Bab 10

"Aku takut,aku takut."Itu lah ucapan yang bisa di katakan Zia sambil memeluk erat tubuh Rafael dengan bibir yang bergetar hebat.

Merasakan jika Zia ketakutan Rafael menjadi kasihan kepada Zia pun perlahan membalas pelukan Zia dan mencoba untuk menenangkan Zia.

"Diam lah, jangan membuat suasana semakin mencengkam karena tangisan mu yang seperti bayi itu."Ucap Rafael tanpa melepaskan pelukannya.

"Zia pun berhenti menangis dan menahan rasa takut nya dengan memeluk Rafael semakin erat.

"Kaki ku pegal."Ucap Rafael yang sudah berdiri terlalu lama.

Zia pun mendongak tampa melepaskan pelukan nya.

"Tolong jangan pergi."Gumam Zia pelan.

Suara lembut Zia membuat Rafael menjadi tidak tega untuk meningal kan nya apalagi dengan cuaca yang buruk dan lampu yang masih mati seperti ini.

"Ayo tidur."Ucap Rafael lirih.

"Kau akan menemaniku?"Tanya Zia lagi.

"Hmm,tapi jaga jarak mu."Ucap Rafael.

"Hmm,aku mengerti."Ucap Zia kemudian menuntun Rafael ke atas ranjang.

Mereka pun akhirnya berbaring di atas ranjang yang sama, namun dengan perbatasan mengunakan guling.

Beberapa menit kemudian Zia mulai terlelap begitu juga dengan Rafael.

Pukul 08.29 malam.

Zia kembali terbangun karena flu dan suhu tubuh nya yang semakin panas namun ia terus merasa kedinginan.

"Emhhh."Erang Zia.

Beberapa kali Zia kembali beresin dan mengerang kedinginan dan itu membuat Rafael yang tertidur nyenyak menjadi terbangun.

Sementara itu lampu baru saja kembali menyala namun hujan masih terdengar meskipun tidak se deras tadi.

Rafael membenarkan posisi nya menjadi bersandar.

Tangan nya meraba-raba untuk memastikan jika Zia baik-baik saja.

Namun ia memegang jidat Zia yang ternyata cukup panas, ternyata Zia demam akibat kehujanan tadi sore.

Zia tidak bisa berkata apa-apa kecuali mengerang.

"Apa yang kau rasakan?"Tanya Rafael terlihat jelas saat ini dirinya sedang menghawatirkan keadaan Zia.

Dengan suara pelan Zia pun menjawab.

"Tidak apa-apa, hanya dingin."Lirih Zia pelan.

"Hmm, kemari lah mendekat."Ucap Rafael berusaha menarik Zia agar lebih dekat dengan nya.

"Untuk apa?"Lirih Zia lagi.

"Diam dan jangan banyak tanya,badan mu sangat panas."Ucap Rafael dengan kuat kemudian menarik Zia ke dalam pelukannya.

Zia kaget karena dirinya dengan mudah di tarik Rafael.

Rafael memeluk erat tubuh Zia agar ia tidak terlalu kedinginan,dan sesekali memegang jidat Zia untuk memeriksa suhu tubuh Zia yang panas.

Beberapa menit kemudian Zia pun akhirnya mulai bisa kembali tidur namun dalam pelukan Rafael.

Bukan hanya Rafael tangan Zia pun dengan erat nya memeluk Rafael terlihat seperti sepasang suami istri yang memang tidak ada masalah apapun dalam hidup mereka.

Keesokan harinya.

Zia terbangun dan membuka matanya perlahan dan melihat sekeliling nya.

Perutnya terasa berat seperti di tindih sesuatu,ia pun membuka selimut tebal itu,dan terlihat tangan Rafael yang melingkar sempurna di atas perut nya.

Zia kaget kenapa bisa Rafael berada di kamar nya,ia berusaha mengingat kejadian tadi malam.

"Astaga, memalukan sekali."Ucap Zia penepuk pelan jidat nya.

Karena Zia yang terus bergerak Rafael pun akhirnya terbangun dari tidurnya.

"Bagaimana keadaan mu?"Tanya Rafael tiba-tiba.

"Aku, memang nya aku kenapa?"Ucap Zia bingung.

"Aku sudah tau jika kau seorang wanita yang mudah pikun,kau semalaman mengerang dan bersin-bersin, merepotkan saja."Ucap Rafael yang kemudian beranjak turun dari kasur sambil mengambil tongkat nya yang berada di sebelah kasur.

"Tunggu."Ucap Zia sambil menahan tangan Rafael.

"Apa?"Ucap Rafael cuek.

"Te-terimakasih."Ucap Zia gugup.

"Tidak perlu."Ucap Rafael lagi.

Rafael pun berjalan keluar dari kamar Zia dengan pelan.

Jujur saja Zia selalu khawatir sat Rafael berjalan sendiri, namun ia tau hal itu harus di biasakan oleh nya agar dia tetap merasa kuat dan tidak bergantung kepada orang lain.

Kondisi tubuh Zia kini sudah baik-baik saja.

"Rasanya segar sekali."Ucap Zia dengan lilitan handuk di tubuh nya,ia kini baru saja selesai melakukan ritual ya itu mandi pagi.

Ting ...

Suara pesan masuk ke ponsel nya.

"Siapa ya?"Ucap Zia berjalan menuju kasur nya kemudian mengambil ponsel nya yang berada di atas kasur.

Isi pesan.

"Zia,kau di mana? Aku sudah pulang, temui aku di cafe biasa."Isi pesan tersebut.

Seketika tangan Zia menjadi gemetar, matanya mulai berkaca-kaca, bibir nya tak sanggup untuk berucap.

"Dani ... " Itulah kata-kata yang baru saja ia ucapkan.

"Dani" Dia adalah cinta pertama Zia, meskipun hubungan mereka tidak lah tercantum sebagai sepasang kekasih namun mereka sudah saling cinta sejak masa SMA Zia dan Dani sudah dekat mereka berkomitmen untuk tidak pacaran namun Dani berjanji setelah ia pulang dari pendidikan nya di luar negri dan berhasil menjalankan bisnis sang papa ia akan menikahi Ziana.

Mereka tidak ingin pacaran karena takut jika akan putus mereka akan menjadi musuh,jadi itu adalah permintaan Zia untuk menyimpan saja rasa cinta masing-masing dan sampai Dani kembali untuk melamar nya.

"Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan?"Batin Zia dengan air mata yang mulai menetes sambil mengengam erat ponsel nya.

Perlahan Zia pun mencoba untuk mencari alasan agar tidak bertemu dengan Dani, karena ia tidak sanggup nanti nya ia akan di anggap menghianati Dani, jujur saja saat ini ia masih sangat mencintai Dani.

"Tidak mudah untuk melupakan seseorang yang telah bertahun-tahun bersama kita" Author.

Next

Zia pun membalas pesan tersebut.

"Dani,kau sudah pulang ya? Tapi sepertinya aku belum bisa menemui mu hari ini, karena aku ada sedikit pekerjaan."Balas Zia.

Beberapa menit kemudian Dani pun kembali membalas pesan tersebut.

"Baik lah,jika kau sudah ada waktu,maka cepat kabari aku."Balas Dani yang memang selalu mengerti Zia.

"Maaf kan aku Dani."Lirih Zia sambil menangis.

Namun siapa sangka, Rafael sedari tadi berdiri di depan pintu kamar Zia karena mendengar Isak tangis Zia.

"Siapa Dani?"Batin Rafael yang kini mulai merasa tidak nyaman.

Ia pun masuk ke dalam kamar Zia tampa berkata apa-apa.

Zia dengan cepat menghentikan tangisannya karena takut jika Rafael akan bertanya.

"Apa yang kau lakukan? Aku belum memakai baju."Ucap Zia sambil menutupi tubuh nya yang berbalut handuk dengan selimut.

"Bodoh, sekalipun kau tidak memakai apapun aku juga tetap tidak bisa melihat mu."Ucap Rafael tak habis fikir dengan tingkah bodoh istri nya.

Zia pun beranjak turun dari kasur nya dan berjalan mendekati Rafael.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Dedy Harianto

Dedy Harianto

betul banget tu , saya saja sampai sekarang belum bisa lupain cinta pertama, padahal dah 20 tahun yang lalu

2023-03-21

0

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

cieee cemburu nih ye...🤭

2022-10-13

0

Vita Zhao

Vita Zhao

penasaran terus ya rafael, siapa dani, cemburu ya?

2022-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!