Bab 09

Satu suapan masuk ke dalam mulut Rafael dan itu membuat nya kaget karena rasa sup itu benar-benar nikmat.

"Bagaimana?"Tanya Zia yang berharap mendapatkan perkataan enak dari Rafael.

"Biasa saja."Jawab Rafael gengsi untuk memuji masakan istri nya.

"Biasa saja,tapi ekspresi nya seolah mengatakan ini sangat enak."Batin Zia kesal.

"Mengapa diam? Apa kau hanya memberikan satu sendok saja untuk ku?"Ucap Rafael yang menginginkan sup itu lagi.

"Hmm, iya-iya sabar ini sangat panas."Ucap Zia kesal.

Zia pun kembali menyuapi Rafael dengan pelan.

"Setelah ini boleh kah aku ijin keluar sebentar?"Tanya Zia kepada Rafael.

"Kemana?"Ucap Rafael.

"Berjalan-jalan sekitar Fila, suasana di sini cukup tenang dan sejuk aku hanya ingin menikmati pemandangan dan menghirup udara segar saja."Ucap Zia berharap Rafael akan mengijinkan nya.

"Pergi lah,tapi ingat jangan terlalu lama."Ucap Rafael.

"Yey, terima kasih banyak."Jawab Zia benar-benar senang karena ia sudah bosan terus berdiam diri di dalam Fila.

Rafael bisa merasakan kebahagiaan Zia, sejujurnya ia juga ingin sekali melihat dan berjalan di sekitar Fila, namun ia mengurungkan niat nya karena ia merasa percuma karena ia tidak bisa melihat.

"Apa kau mau ikut?"Tanya Zia lagi.

"Tidak."Ucap Rafael.

"Ikut saja ya,aku akan menjadi mata untuk mu."Ucap Zia dengan wajah tulus nya.

Mendengar ucapan Zia hati Rafael terasa damai, belum pernah merasakan se damai ini karena sebelumnya tidak ada orang yang sanggup berkata seperti itu kepada nya.

Setelah selesai makan mereka pun keluar dari Fila dan berjalan menyusuri jalan dengan pelan, cuaca hari itu memang benar-benar dingin dan angin sepoi-sepoi membuat suasana di perkebunan teh terlihat indah.

Sesekali Zia menatap Rafael yang berjalan dengan tongkat di samping nya,ia cukup merasakan kasihan terhadap Rafael yang tidak bisa melihat.

"Lihat lah,di sana ada perkebunan teh yang indah, dan di sebelah sana ada gunung."Ucap Zia kepada Rafael.

"Aku tidak peduli."Ucap Rafael berbohong yang sebenarnya ia juga sangat menginginkan bisa melihat suasana saat itu.

"Dengar kan aku, jika tidak bisa melihat, cukup merasakan, mendengarkan,dan menikmati."Ucap Zia lagi.

"Hmm,aku lelah."Ucap Rafael lagi.

"Ayo duduk di rumput hijau sana."Ucap Zia yang dengan sengaja memegang tangan Rafael dan mengajak nya untuk pergi duduk di rerumputan untuk melihat pemandangan kebun teh yang cantik.

"Ayo duduk."Ucap Zia kepada Rafael.

"Tidak,itu pasti kotor."Jawab Rafael.

"Tenang saja,ini tidak kotor."Ucap Zia yang kemudian menarik paksa Rafael untuk duduk.

Jujur saja,Zia kini mulai menyayangi suaminya, meskipun ia tau sebaliknya Rafael sangat membenci dirinya dan tidak akan mungkin mencintai nya.

Mereka pun mulai duduk dan menikmati hembusan angin,dan larut dalam lamunan masing-masing.

Tidak ada yang membuka pembicaraan sampai Zia berkata.

"Bukan kah dirimu memiliki uang yang cukup banyak? Lalu mengapa tidak mencoba mencari pendonor atau menjalankan pengobatan lain."Ucap Zia memecahkan suasana hening saat itu.

"Semuanya sudah di lakukan,dan hasilnya tetap sama,dan soal pendonor,belum ada pendonor yang cocok sampai saat ini."Ucap Rafael menjawab pertanyaan Zia.

"Apakah sesulit itu mencari pendonor yang cocok?"Tanya Zia lagi.

"Tentu saja."Jawab Rafael singkat.

"Aku yakin, suatu saat nanti kau akan bisa melihat kembali,dan aku memiliki satu pertanyaan untuk mu."Ucap Zia mencoba menyemangati Rafael.

"Apa?"Tanya Rafael.

"Jika kau kembali bisa melihat, siapa orang yang pertama kali ingin kau lihat?"Tanya Zia.

Rafael terdiam, jujur saja diri nya sangat ingin melihat wajah Zia, saat sejak tadi malam saat Niko berbicara tentang ciri-ciri Zia dengan nya.

Namun belum sempat ia menjawab angin berhembus semakin kencang dan hujan pun turun.

Tidak di duga cuaca yang dingin ternyata ingin turut hujan secepat itu.

"Ah,ayo cepat, hujan nya semakin deras."Ucap Zia panik.

Rafael pun bangkit dari duduknya dan memegang tangan Zia.

Mereka bergegas menuju jalan pulang meskipun sudah sama-sama basah,Zia tidak menyangka jika angin akan secepat itu membawa hujan turun ke bumi.

Zia terus memegangi tangan Rafael agar ia tidak terjatuh karena jalan yang licin.

Tidak lama kemudian mereka pun tiba di Fila dengan keadaan yang basah kuyup.

"Ini salah mu, aku sudah bilang jika aku tidak mau pergi, sekarang jadi seperti ini lain kali pergi saja sendiri."Ucap Rafael marah-marah.

Zia hanya bisa diam,ia juga tidak tau kalau cuaca akan menjadi seburuk ini.

"Ma,maaf."Hanya itu ucapan yang bisa di ucapkan Zia sat ini,ia benar-benar takut jika Rafael mulai marah dan membentak nya.

"Siap kan air mandi hangat."Ucap Rafael lagi.

Dengan kondisi tubuh yang juga kedinginan Zia pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menyiapkan apa yang di perintahkan oleh Rafael.

Satu jam berlalu.

Kini mereka sudah selesai mandi dan Menganti pakaian masing-masing,hujan masih saja belum berhenti,kilat dan petir terus menyambar seperti nya saat ini badai petir sedang terjadi.

"Ya Tuhan kapan ini akan berakhir,aku sangat takut."Ucap Zia duduk dan memeluk lutut nya di atas kasur.

Zia dan Rafael sekarang sedang berada di dalam kamar nya masing-masing.

"Hachim,Hachim."Beberapa kali Zia mulai bersin dan suhu tubuh nya mulai naik semakin panas.

Karena kamar yang berdekatan tentu saja Rafael mendengar suara bersin Zia yang lumayan kuat di iringi suara petir dah deras nya hujan.

Awalnya Rafael tidak peduli, namun semakin lama suara bersin itu semakin sering terdengar.

Jam menujukkan pukul 06:40 Sudah menjelang malam.

Rafael pun membuka pelan pintu kamar nya, meraba-raba mengunakan tongkat nya untuk menuju kamar Zia.

Ternyata Zia masih tetap dengan posisi awal nya duduk dengan memeluk kedua lututnya.

Melihat Rafael yang tiba-tiba masuk ke kamar nya membuat Zia menjadi kaget.

"Ada apa?"Tanya Zia bingung.

Suara Zia hampir tidak bisa di dengar karena suara hujan yang begitu deras di atas genteng Fila.

"Kau kenapa?"Tanya Rafael berjalan mendekati kasur Zia.

"Aku,aku baik-baik saja, Hachim."Jawab Zia sambil kembali bersein.

Duarr! (Suara petir yang kembali kuat merbunyi di sertai kilat yang menyambar dan tepat saat itu listrik di Fila tiba-tiba padam.

"Aaaaaaa!"Jerit Zia ketakutan reflek turun dari ranjang dan berlari memeluk Rafael yang berdiri tidak jauh dari kasur nya.

Tubuh nya gemetar, Rafael merasakan jika saat itu Zia benar-benar ketakutan.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

anita

anita

namanya jg jodoh,addda aja, kok ya pas mereka d kmar berdua peettt...gelap

2023-04-17

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

cerita nya semakin menarik.. semangat terus..
moga Rafael bisa buka hati nya buat Zia.....

2023-02-13

0

Santi Sukmawati

Santi Sukmawati

Thor jangan bilang kalo zia yg mau mendonor kan mata nya untuk Rafael ,kan aku nangis duluan 😭😭

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!