“Tentu tidak terulang. Karena anda akan dipecat!” seru Bayu seraya menatap pada Gavin yang tampak kaget mendengar ucapan Bayu.
“Pak, saya mohon jangan dipecat. Beri saya kesempatan sekali lagi, Pak!” Gavin bersujud pada Bayu memohon untuk mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan Trengginas Jaya Abadi.
“Surat pemecatan sudah saya buat. Keputusan ada di Pak Harun dan Pak Reigha.”
Mendengar ucapan Bayu, Gavin pun berharap mendapatkan kesempatan. Gavin duduk kembali pada sofa seraya menatap pada Pak Reigha dan Pak Harun bergantian.
“Dengarlah, setiap manusia pasti mempunyai kesalahan. Tapi, alangkah baiknya dia menyadari dan mau menebus kesalahannya. Apa yang akan kau lakukan untuk menebus kesalahan yang kau perbuat itu?” ucap Papa Harun sembari bertanya pada Gavin.
“Saya akan menebusnya dengan turunnya jabatan saya. Kemudian, saya akan membantu proses penyembuhan Pak Reigha,” balas Gavin dengan keseriusannya.
“Penyembuhan Reigha tak perlu dipikirkan. Istrinya yang akan merawat Reigha hingga sembuh,” ujar Papa Harun.
“Gimana menurutmu, Reigha?” tanya Papa Harun.
Shafa pun memberikan ponselnya. Reigha tampak mengetik dan memberikan kembali pada Shafa.
Shafa pun mewakilkan Reigha untuk menjawab, dia membacakan apa yang telah Reigha ketikan pada ponselnya tadi.
“Saya tau latar belakang anda. Tapi maaf, saya tak tau kalau anda mantan dari Binar. Masa lalu anda tak mungkin saya cari tau. Jika kesempatan mampu membuat anda berubah menjadi lebih baik, akan saya berikan. Tapi, jika anda hanya ingin kesempatan untuk kembali melakukan kejahatan, maaf, kedepannya saya akan membawa anda pada hukum,” ucap Shafa membacakan ketikan dari Reigha.
“Terima kasih, Pak Reigha, Pak Harun. Kesempatan ini akan saya gunakan sebaik mungkin,” tutur Gavin sembari melekatkan kedua tangannya.
“Oke. Saya memberikan kesempatan, tapi surat ini gak akan saya hapus. Karena, jika anda melakukan kesalahan sekali lagi, ingat SEKALI lagi. Maka, anda langsung dipecat!” seru Bayu diangguki oleh Gavin.
Bayu pun menutup laptopnya, membereskan kekacauan yang telah terjadi dibantu oleh Gavin. Setelah semua selesai dan kembali rapi seperti semula, Bayu pun kembali mengeluarkan suaranya, “Kalau begitu, anda boleh kembali ke kantor. Setelah itu, pulang!”
Gavin pun mengangguk dan berlalu pergi ke kantor dengan taksi online yang sudah dipesankan dan dibayarkan oleh Bayu.
Ketegasan Bayu sebagai asisten CEO berakhir saat Gavin telah meninggalkan rumah ini, kini Bayu berpaling pada Anna. Bayu mendekati Anna, memegang erat tangan Anna. Padahal, Anna tengah tertidur.
“Kelihatan banget sayang sama Anna,” ucap Shafa yang terharu melihat kedekatan keduanya.
Mama Dhiya kini memperhatikan Shafa yang sejak tadi memperhatikan Anna.
“Shafa, maafkan Mama. Sebenarnya, sampai sekarang Mama masih mengira dan yakin kalau Ayah kamu yang menyebabkan kecelakaan Reigha. Tapi setelah mendengar pengakuan Gavin, dan melihat bukti nyata dari CCTV kantor, Mama udah yakin seratus persen kalau ini semua bukan karena Ayah kamu. Maafkan Mama, Nak,” ucap Mama Dhiya.
Shafa berjalan mendekat pada Mama Dhiya. Memeluk erat Mama Dhiya yang tak bisa bangun karena sedang memangku kepala Anna.
“Besok bawa keluarga kamu ke sini, Mama mau minta maaf langsung ke Ayah kamu,” lanjut ucapan Mama Dhiya ditengah pelukannya bersama Shafa.
Reigha tampak senang melihat kedekatan Mama dan istrinya. Reigha merasa sudah waktunya keluarganya tau kalau Reigha sudah bisa berbicara.
“Pa, Ma, terima kasih sudah menerima dengan baik istriku,” ucap Reigha membuat Mama dan Papa menoleh kaget pada Reigha.
“Ini bukannya suara Reigha?” tanya Mama Dhiya.
“Iya, Ma. Ini Reigha!” seru Reigha membuat Mama menangis haru.
Shafa yang tau keadaannya pun langsung mengangkat kepala Anna dan menjadikan dirinya sebagai pengganti Mama Dhiya untuk memangku kepala Anna.
Mama Dhiya memeluk Reigha erat seraya bertanya, “Kamu baik-baik aja ‘kan, Gha?”
“Baik, Ma. Apalagi dirawat sama istri tercinta,” jawab Reigha membuat Mama Dhiya tersenyum senang.
“Sejak kapan udah bisa bicara?” tanya Papa Harun.
“Kalau gak salah, sehari atau dua hari setelah pernikahan Reigha udah bisa ngomong,” jawab Reigha jujur.
“Kok Mama dan Papa gak dikasih tau?” tanya Mama.
“Mama, Papa, dan Bayu gak ada yang tau kecuali istriku. Tapi, Mama jangan marahin istriku, karena aku yang melarangnya untuk tidak memberitau pada siapapun termasuk Papa dan Mama,” jawab Reigha.
Mama Dhiya tampak mengangguk, dan kembali mengeluarkan pertanyaan, “Hm ... oke. Trus, alasannya kenapa?”
“Reigha mau cari tau kebenaran. Siapa sebenarnya yang merencanakan kecelakaan ini. Tapi, setelah semua terbongkar dan sudah terbukti bukan ayah Shafa yang menjadi pelaku, aku pun memberikan kabar baik buat Mama dan Papa kalau aku sudah bisa berbicara kembali,” balas Reigha menjelaskan.
Reigha tetap diintrogasi oleh sang Mama, dan diperhatikan oleh semua yang ada di ruang tamu.
Tak lama, Anna tampak terbangun dari tidurnya.
Anna duduk dan berkata, “Terima kasih, Fa. Gue udah baik-baik aja.”
Bayu tampak lega mendengar hal itu dari Anna. Bayu pun mendekat pada Anna dan menggenggam erat tangan Anna, tak ingin melepaskannya.
****
Sesuai dengan kabar yang Shafa berikan, Ayah, Ibu, dan Adik Shafa kembali hadir menginjakkan kaki di rumah ini setelah acara pernikahan Shafa.
Ayah dan Ibu Shafa belum mengetahui kalau Shafa mengundang keluarganya untuk memperjelas siapa pelaku kecelakaan yang sebenarnya.
Dengan raut wajah yang gusar, Ayah dan Ibu hanya bisa menunduk tak berani menatap wajah sang besan.
“Gimana kabarnya, Pak Reynand dan Bu Khalisa?” tanya Mama Dhiya.
“Alhamdulillah kabar kami sekeluarga baik, Bu,” jawab Bu Khalisa yang masih saja menunduk.
“Saya yang mengundang keluarga Pak Reynand untuk datang ke rumah ini, karena saya mau meminta maaf sedalam-dalamnya pada Pak Reynand karena sudah menuduh yang tidak-tidak pada bapak hingga membuat anak bapak terpaksa menikah bersama anak saya,” ucap Mama Dhiya membuat Pak Reynand dan Bu Khalisa bersamaan mengangkat wajahnya.
“Kenapa Ibu yakin kalau bukan saya yang melakukannya?” tanya Ayah Reynand.
“Karena, sudah ada yang mengaku, Pak.”
Keluarga Ayah Reynand tampak bersyukur dan tersenyum senang mendengar kabar baik itu.
Kedua keluarga itu pun makan-makan bersama di rumah Papa Harun layaknya membuat pesta kecil-kecilan.
“Kak Na, sebelah kakak siapa sih? Kenalin dong!” seru Anggi, adik Shafa.
“Owh, ini namanya Bayu. Panggil aja abang Bayu,” balas Anna.
Kebersamaan kedua keluarga pun begitu terasa sangat mengharukan. Shafa tak ingin jauh dari Reigha, begitu pula sebaliknya. Setelah acara pun selesai, tak lupa mengabadikan momen bersama itu dalam suatu potret yang begitu istimewa bagi mereka.
Kini, Mama Dhiya mengobrol dengan Ibu Khalisa. Papa Harun bersama Ayah Reynand. Reigha, Shafa, Bayu, Anna, dan Anggi pun mengobrol membuat kelompok sendiri, tak ingin mengganggu obrolan para orang tua.
Anggi mendekat pada Shafa dan Reigha. Berdiri diantara keduanya seraya berkata, “Kak, kalian udah saling jatuh cinta apa belum?”
“Kalau udah, kenapa? Kalau belum, kenapa?” balas Shafa bertanya kembali pada sang adik.
“Kalau udah, alhamdulillah. Kalau belum, akan kurebut dengan basmallah,” ucap Anggi membuat Shafa mengerucutkan bibirnya.
“Hm... sedikit rese, tapi tak apa. Yakin mau rebut Mas Reigha dari gue? Coba aja kalau Mas Reighanya mau,” ujar Shafa.
Anggi yang merasa tertantang pun langsung menoleh pada Reigha dan bertanya, “Abang ipar, kalau misalnya sama Anggi, mau gak?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments