Bab 08

Tidak butuh waktu lama mereka pun akhirnya tiba di kantor Rafael.

Niko menuntun Rafael masuk ke dalam ruang rapat, di sana beberapa karyawan kantor yang memang ikut dalam rapat tersebut sudah menunggu kedatangan mereka.

"Baik, apakah bisa kita mulai sekarang?"Tanya Rafael sambil duduk di kursi nya.

"Silahkan pak."Jawab semua karyawan.

Rapat pun akhirnya di mulai.

Selama rapat, Rafael terlihat tidak fokus, pikiran nya terus mengingat kejadian tadi pagi bersama Zia, beberapa kali Niko menyadarkan nya agar fokus dan tidak melamun.

Satu jam berlalu, kini rapat pun selesai,Niko membawa Rafael menuju ruangan nya untuk beristirahat.

"Apa yang kau pikirkan?"Ucap Niko kesal karena Rafael tidak fokus.

"Tidak ada."Jawab Rafael berbohong.

"Kau mencoba untuk berbohong dengan ku? Apa yang kau lakukan di kamar bersama nya?"Tanya Niko dengan raut wajah yang berbeda.

Rafael mulai curiga jika Niko menyukai Zia bahkan pertanyaan bodoh seperti itu saja ia pertanyakan.

"Dia istri ku,lalu mengapa aku tidak boleh berudaan di kamar dengan nya? Ada apa dengan mu?"Ucap Rafael tidak suka dengan sikap Niko.

"Ah, sudah lah, lupakan saja."Ucap Niko mulai mengalihkan pembicaraan.

Sementara itu di sisi lain.

"Aduh,apa ini keseleo? Mengapa makin sakit saja?"Ucap Zia memegang tangan nya yang tadi pagi terinjak oleh Rafael.

Zia merasa jika tangan nya menjadi semakin sakit, namun ia mencoba tetap menahan nya.

Zia tidak ingin dirinya merepotkan Rafael.

Namun tidak lama kemudian Rafael pun tiba di Fila dengan di antar oleh Niko, karena sedari tadi dirinya tidak nyaman berlama-lama di kantor.

Zia berjalan cepat untuk membuka pintu saat mendengar mobil Niko yang tiba untuk mengantarkan Rafael.

"Kau kembali ke kantor."Ucap Rafael kepada Niko.

"Tapi ... "Ucap Niko terhenti.

"Apa kau sudah mulai bosan mengikuti kata-kata ku?"Ucap Rafael terlihat marah.

"Baik-baik."Ucap Niko kembali masuk ke dalam mobil nya dan menyalakan mesin mobil kemudian melaju meninggalkan area Fila.

"Mengapa tidak menyuruh nya masuk?"Tanya Zia kepada Rafael.

"Kau ingin mengobrol dengan nya?"Ucap Rafael aneh.

"Mengobrol? Mengobrol apa?"Ucap Zia polos.

"Bodoh!"Ucap Rafael yang kemudian memegang tangan Zia dengan erat karena marah.

"Ahh, lepas itu sakit."Ringis Zia.

"Ada apa dengan mu?"Ucap Rafael yang merasa jika dirinya tidak lah memegang tangan Zia terlalu kuat.

"Tangan ku, sakit."Ucap Zia terlihat benar-benar kesakitan.

"Kau bilang baik-baik saja,apa karena tadi pagi?"Ucap Rafael mulai merasa bersalah.

"Hmm."Jawab Zia yang tidak bisa lagi menutupi kesakitan nya.

"Ke dokter saja."Ucap Rafael.

"Dokter apa?"Tanya Zia bingung.

"Dokter hewan, ya tentu saja dokter spesialis tulang,aku pikir tulang mu ada yang patah, tapi aku ingin bertanya, mengapa kau tidur di bawah sofa itu? Sudah tau aku tidak bisa melihat."Ucap Rafael sedikit memelan kan suaranya menekan kata tidak bisa melihat.

"Emmm, sudah jangan terlalu khawatir aku baik-baik saja,ini hanya perlu minyak urut. Dan soal aku tidur di bawah, aku hanya takut kau terjatuh jadi aku menjaga mu sepanjang malam."Ucap Zia tersenyum kecil.

Meskipun Zia tau walau semanis apapun senyuman nya Rafael tidak akan bisa melihat itu.

"Lain kali tidak perlu mencari perhatian seperti itu, antar kan aku ke kamar."Ucap Rafael kembali ke sifat cuek nya.

Zia pun menuruti permintaan Rafael untuk mengantarkan nya ke kamar.

Setelah tiba di kamar Rafael pun duduk di tepi kasur nya sambil membuka satu persatu kancing kemeja yang ia kenakan.

"Mau makan apa? Aku akan masakan sesuatu."Ucap Zia kepada Rafael.

"Aku sudah makan."Ucap Rafael berbohong.

"Baik lah kalau begitu aku keluar dulu."Ucap Zia hendak melangkah kan kaki nya menuju pintu keluar kamar Rafael.

"Tunggu."Ucap Rafael.

Zia memberhentikan langkah nya mendengar Rafael yang memanggil nya.

"Ada apa?"Tanya Zia membalikkan badan menghadap Rafael.

"Kemari."Ucap Rafael singkat.

Zia berjalan mendekati Rafael dan berdiri tepat di depan nya.

"Bantu aku mengganti baju."Ucap Rafael.

"Hah?Yang benar saja?"Ucap Zia kaget.

"Siapa yang menyuruh mu meninggikan nada suara saat berbicara dengan ku!"Ucap Rafael marah.

"Maaf, maaf kan aku."Ucap Zia menunduk takut.

Rafael terdiam, entah kenapa ia merasa tidak tega setiap dirinya memarahi Zia seperti itu.

Zia pun dengan gemetar mulai membuka satu persatu kancing baju Rafael yang tadinya tingal beberapa yang masih belum terbuka.

Deg ... Jantung Zia mulai berdetak tidak karuan melihat tubuh suaminya yang begitu kekar dengan perut sispek yang sangat jelas terpampang di depan matanya.

Dengan susah payah Zia menelan silva nya melihat tubuh Rafael yang benar-benar membuat matanya berkunang-kunang itu.

"Apa kau sudah puas menatap nya?"Ucap Rafael yang peka akan gerakan tangan Zia yang berhenti.

"Eh,em tidak."Ucap Zia bicara asal.

"Siapa yang mengijinkan mu menatap tubuh ku? Wanita mesum cepat ambil kan baju."Ucap Rafael ketus.

"Aku tidak mesum."Jawab Zia kesal.

"Lalu apa?"Ucap Rafael lagi.

"Tidak ada."Jawab Zia mulai berani untuk melawan.

"Sekali lagi menjawab ku,kau akan tidur di kamar mandi sampai pagi."Ucap Rafael mengancam.

Zia pun terdiam dan bergegas berjalan menuju lemari pakaian Rafael dan mengambil kemeja lain untuk mengantikan pakaian Rafael.

Namun saat mengancing kembali kancing baju Rafael ia mendengar suara cacing-cacing yang mengamuk kelaparan di dalam perut Rafael.

Reflek Zia tertawa cekikikan mendengar suara perut Rafael yang kelaparan.

"Apa yang kau tertawa kan?"Ucap Rafael merasa malu.

"Tidak ada, ayo turun ke bawah dan makan siang."Ucap Zia memegang tangan Rafael.

"Jangan pegang aku."Ucap Rafael menepis tangan Zia.

"Ah,iya maaf ayo."Ucap Zia mengulur kan tingkat seperti biasa.

Mereka pun berjalan menuju ruang makan.

"Duduk lah."Ucap Zia kepada Rafael.

Rafael pun duduk tampa sepatah kata pun.

Beberapa menit kemudian Zia datang dengan membawa semangkuk sup panas di tangan nya dengan aroma yang sangat menggoda.

"Apa itu?"Tanya Rafael yang sebelumnya tidak pernah makan sup karena ia memang tidak doyan makan sup apalagi jika itu terasa pedas.

"Diam lah,buka mulut mu."Ucap Zia lagi.

Zia pun meniup sup itu dan menyuapinya ke mulut Rafael mengunakan sendok.

"Tunggu."Ucap Rafael kembali menutup mulut nya sebelum sendok itu menyentuh bibir nya.

"Ini tidak memakai bubuk cabe, tenang saja."Ucap Zia dengan lembut.

Mendengar ucapan Zia Rafael pun kembali membuka mulutnya,ia juga penasaran dengan rasa makanan itu.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

anita

anita

bagus,critanya gk berbelit2

2023-04-17

0

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

seperti nya rafael ada sedikit terbuka kepada Zia.. jangan egois ya Rafael..

2023-02-13

0

Lasmanah Ramdani

Lasmanah Ramdani

author boleh gak emak jitak dikit tuh pala Rafael 😐😐

2022-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!