapa ada polisi segala!” gerutu salah satu pria yang telah babak belur dihajar Lean. Tak menunggu lama, akhirnya mereka berenam pun digelandang menuju kantor polisi.

Di kantor polisi.

Lean, Aji, dan Bima tengah diinterogasi secara bersamaan, dan ketiga pria lainnya diinterogasi oleh petugas polisi yang lain. “jadi, kalian bertiga dicegat sama ketiga pria itu?” ucap polisi di depan Lean sambil menunjuk ke arah tiga pria yang babak belur. “iya pak!” sahut Aji dengan wajah memelas. “terus mereka bertiga kalian hajar?” polisi itu bertanya lagi. “iya pak!” Bima menyahut sambil menganggukkan kepala.

Dengan tatapan curiga dan tak yakin, polisi itu pun menatap Lean dan bertanya lagi “kenapa kamu baik – baik aja dan enggak terluka?” sahut polisi itu dengan ekspresi keheranan. “saya ini atlet karate pak!, mangkanya saya baik – baik aja!. Kalau dua temen saya ini cuma anak mama yang gak pernah berkelahi!, jadi mereka berdua terluka deh pak!” sahut Lean sembari tersenyum menatap ke arah Aji dan Bima. Mendengar perkataan Lean yang menjatuhkan harkat beserta martabatnya, Aji dan Bima pun seketika menatap tajam ke arah Lean secara bersamaan.

“baik kalau begitu kalian boleh pulang!, tapi dengan syarat kalian harus dijemput oleh orang tua atau anggota keluarga kalian!” ucap polisi berkumis menjelaskan. Mendengar ucapan polisi tersebut, seketika tubuh Lean menjadi lemas bagaikan daging tanpa tulang. Mengingat kembali ucapan sekaligus ancaman dari papanya, jika ia sampai membuat masalah, maka ia harus siap kehilangan motornya. Begitu sayangnya Lean pada motornya, hingga membuat mata Lean pun berkaca – kaca.

“gara – gara nih polisi muncul tiba – tiba!, kita semua jadi sial banget!!” Lean menggerutu sambil menggosok rambutnya hingga acak – acakan. “dari sebelum ada nih polisi, kita udah sial gara – gara elu Lei!, ya elah baru nyadar anjir!” Aji menyahut ketus sembari mengambil ponselnya.

“gimana nih!, gak mungkin dong gua telefon papa atau mama!, bisa – bisa motor gua nanti dijual sama papa!, huufftt!!” Lean menggerutu dalam batin sembari menghela nafas panjang. Melihat kedua temannya telah menghubungi masing - masing anggota keluarganya, Lean masih berpikir dengan keras mencoba mencari cara agar ia bisa selamat dari situasi yang mencekam ini.

“kalau lu takut buat telefon Om Rico, kenapa lu gak telefon suami lu aja ?” ucap Aji sambil menatap ke arah Lean. “oiya!, gua hampir lupa kalau gua punya suami!, hahahaa akhirnya berguna juga suami gua!” sahut Lean sembari tertawa dengan suara yang cukup keras. Begitu keras dan jelas, hingga membuat seisi ruangan pun seketika menoleh bersamaan ke arah Lean.

“tuut...!, tuut..!, hallo?” sahut Agam menjawab panggilan telefon Lean. “hallo Gam!, tolongin gua!” Lean menyahut dengan suara memelas. “tolong apa Lei?, lu dimana sekarang?” ucap Agam dengan ekspresi panik. “gua di kantor polisi Gam!, cepet kesini!” Lean menyahut dengan merengek. Mengetahui jika istrinya berada di kantor polisi, Agam yang panik dan khawatir dengan keselamatan istrinya, segera memacu super carnya menuju kantor polisi.

“baru kali ini gua nemu orang yang hampir lupa sama suaminya!, gua jadi penasaran sama laki – lakinya kayak gimana!”, “istrinya aja urakan gitu!, apa lagi suaminya!, jangan – jangan preman!, nampak dua polisi lain tengah berbisik membicarakan Lean dari tempat duduknya dengan suara yang cukup keras, hingga Lean pun ikut mendengarnya. “heh pak!, jangan asal jeplak aja ya kalau ngomong!, kalau bapak dibandingin sama suami saya, bapak tuh cuma ingusnya aja!” sahut Lean dengan nada meninggi.

“kurang ajar!, yang sopan kamu ya!, oke kalau gitu biaya berobat ketiga pria itu ditanggung oleh kamu!” sahut polisi berkumis yang menginterogasi Lean dengan membentak. “udah Lei!, nanti urusannya jadi panjang!” Bima berbisik pelan di telinga Lean. Namun Lean tak menggubris perkataan Bima, dan masih berani beradu omong. “enak aja!, saya yang mau dikeroyok, kok saya yang harus bayar biaya pengobatan. Lu aja pak sini yang gua gebukin!, nanti biaya pengobatannya biar gua yang tanggung!” Lean menyahut dengan membentak.

Melewati jalan raya, kini mobil Agam telah memasuki halaman kantor polisi. “bruuuummm...!” knalpot super car Agam yang menyalak keras, terdengar hingga ke dalam ruangan kantor polisi. Begitu kerasnya, hingga membuat seisi kantor pun mendongak dan menatap kaget ke arah mobil Agam. “siapa tuh?” seisi kantor polisi pun saling sahut menyahut membicarakan siapakah gerangan pengemudi dalam mobil mewah tersebut.

Setelan jas, sepatu pantofel, dengan postur dan wajah yang menawan, Agam keluar dari mobil layaknya model majalah fashion. Berjalan dengan tergesa – gesa, Agam pun segera masuk ke dalam kantor polisi guna mencari Lean. “ceklek!” pintu pun terbuka. Semerbak harum parfum Agam seketika memenuhi ruangan kantor polisi. Melihat seluruh pakaian dan aksesoris yang Agam kenakan berasal dari brand ternama Luar Negeri, membuat seluruh polisi pun tak henti – hentinya menatap takjub pada Agam.

Dengan basa – basi mencoba mencari muka, beberapa polisi pun berjalan menghampiri Agam “ada yang bisa kami bantu?” ucap salah satu polisi dengan ramah. “saya mau bertemu istri saya!” Agam menyahut sembari celingukan ke kanan dan ke kiri mencoba mencari keberadaan Lean.

“Gam!” teriak Lean sembari melambaikan tangannya ke arah Agam. “jadi ini suami mu?” ucap polisi berkumis pada Lean, sembari tertegun menatap Agam. “sepertinya, perkataan kalau gua cuma ingus tuh ada benernya deh!” gerutu pria berkumis itu sambil terus menatap takjub pada Agam.

Terpopuler

Comments

StAr 1086

StAr 1086

kok pak polisinya jadi minder benean liat agam...

2023-02-13

0

andry kumala

andry kumala

hayuuk ramein yukk 😊😊

2022-08-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!