Kinerja Agam

Hampir satu jam, meeting bersama Investor dari AS akhirnya telah selesai dilaksanakan, dengan hasil akhir yang sama – sama menguntungkan kedua belah pihak. Setelah berpamitan, Pria asing tersebut akhirnya keluar dari ruang meeting. Tak segera keluar mengikuti pria bule tersebut, Renata masih menyempatkan diri untuk menghampiri Agam.

“Gam, katanya lu udah nikah ya?” ucap Renata dengan penasaran. “iya!” Agam menyahut dengan datar. “bisa – bisanya lu nikah gak ngundang gua!, gini – gini dulu kita juga pernah deket kan Gam!” sahut Renata sembari mencoba memukul pundak Agam. Melihat tangan renata mengarah ke arah pundaknya, Agam segera menarik tubuhnya dan mencoba menghindar sembari berkata “sorry Ren, gua rasa kita gak pernah deket deh!, kita cuma temen kuliah biasa!” ucap Agam dengan datar tanpa ekspresi. “huufft!, seperti biasa lu tetep aja datar dan cuek. Gua jadi penasaran, perempuan seperti apa yang udah ngeluluhin hati lu!” sahut Renata berbisik lirih sambil berlalu meninggalkan Agam.

....

Di ruang kerja Agam.

“kalau Manajer Produksi udah dateng, langsung arahkan ke kantor saya!” ucap Agam dengan tegas pada resepsionis melalui saluran telefon kantor. “baik pak!” sahut resepsionis tersebut dengan sopan. Tiba – tiba, “tok.. tok..tok!!” terdengar suara ketukan pintu ruang kerja Agam. “masuk!” sahut Agam sembari menutup telefon.

Nampak Pak Surya yang berkedudukan sebagai Manajer Operasional Muncul dari balik pintu. Dengan bergegas Pak Surya masuk dan berdiri di depan meja kerja Agam. “laporannya mana?” ucap Agam dengan nada datar sembari menatap sinis ke arah Pak Surya. “ini pak!” sahut Pak Surya sembari menyerahkan sebuah berkas laporan pada Agam.

Tak begitu lama Agam menatap laporan dari Pak Surya, tiba – tiba Agam membanting laporan tersebut dengan kencang ke atas meja, hingga membuat Pak Surya dan Fahmi menjingkat kaget. “brrakk!!, kenapa laporan bulan ini anggaran aktivitas distribusi sangat tinggi?, apa kamu kurang tenaga untuk melakukan pengawasan?, atau jangan – jangan manajemen pengawasan kamu yang kerjanya cuma main – main?” ucap Agam dengan nada membentak. “mohon maaf pak!, saya akan perbaiki manajemen pengawasan di bawah saya pak!” sahut Pak Surya sambil menunduk takut.

“saya memperkerjakan kamu untuk mengatur manajemen dan sistem di bawah kamu!, bukan malah menjadi atasan yang bisa di bodohi bawahan!” sahut Agam dengan nada meninggi. “baik pak, saya mengerti pak!” Pak Surya menyahut sambil mengangguk patuh. “kamu keluar sekarang!” ucap Agam dengan ketus. Setelah menerima ceramah dari Agam, Akhirnya Pak Surya keluar dari ruangan Agam sambil menunduk sedih.

Belum lama Pak Surya keluar, terdengar lagi suara ketukan dari pintu ruang kerja Agam. “masuk!” ucap Agam dengan nada datar. “ceklek!” pintu pun terbuka, dan Pak Harefa muncul dari balik pintu. Pak Harefa adalah Manajer Produksi di perusahaan Agam. “laporannya mana?” ucap Agam dengan nada yang datar. “ini pak!” sahut Pak Harefa sambil menyerahkan sebuah laporan dan terus menunduk. Menyadari kinerjanya yang masih buruk, Pak Harefa nampak gelisah.

“kenapa dua bulan ini target produksi tidak capai?, mau alasan apa lagi?” ucap Agam sambil menatap sinis ke arah Pak Harefa. “mohon maaf pak!, saya akan evaluasi lagi kinerja para karyawan saya pak!, dan saya akan ikut mengawasi proses produksi secara langsung!” Pak Harefa terus mencoba meyakinkan Agam. “oke, saya minta bulan depan kamu capaikan target produksi dengan mutu yang sesuai!” ucap Agam dengan tegas. “baik pak!” Pak Harefa menyahut dengan percaya diri. “kamu bisa keluar sekarang!” ucap Agam dengan datar dan tegas. Setelah mendapat perintah untuk keluar, Pak Harefa segera keluar dari ruang kerja Agam sembari menghela nafas panjang.

Melihat sudah dua manajer yang dimarahi habis – habisan oleh atasannya itu, Fahmi nampak menunduk takut, sambil sesekali melirik ke arah Agam. “gua pikir setelah Pak Agam nikah, sikapnya bisa berubah secara perlahan. Ternyata yang berubah cuma statusnya doang!, sikap dan wataknya masih sama!, kira – kira divisi mana lagi nih yang mau di ceramahi sama Pak Agam ya?” ucap Fahmi pada batin, sembari menghela nafas panjang.

Agam masih fokus memeriksa tumpukan berkas di depannya. Begitu banyak, namun bukan Agam namanya jika tak segera menyelesaikan seluruh pekerjaan tersebut. Begitu tekun, Agam tak hanya nampak seperti seseorang yang gila kerja. Namun Agam adalah seorang Atasan yang tak segan mendisiplinkan bawahannya, dan berusaha membuat anak buahnya bekerja keras layaknya dirinya.

Maka dari itu gaji yang ditawarkan perusahaan Agam sungguh menggiurkan. Namun di balik gaji yang besar, seluruh karyawan harus memikul tanggung jawab yang besar pula. Tak hanya itu, setiap karyawan juga harus siap mempertanggung jawabkan hasil kerjanya yang dirasa melenceng atau tidak sesuai dengan peraturan perusahaan. Dengan seluruh pengaturan tersebut, menjadikan Agam sebagai pengusaha muda yang sukses, dan berhasil membuat perusahaan yang dipimpin olehnya menjadi salah satu perusahaan yang maju di kancah Nasional.

“drrrrtttt!” ponsel Agam yang bergetar keras karena panggilan masuk membuyarkan konsentrasi Agam. “siapa sih, ganggu banget!” Agam menggerutu sambil terus menatap berkas di depannya. Cukup lama bergetar, Agam yang penasaran akhirnya meraih ponselnya “hah! Lean telefon?” ucap Agam sambil tersenyum kegirangan. Melihat reaksi Agam yang sungguh berbeda, Fahmi terus menatap Agam dengan tatapan kaget.

“ehhm, iya Lei ada apa?” ucap Agam dengan nada yang lemah lembut. “Gam, hari ini gua udah gak ada kelas lagi. Jadi gua langsung ke rumah papa ya!, emm... lu masih belum selesai ya kerjanya?” sahut Lean dari dalam telefon. “udah selesai kok Lei!, hari ini pekerjaan gua gak begitu sibuk!, jadi bisa cepet nyusul ke rumah papa!” Agam menyahut sambil mendorong tumpukan berkas di atas meja agar menjauh dari hadapannya. Melihat reaksi Agam yang malu – malu dan seketika berubah 360 derajat, Fahmi nampak syok berat dengan mulutnya yang menganga lebar. “what the fucek!” ucap Fahmi dalam batin sambil terus melongo menatap Agam.

“ehmm, lu hati – hati kalau pulang ya!” ucap Agam dengan wajahnya yang tiba – tiba memerah. “lu juga Gam!” Lean menyahut balik sambil mengakhiri telefonnya. “ciyeeee!!, uhuk.. uhuk.. cuih!” tiba – tiba Aji menyahut mencoba menggoda Lean. “iih napa lu?, keselek cicak?” Lean menyahut ketus sambil menatap sinis ke arah Bima. “gua gak nyangka, perempuan sesadis elu bisa malu – malu gitu sama cowok!, so impresive!, prok!, prok!, prok!” Bima menyahut sambil bertepuk tangan dengan meriah.

“lu bilang gua sadis?, oh.. itu fitnah!. Gua adalah perempuan baik, kalem, dan lemah lembut!” ucap Lean sambil tersenyum lebar sembari berjalan menuju lokernya. Melihat ekspresi Lean, Bima bergidik geli “hiii!, sakit tuh anak!” Bima menggerutu sambil menggelengkan kepalanya dengan heran.

Sembari terus tersenyum bahagia, Lean membuka loker miliknya. Dan seperti biasa, lagi – lagi Lean menemukan sepucuk surat dalam lokernya. Tak seperti biasanya yang langsung dibacanya di tempat, kali ini Lean yang masih berbunga – bunga meraih surat tersebut dan memasukkannya ke dalam tas ranselnya.

“Bim, anterin gua pulang ke rumah papa!” ucap Lean sambil menatap Bima. “ogah!, lu cuma ada butuhnya aja minta tolong gua!, gua lagi susah lu ngilang mulu!” sahut Bima dengan ketus sambil memalingkan wajah. “ya kali gua harus ikut susah bareng lu!, ogah lah!” Lean menyahut ketus ucapan Bima. “astaga Lei, sial betul gua punya temen laknat kayak elu!” Bima menyahut sambil berlalu meninggalkan Lean. “iihh marah!, by the way, kenapa lu ganteng banget sih Bim?” ucap Lean mencoba menggoda Bima. “aah!, Lean apa an sih!” Bima nampak tersipu malu. “ya udah jangan marah, ayo pulang!” sahut Lean sambil merangkul pundak Bima dan mereka berdua pun berjalan beriringan keluar dari kampus.

Dari sisi yang cukup jauh, nampak seorang pria tengah menatap ke arah Lean sambil mengepalkan tangannya. Nampak kesal, pria muda dengan rambut lurus tersebut memukul pelan tembok di depannya secara bertubi - tubi. Entah karena melihat Lean yang tak sempat membuka surat, atau melihat Lean yang berjalan bersama Bima, atau mungkin juga ada hal lain yang membuatnya kecewa.

Terpopuler

Comments

StAr 1086

StAr 1086

jangan2 pengagum rahasianya si Lei temennya sendiri....

2023-02-13

0

Anggra

Anggra

ternyata Lei si bar bar ada pengagum rahasia jg😱😱

2022-09-02

0

andry kumala

andry kumala

up up up ramein hayyuuuk 😊

2022-07-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!