“Pak Bayu, wanita ini siapa?” tanya Gavin tak berpaling netranya menatap pada Shafa.
“Sejak tadi ada orang baru apalagi perempuan, kenapa lo selalu ingin tau, Gavin?” tanya Bayu yang kesal melihat tingkah Gavin.
“Ingat, ini kantor!” lanjut Bayu.
“Kalau tadi asisten Pak Bayu. Trus ini siapa? Kalau ini asisten Pak Reigha, trus Pak Bayu kenapa masih di sini?” tanya Gavin membuat Bayu menghela napasnya kasar.
“Bukannya lo udah tau Pak Reigha udah menikah? Yaudah, lo pasti tau jawabannya. Ini istri Pak Reigha,” ucap Bayu mengambil alih kursi roda Reigha. Kemudian, mendorongnya menuju lift diikuti oleh Shafa.
Bayu, Reigha, dan Shafa telah sampai di dalam ruangan CEO. Reigha menatap nanar pada ruangannya ini. Ruangan yang selalu dia datangi setiap hari dan selalu membuat lupa akan segalanya jika berhadapan dengan pekerjaan.
“Puspa!” teriak Bayu memanggil Puspa, sekretaris CEO.
Puspa pun datang ke ruangan Reigha membawa berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh Reigha. Puspa megulurkan tangannya memberikan berkas pada Shafa, istri Reigha.
Shafa berterima kasih dan memberikan berkas tersebut pada Reigha. Reigha tampak membaca, kemudian tanda tangan dibantu oleh Shafa.
“Apa ada lagi yang harus ditandatangani?” tanya Shafa pada Puspa saat selesai membantu Reigha menandatangani semua berkas yang diberikan.
“Gak ada lagi, Bu. Kalau begitu saya permisi, Pak, Bu,” jawab Puspa. Kemudian, berpamitan untuk keluar dari ruangan CEO.
Shafa pun mendorong kursi roda mendekat pada Bayu yang tengah duduk di sofa seraya bertanya, “Anna gimana?”
“Aman. Dia dari tadi masih belajar bareng Puspa,” jawab Bayu membuat Shafa mengangguk kecil.
“Oh. Oke kalau gitu, ada lagi gak yang harus dibahas? Kalau gak ada, biar gue bawa pulang lagi Mas Reigha, biar istirahat di rumah,” ucap Shafa.
“Emm ... gak ada sih. Kalau gitu, gue anter kalian sampai lobby, ya,” balas Bayu yang diangguki oleh Shafa.
Bayu mendorong kursi roda Reigha menuju lift diikuti oleh Shafa.
Sesampainya di lobby, Shafa tidak sadar kalau diikuti oleh Gavin. Shafa pun berjalan duluan menuju depan kantor untuk memesan taksi online. Sangking fokusnya Shafa dengan ponsel, dia tak sadar kalau Gavin tepat ada di belakangnya. Sementara Bayu yang masih dibelakang kursi roda Reigha, tengah mengobrol bersama karyawannya.
“Baiklah, Pak. Kalau begitu kami lanjut bekerja,” ucap salah satu karyawan yang diangguki oleh Bayu.
Reigha yang sejak tadi menatap istrinya dari kejauhan merasa cemas. Pasti Gavin akan melakukan yang tidak-tidak.
Dan benar saja, Reigha melihat Gavin yang tiba-tiba menarik Shafa. Reigha ingin sekali berteriak pada Shafa, namun pasti rahasianya terbongkar di lobby kantor ini.
Tanpa pikir panjang, tangan kiri Reigha memegang erat lengan Bayu seraya berkata lirih, “Bayu, tolong lo selamatkan istri gue!”
Bayu kaget. Suara yang telah lama tak didengar, kini kembali hadir masuk dalam telinganya. Bayu ingin sekali bertanya pada Reigha, namun dia urungkan niatnya. Karena, yang lebih penting saat ini adalah Shafa. Jika tak ada Shafa, bagaimanalah Reigha nantinya.
Bayu berlari meninggalkan Reigha diatas kursi roda. Berlari secepat mungkin hingga dia berhasil menarik lengan Shafa.
“Lo mau apain dia, Gavin?” teriak Bayu pada Gavin membuat karyawan-karyawan bergerombol keluar kantor melihat kejadian tersebut.
Puspa dikabarkan oleh salah satu karyawan, tanpa pikir panjang pun Puspa dan Anna bergegas turun untuk melihat kejadiannya.
Anna yang melihat Reigha dibelakang gerombolan pun, segera mendorongnya mendekat pada Shafa.
Sementara Shafa yang melihat Reigha diantarkan oleh Anna pun berterima kasih pada Anna. Kemudian, beralih menggenggam erat tangan Reigha. Shafa merasa ketakutan saat ini. Untung saja Bayu cepat bertindak.
“Pak Bayu, apa salah jika gue menyukai wanita itu?” tanya Gavin menunjuk pada Shafa.
“Salah. Apa seumur hidup lo akan selalu mengganggu pasangan Reigha? Saat Reigha bersama Binar, lo yang mengganggu. Sekarang Reigha sudah menemukan kebahagiaannya, lo mau hancurkan juga?” jawab Bayu dengan emosinya.
Anna perlahan mendekat pada Bayu. Dia berdiri di belakang Bayu seraya berkata, “Abang, udahlah. Malu dilihat banyak orang. Tolong jaga emosi lo, Bang!”
Bayu pun menghela napasnya kasar. Menatap karyawan yang tengah mengelilinginya. Kemudian berseru, “Kembali bekerja!”
Bayu pun menyempatkan menatap tajam pada Gavin. Bayu membalikkan badannya, menarik lengan Anna berjalan menuju ruangan Reigha.
Namun, sebelum Bayu melangkah masuk, dia berkata pada Puspa, “Bantu Reigha dan istrinya untuk kembali ke atas.”
“Baik, Pak,” jawab Puspa.
Puspa pun berjalan mendekat pada Shafa sembari menyampaikan apa yang telah dikatakan oleh Bayu, “Bu, mari Bu Shafa dan Pak Reigha saya antar kembali ke antas.”
Sementara di lift, Bayu tengah ditenangkan oleh Anna, “Bang, lo kenapa bisa sampai teriak-teriak depan kantor sih? Udahlah, jangan sampai orang sekitar mengira pimpinan perusahaan ini gak baik.”
“Dia mau menculik suster Shafa, Na.”
“Hah?! Kok bisa?” tanya Anna kaget.
“Nanti dibahas bareng, Na,” balas Bayu yang diangguki oleh Anna.
Saat Bayu telah sampai di ruangan Reigha, dia menunggu Reigha dan Shafa. Karena, Bayu ingin memperjelas apa yang dia dengar tadi.
Puspa pun tampak membuka pintu ruangan CEO, Shafa yang tengah mendorong kursi roda Reigha masuk ke dalam ruangan CEO. Shafa mendekatkan kursi roda Reigha pada sofa di ruangan tersebut. Shafa pun duduk di samping Anna. Sementara Puspa yang tau keadaannya tidak baik-baik saja pun langsung berlalu pergi menuju ruangannya sendiri.
Keheningan tercipta di dalam ruangan tersebut hingga Bayu pun mengeluarkan suaranya, “ Gha, lo udah bisa ngomong?”
Pertanyaan Bayu membuat Shafa kaget. Bagaimana bisa Bayu mengetahui, padahal hanya Shafa yang tau rahasia itu. Shafa takut jika Reigha mengira dirinya yang membocorkan hal tersebut.
Bukan hanya Shafa yang kaget, kini Anna pun ikut heran dengan yang Bayu tanyakan. Sudah tau Reigha sakit, malah ditanya yang tidak-tidak, pikir Anna.
“Iya, gue udah bisa ngomong,” jawab Reigha membuat Bayu menatap Reigha dengan serius. Ternyata itu benar suara Reigha.
Sementara Anna melongo, seakan tak percaya. Berbeda dengan Shafa yang masih takut jika Reigha mengira yang membocorkan rahasia itu adalah istrinya.
“Sejak kapan?” tanya Bayu kembali.
“Udah lumayan lama gue bisa ngomong. Dan, hanya istri gue yang tau,” jawab Reigha.
“Lo gak ada niatan buat kasih tau kabar gembira ini ke gue?”
“Orang tua gue aja gak tau, apalagi lo!” seru Reigha membuat Bayu mendelik.
“Suster Shafa kok gak kasih tau gue?” tanya Bayu kembali yang seakan tak terima dirinya ketinggalan berita bahagia ini.
“Karena gue yang minta jaga rahasia ini,” jawab Reigha membuat Shafa menghela napasnya lega. Setidaknya bukan dirinya yang membocorkan ini pada Bayu, tapi Reigha sendiri.
Anna yang sejak tadi diam pun akhirnya bersuara, “Jadi, selama ini kalian berdua udah ngobrol dong di kamar.”
“Rahasia dong!” seru Shafa membuat Anna memanyunkan bibirnya.
“Gue minta lo berdua jaga rahasia ini. Yang tau sekarang tiga orang, sampai ada yang tau selain kalian, siap-siap aja kalian bertiga dapat hukuman dari gue,” ucap Reigha dengan serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments