Image Buruk

Sehari sebelum Agam pulang ke rumah.

Di Kampus.

Lean dan Bima tengah duduk sembari bercanda dalam kelas dan menunggu Dosen mata kuliah selanjutnya, yakni Ekonometrika. Tumben banget lu mau ikut masuk mata kuliah ini lei?, biasanya lu bolos terus di kelas ini!” saut Bima dengan ekspresi penasaran. “gua mau tobat bim!, gara – gara sering bolos matkul ini, dua semester gua terbuang sia – sia!, bokap gua uring – uringan terus kayak perempuan lagi PMS” ucap Lean menanggapi. “hahaha, paling satu atau dua kali lu masuk, habis itu lu bakal bolos lagi Lei!” saut Bima meremehkan sembari tertawa ringan. “sstttt, stop jangan negative thinking sama gua!” Lean menyahut ketus.

“kalian tau gak, ternyata dosen matkul Ekonometrika kita baru loh, lulusan London dan gosipnya dia ganteng bangeett!!” terdengar beberapa perempuan yang duduk di kursi belakang Lean tengah antusias dan heboh membicakan dosen baru yang akan mengajar di kelasnya. “kalau beneran ganteng, semoga aja Dosen Pembimbing gua nanti dia!” ucap perempuan lain menyahuti. Karena suara beberapa perempuan tersebut cukup keras, hingga Lean dan Bima pun bisa mendengar dengan cukup jelas perkataan beberapa perempuan itu.

“seganteng apa sih tuh dosen baru, sampai anak – anak pada gatel semua pengen digaruk!” ucap Lean sembari menoleh ke arah pintu masuk kelas, dan menatap kaget ke arah pria berpostur tinggi dengan wajah yang rupawan berjalan masuk ke dalam kelas. “ganteng banget!!” ucap Lean dengan spontan melihat seorang pria tampan yang nampak dingin dan misterius seperti kriteria pria yang ia idam – idamkan selama ini. “anjay, kenapa gua baru tau kalau ada cowok keren di kampus kita?” ucap Lean sembari menepuk pundak Bima dengan heboh.

“pria keren yang lu maksud tuh gua?, lu baru nyadar ternyata!” ucap Bima dengan percaya diri. “bukan bim!, tapi pria itu tuh!” Lean menyaut sembari menunjuk ke arah pria tampan yang berdiri di depan kelas. “anak – anak, kenalkan saya Agam Mahendra, Dosen Tamu yang akan mengajar Mata Kuliah Ekonometrika kalian mulai dari sekarang. Sekaligus menjadi Dosen Pembimbing bagi kalian mahasiswa atau mahasiswi dengan nila terendah” ucap Agam menjelaskan. Lean tak berkedip dan terus memandang penuh ketertarikan ke arah Agam, hingga ia tak menyadari jika mahasiswa dengan nilai terendah adalah dirinya.

“berarti tuh dosen yang bakal jadi Dosen Pembimbing lu dong lei!!” ucap Bima dengan heboh. “waah, masa sih??” Lean menyahuti dengan malu – malu. “Pak Agam, apa boleh kita panggil Kak Agam atau Mas Agam aja biar lebih akrab?” ucap Delina, perempuan yang duduk di kursi belakang lean dengan ekspresi yang malu – malu ke arah Agam. “tidak sopan!, tolong hormati status saya sebagai dosen pengajar, bukan sebagai teman yang terlihat akrab!” saut Agam dengan ketus dan sedikit membentak pada Delina. Seketika Delina pun terdiam dan menunduk malu.

“wah, wah ganteng doang tapi songong juga nih orang!” ucap Lean dalam batin setelah mendengar perkataan Agam yang terkesan arogan. “sebelum saya lanjutkan, saya akan memanggil 3 nama mahasiswa dengan nilai terendah di kelas ini” ucap Agam dengan tegas. “Fero!!” , “hadir pak!” saut Fero sembari berdiri dan mengangkat tangan. “Bagas!!” , “hadir!!” saut Bagas yang langsung berdiri dan mengangkat tangannya juga. “Lean!!”, Agam memanggil nama Lean dengan jelas, namun Lean yang asyik berbincang dengan Bima tak memperhatikan ucapan Agam yang tengah memanggil namanya. “Lean??” Agam mengulangi panggilannya.

“lei, lu di panggil tuh!!” saut dela sembari menepuk pundak Lean dengan keras. “duh, apa sih del? Ngagetin aja!” Lean menyaut dengan ketus. “lu dipanggil tuh!!” Dela menyahut sembari menunjuk ke arah Agam. “Leaaan!!” Agam mengulangi dengan suara yang lebih keras. “oh, hadir pak!” Lean pun berdiri dan mengangkat tangan kanannya dengan kaget. “Lean itu perempuan ternyata?” ucap Agam dengan terkejut. “saya kira hampir semua perempuan rajin dan pintar – pintar!, tapi baru kali ini saya bertemu perempuan dengan nilai terendah yang hobi bolos kelas seperti kamu!” ucap Agam dengan ketus dan memandang sinis terhadap Lean.

Bagai terjungkal di depan umum, perkataan Agam layaknya belati yang menggores dan mengoyak harkat serta martabat Lean di depan umum. Seketika Lean pun murka, dan “braakk!!” Lean menggebrak meja di depannya dengan keras hingga seluruh teman – teman di kelasnya menoleh kaget ke arah Lean. “kalau ngomong yang lebih sopan ya, sini gua jitak kepala lu!” ucap Lean dengan ketus dan sedikit berteriak terhadap Agam. “udah lei, jangan bikin Pak Agam marah, ayo keluar!” ucap Bima sembari menarik tangan Lean untuk keluar dari kelas. Bima tahu jika ia membiarkan Lean tetap berada di dalam kelas, pasti Pak Agam akan berakhir dengan babak belur dibuatnya. Menyadari watak Lean yang keras kepala, ditambah lagi kemampuan bela dirinya yang baik, membuat Lean tak segan menggunakan kekerasan untuk menghadapi masalah. “sial, berani – beraninya dia mempermalukan gua di depan umum!!” Lean menggerutu sembari berjalan keluar kelas dengan dituntun Bima.

Melihat perempuan bar – bar yang berani berteriak terhadapnya, Agam pun terkejut pasalnya hanya perempuan itulah yang berani mengatainya di depan umum, dan tak tertarik terhadap ketampanan wajahnya seperti perempuan lain pada umumnya. “waah, perempuan bar – bar yang kasar banget, gak bayangin gimana nasib suaminya nanti jika punya istri kayak petinju gitu!” ucap Agam dalam batin sembari menghembuskan nafas panjang.

Jam menunjukkan pukul 5 sore. Setelah menerima telefon dari papanya, Agam mengendarai mobilnya menuju kediaman kedua orang tuanya. Karena semenjak Agam pulang kuliah dari London, ia memutuskan untuk tinggal sendiri dan membeli sebuah apartemen yang letaknya tak jauh dari perusahaan tempat ia bekerja dan kampus tempat ia mengajar di sela – sela waktu kosongnya.

Karena sebuah rombongan klub motor sport tengah melintas dan memenuhi seluruh jalan raya, jalanan pun menjadi padat merayap. Agam yang tak bisa menahan haus, akhirnya menepikan mobilnya di pinggir jalan untuk membeli air mineral dalam toko kecil pada pinggiran jalan tersebut. Tiba – tiba “braak!!” nampak salah satu anggota klub motor sport menyenggol seorang perempuan yang tengah berjalan di bahu jalan sembari membawa sebuah nampan berisi gorengan dan beberapa jajanan pasar di dalamnya, dan alhasil seluruh dagangan perempuan tersebut jatuh dan berhamburan di jalan. Tak bertanggung jawab, pengendara tersebut malah menarik gasnya dan meninggalkan perempuan tersebut.

Melihat kejadian tak bermoral itu, Agam hendak menghampiri perempuan tersebut dan membantunya. Namun belum sempat ia melangkah, ia melihat seorang pengendara motor sport lainnya menepikan motornya dan berhenti di sebelah perempuan tua tersebut. Ia pun melepas helm full face miliknya, dan dengan jelas Agam melihat wajah pengendara motor tersebut ialah Lean, perempuan yang membentaknya tadi di kelas.

Dari kejauhan, Agam memperhatikan Lean yang dengan cekatan membantu perempuan tua itu merapikan barang dagangannya. Nampak pula Lean menyalami ibu – ibu paruh baya tersebut dengan lipatan uang seratus ribuan, dan perempuan tersebut kegirangan hingga berkali – kali perempuan tersebut mengucap terima kasih pada Lean perempuan yang ia remehkan tadi di kelas. Melihat ketulusan Lean terhadap perempuan paruh baya tersebut, bisa dipastikan bahwa Lean adalah perempuan yang baik hati. Dan membuat sedikit celah di hati Agam pun sedikit bergetar, dan image buruk Lean di matanya pun seketika sirna.

Terpopuler

Comments

andry kumala

andry kumala

yuk ramein guys novel kedua akuh 😊😊

2022-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!