Agam terus memandang ke arah Lean sembari tersenyum kecil. Pasalnya tak banyak perempuan masa kini yang lebih mementingkan menolong orang lain dari pada urusan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh Lean saat ini. Cukup lama Lean membantu perempuan paruh baya tersebut, hingga membuatnya tertinggal cukup jauh dengan rombongan klub motor sportnya. Lagi – lagi Agam tak mengalihkan pandangannya dari Lean dan terus memperhatikan gerak gerik Lean dari tempat ia berdiri. Melihat Lean menaiki motornya dan hendak pergi, Agam pun melanjutkan niatnya untuk membeli air mineral.
Selesai membeli aire mineral, Agam terkejut melihat Lean yang nampak mondar - mandir kebingungan sembari menatap ponselnya. Agam pun masuk ke dalam mobil dan masih memperhatikan gerak – gerik Lean yang nampak sedang membutuhkan bantuan. Sesekali Lean mengotak atik kabel – kabel pada bagian bawah motornya, namun motor Lean tak kunjung menyala.
“duuh, gua sial banget sih!, Bima sama Aji juga gak bisa dihubungi, gua harus gimana dong!!” ucap Lean sembari duduk dengan lemas di trotoar jalan dengan ekspresi wajah kebingungan. “butuh bantuan?” ucap seseorang yang berdiri tepat di depan Lean duduk. “butuh!” Lean menyahut sembari mendongak ke arah suara tersebut. “Agam??” ucap Lean dengan spontan mengenali pria di depannya itu ialah Agam, dosen baru yang ingin ia jotos dalam kelas tadi. “enak aja lu manggil nama gua!, gak sopan banget!” ucap Agam dengan ketus sembari melotot ke arah Lean.
“emang disini lu lagi ngajar? Enggak kan? Berarti status kita sekarang sejajar!, ogah banget gua harus ngehormati orang sombong model kayak lu!” saut Lean dengan ketus. “emang dasar perempuan bar – bar, terserah lu kalau enggak mau gua bantu” ucap Agam dengan ketus menyahuti. Merasa niat baiknya tak digubris, Agam pun kembali masuk ke dalam mobilnya. Cukup lama Agam memantau gerak – gerik Lean dari kursi kemudinya, Lean nampak gelisah menyadari mentari sepenuhnya telah tenggelam, dan hanya ada lampu remang – remang sebagai penerangannya, dan itu pun di depan toko kecil tempat Agam membeli air.
“sial, ponsel gua mati segala, Aji sama Bima juga bisa – bisanya mereka enggak tahu kalau gua enggak ada di rombongan!” Lean menggerutu kesal. “udah deh, lebih baik gua anterin!, perempuan enggak baik diem di pinggir jalan sendiri” saut Agam tiba – tiba. Akhirnya, dengan bibir terkuncir Lean pulang ke rumahnya diantar oleh Agam.
Mobil Agam masuk ke dalam halaman rumah Lean, dan nampak kedua sahabatnya itu tengah duduk di teras rumah Lean. Menyadari pria yang duduk di kemudi mobil adalah Dosen killer yang Lean bentak tadi pagi, Aji dan Bima pun terhentak kaget sembari melotot seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. “makasih!” ucap Lean sembari tersenyum penuh keterpaksa’an. Agam pun pergi sembari menahan tawanya.
Ke esokan harinya.
Lean sedang berada di bengkel bersama Bima untuk memperbaiki motornya yang kemarin rewel dan tiba – tiba mogok itu. “ddrrrttt!!” ponsel Lean bergetar. “hallo pa?” Lean menjawab. “pulang sekarang, calon suamimu ada di rumah!, awas aja kalau gak pulang, papa bakar motormu nanti!” saut Tn Rico dengan mengancam. “duuhh, iya – iya pa!!” Lean pun menyahuti dengan berat hati.
“pa, apa gak terlalu perfect laki – laki ini buat Lean yang amburadul gitu?” Ny. Wela berbisik pelan sembari menatap Agam yang duduk manis di kursi bersama kedua orang tuanya. “papa juga mikir begitu sih ma!” Tn Rico menyauti. “kalau sampai laki – laki ini menolak setelah bertemu Lean gimana pa?” Ny. Wela berbisik lagi. “udah ma, jangan mikir aneh – aneh lah!” Tn Rico mencoba menenangkan istrinya yang sedari tadi kawatir itu.
“bruum, bruuum, bruum !!” terdengar knalpot motor sport Lean yang kencang. Setelah memarkir motornya di garasi, Lean pun berjalan masuk ke dalam ruang keluarga dengan perasaan was – was, pasalnya Lean akan bertemu dengan bakal suaminya. Dengan pakaian seadanya, yakni kaos oblong, celana pendek, sandal jepit, dan rambut yang kurang rapi, Lean nekat masuk ke dalam ruang keluarga.
“waah, ini nak Lean ya?” ucap Ny. Risa sembari tersenyum ramah menatap Lean. “hay tante!” Lean pun menyaut sembari tersenyum ramah. “tapi, potret di foto sama aslinya beda ya?” saut Ny. Risa sembari memandang Lean dari atas ke bawah, dan bawah ke atas. “ehm iya jeng, kalau di foto itu waktu Lean lagi ikut pesta, jadi kelihatan lebih anggun dan cantik!” saut Ny. Wela beralasan. “ah enggak juga, meskipun penampilan sederhana seperti ini Lean juga kelihatan cantik kok!, dari pada perempuan yang ngejar – ngejar Agam, dandanannya menor semua!” ucap Ny. Risa sembari tersenyum ramah menatap Lean. “Agam?” Lean pun terkejut mendengar calon mertuanya itu menyebut nama Agam. Dengan spontan, Lean pun menatap pria tampan yang duduk manis di sofa ruang keluarganya.
“Agam?” Lean terperanjat kaget menatap pria yang duduk tersebut adalah Agam, si dosen killer. “dia calon suamiku ma?” Lean pun bertanya dengan terbata – bata pada mamanya. “iya lei, tampan kan?” Ny. Wela menyahuti. “gimana nak Agam, inilah Lean apa adanya. Apa nak Agam masih setuju meneruskan pernikahan ini?” ucap Tn Rico bertanya dengan penasaran. Mendengar pertanyaan papanya, Lean pun menggelengkan kepalanya pada Agam guna memberi isyarat untuk menolak. Namun dengan tegas Agam pun menjawab “saya setuju om, saya akan menikahi Lean!”
Bak tersambar halilintar, Lean terkejut dan Tak bisa berkata – kata. Mengapa Agam si dosen killer itu mau menikah dengannya. “baik lah kalian keliling rumah dan mengobrol dulu, biar kalian bisa saling mengenal!” saut Tn Rico. “lu ikut gua sekarang!” ucap Lean dengan ketus pada Agam. Lean pun membawa Agam masuk ke dalam kamarnya. Melihat penataan kamar Lean yang rapi dengan banyak koleksi miniatur mobil dan juga motor, kamar Lean sungguh cocok menjadi tempat bermain anak – anak.
“kenapa lu setuju buat nikah sama gua?” ucap Lean dengan menatap curiga pada Agam. “terserah gua lah, gua bebas dong mau terima apa enggak!, kan ini pernikahan gua!” Agam menjawab sembari memalingkan wajahnya menatap miniatur motor Lean yang berada di depannya. “tapi masalahnya calon istrinya tuh gua!” saut Lean dengan ketus. “terus??” Agam menyahut seakan menantang. “pokoknya kita batalkan aja pernikahan kita!” ucap Lean sembari menatap Agam dengan kesal. “lu pikir gua kesenengan nikah sama mahasiswi gak berprestasi kayak lu?” sahut Agam dengan ketus.
Setelah berdebat cukup lama dan tak menemukan titik terang, akhirnya Lean pun menemukan ide brilian. “oke kita menikah, tapi selain di depan keluarga kita, status pernikahan kita harus dirahasiakan!” ucap Lean dengan menatap serius ke arah Agam. “oke!” Agam menyahuti sembari mengangguk. “selama kita jadi suami istri, gua gak mau satu tempat tidur sama lu!” ucap Lean meneruskan perkataannya. “oke!!” lagi – lagi Agam mengangguk. “dan satu lagi, kita harus sama – sama menghormati privasi satu sama lain!” ucap Lean melanjutkan perkataannya. “oke, gua setuju!” Agam pun menyetujui seluruh permintaan Lean. “tapi ada satu hal yang harus lu inget , karena kita bakal tinggal di apartemen gua, gua ngelarang lu bawa temen – temen cowok lu masuk ke apartemen gua!” ucap Agam sembari menatap Lean dengan tatapan serius. “oke, gua setuju, deal!!” mereka berdua pun bersalaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
StAr 1086
next
2023-02-13
0
Anggra
mantappp Thor.....keren cerita ny
2022-09-02
0
andry kumala
yuk ramein guys novel kedua akuh 😊
2022-06-20
1