Seperti yang sudah-sudah, Athena terbangun dengan wajah sembab--yang paling buruk adalah rambut acak-acakan ditambah goresan memanjang dari pelipis hingga pipi. Belum lagi luka lebam pada kaki. Athena sudah tidak memikirkan itu lagi. Ia harus bangun untuk bersiap pergi sekolah.
Sebenarnya, tubuh Athena agak lemas karena dari kemarin lusa hanya sempat makan semangkok mie saja serta beberapa suap salad buah terenak buatan Lilia, tentunya. Belum ada asupan karbohidrat sedikitpun yang masuk ke perut Athena. Namun, jangankan mengeluh lapar, peduli saja tidak.
Dalam kondisi setengah sadar, gadis itu bersiap-siap, lalu keluar kamar dengan segenap kekuatan yang tersisa. Sandrina terlihat sibuk di meja makan. Tangannya tak berhenti bergerak menata apa saja.
"Pagi, Athena! Mama udah masak nasi goreng kesukaan kamu. Ada telur mata sapi setengah matang plus tempe goreng mendoan juga. Sarapan dulu, ya?" tegur Sandrina dengan manis.
"Iya, Ma."
Hati Athena sudah mati rasa. Bersikap manis pun sudah tak bisa. Hidup dalam ketidak-jelasan seperti ini sungguh membuat siapa saja muak bila mengalaminya sendiri. Keputusan akhir yang akan diambil tentu bunuh diri.
"Kapan kalian mulai libur? Bukannya kemaren katanya perpisahan? Kok, sekolah lagi?" tanya Sandrina sambil meletakkan tangan di kursi.
"Lusa libur, Ma. Kita tetep sekolah karena emang masih ada sisa materi sebelum ujian, abis anak kelas tiga selesai ujian nasional," jawab Athena sekenanya.
"Oh." Sandrina manggut-manggut. "Mama kemaren gak bisa dateng ke sekolahan kamu, karena Tante Lia belum sehat betul."
Usai melempar senyum tipis, gadis itu segera menyuap nasi goreng untuk mengakhiri obrolan ini. Makin hari, Athena tidak merasakan kehangatan lagi. Selucu apa pun candaan Sandrina, selembut apa pun suaranya, bagi Athena semua sudah tidak mengandung rasa. Seperti luka menganga ditutupi kasa, ia akan membusuk bila tidak diberi obat secara berkala.
Sayangnya, Athena tak yakin ada penawar untuk segala luka, selain kembali pada Yang Maha Kuasa. Tujuh belas tahun ia berenang dalam racun, berkali-kali tenggelam, lalu mengapung sendiri ke permukaan.
Tak ada celah untuk beristirahat, apalagi berhenti sekedar menarik napas. Ini adalah jalan yang harus dilalui. Berhenti atau berjalan tak ada bedanya. Sama-sama terluka tanpa sempat menghindari.
"Athena pamit, Ma!" Gadis itu mendorong piring ke depan.
"Hati-hati di jalan! Ingat, belajar yang bener!"
💕
Angkot penuh sesak oleh para ibu-ibu yang hendak ke pasar. Beberapa di antaranya, sepertinya pedagang yang kesiangan. Hanya Athena seorang yang memakai seragam sekolah. Ia melewati jalan yang sudah dihafal di luar kepala, dengan angkot yang sama pula. Semua terasa monoton. Tidak ada perubahan berarti selain kehadiran El dan Gabriel yang mendadak mendekat bak laron menyerbu lampu.
Setelah membayar ongkos, Athena masuk ke pelataran sekolah dan mempercepat langkah. Rupanya ia agak kesiangan. Sudah banyak siswa lain memenuhi berbagai sudut. Sebagian menyapa, sebagian lagi tersenyum saja. Athena tidak nyaman. Ia merasa harus lebih cepat lagi. Wajahnya terus menunduk menyembunyikan luka di wajah.
Goresan cukup dalam itu disebabkan oleh dirinya sendiri. Athena tidak sengaja mencakar wajah saat menangis. Perih, tapi menyenangkan di saat bersamaan.
Saat memasuki kelas, sebuah tamparan mendarat begitu keras, hingga menyebabkan gadis itu terhuyung ke belakang. Napasnya tercekat. Waktu ikut berhenti saat Athena mampu mendengar degup jantungnya sendiri.
"Cewek sialan! Gue gak tau apa masalah lo sama gue, Athena! Lo perusak! Lo j*lang! Lo perebut cowok orang! Gue benci sama lo! Benci!" pekik seorang gadis yang Athena yakini adalah Claire.
Gadis itu melayangkan pukulan bertubi-tubi, tapi Athena tetap diam tak bersuara. Dirinya masih syok karena ditampar secara tiba-tiba. Saat mulai merasa kesakitan, Athena hendak bangkit untuk melawan.
Namun, Claire kembali mendorong Athena hingga terjatuh mengenai ujung meja. Keningnya berdarah sampai seisi kelas terperangah. Athena menyentuh luka barunya, lalu menelan ludah. Dirinya seperti anak ayam yang menjadi bulan-bulanan musang. Tak ada yang berani membantu. Semua hanya mampu diam dan menatap penuh kengerian.
"Kenapa lo tega sama gue, Athena?! Kenapa lo tega ngerebut El dari gue?! Kenapa?!" histeris Claire sambil menarik kerah baju Athena.
"Gue gak rebut El dari lo, Claire. Gak sama sekali," bisik Athena pelan.
Hatinya terlalu takut menerima resiko karena luka yang didapat. Sandrina akan murka dan mengira Athena berkelahi di sekolah. Bukannya membela, wanita itu pasti akan semakin memukuli Athena.
"Jawab, Na! Jawab! Kenapa lo diam aja, hah? Kalo lo mau jadi j*lang jangan mulai dengan cara ngehancurin gue!"
Tangisan Claire semakin menambah ketakutan Athena. Ia hanya sampah tak berguna. Ia adalah orang jahat karena sudah menyakiti orang lain.
Pukulan demi pukulan dari Claire diterimanya dengan senang hati. Bahkan, saat gadis itu mencengkeram rambutnya pun Athena tidak menghindar. Tubuhnya bergetar hebat. Ia mengalami tremor luar biasa.
Saat Claire menamparnya berkali-kali, Athena mulai menangis. Bukan karena sakit, melainkan karena rasa takut dan merasa sangat hina. Gadis tak berguna sepertinya berani membuat hati Claire terluka. Ia tak pantas melakukan itu.
Napas Claire terengah-engah karena amarah. Ia jatuh terduduk di depan Athena, lalu mulai meracau bercerita. Semalam, El menemui dirinya dan memutuskan secara sepihak. Lalu, seseorang memberitahu kalau kekasihnya terlihat dekat dengan Athena. Ia bilang, gadis yang sudah babak belur itu tidak pernah berbicara dengan siapapun. Namun, siapa sangka ternyata jiwa yang selalu diam itu adalah perusak ulung?
Tiba-tiba Athena tersungkur di kaki Claire. Gadis itu menangis tersedu-sedu minta dimaafkan. Semua mata bisa melihat betapa kacaunya penampilan Athena.
"Maafin gue, Claire. Maaf, maafin gue. Maafin gue. Maaf, Claire. Maaf!" Terbungkuk-bungkuk Athena minta maaf karena merasa salah.
"Lo jahat, Athena."
"Maaf, maaf, maaf, maaf, maaf!"
Teman-teman sekelas Athena hanya mampu melihat tanpa berniat bergerak. Saat Gloria datang bersamaan dengan El, mata gadis itu melotot dan berlari menghampiri Athena yang sudah tidak karuan.
"Na, ada apa? Lo kenapa? Kenapa penampilan lo kacau begini?" cerocos Gloria sambil membantu Athena duduk dengan benar.
Hatinya sakit melihat Athena menangis terisak-isak. Ia takut kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi. Athena akan menjadi seseorang yang tidak ia kenali saat depresi.
El berdiri di pintu. Ia terpaku karena melihat Athena sekacau itu. Saat matanya menatap Claire, cowok itu paham siapa penyebab keributan di kelasnya.
"Claire, lo apain Athena?!" Gloria menatap murka.
"Dia ngerebut El dari gue! Salah kalo gue bikin perhitungan sama dia?!"
"Apa lo bilang? Perhitungan? Lo pikir lo siapa, hah? Jangan pernah menilai diri sendiri terlalu tinggi, Claire! Gak ada seorangpun yang bakal berpikiran sama kayak lo!"
"Gue cuma pertahanin apa yang jadi milik gue, Glo!"
"Tutup mulut busuk lo, Claire. Sekarang lo keluar dari kelas gue, dan jangan pernah muncul di sini lagi!" Mata Gloria terlihat buas menatap orang yang sudah menghancurkan Athena sepagi ini. Sahabatnya bahkan belum mampu mengendalikan diri.
Andai Gloria melihat apa saja yang sudah diperlakukan Claire mungkin tak akan bisa berpikir dengan baik. Ketika melihat El hanya diam, hatinya semakin meradang.
"El, lo masih diam di pintu, padahal Athena udah jadi korban dari apa yang udah lo perbuat?!" Gloria semakin meradang.
Dengan raut tak terbaca, cowok itu datang menghampiri mereka bertiga. Sebelum menghakimi Claire yang terlihat kaget dengan kehadirannya, El terlebih dahulu mengabsen satu persatu siswa di kelasnya.
"Kalian semua lebih busuk dari sampah! Ngebiarin Athena dibully sama cewek ini sampe dia babak belur kayak gini! Sampah! Sampah gak berguna!" kecamnya tajam.
Semua menunduk takut. Tatapan El setajam elang kelaparan dan menemukan mangsa.
"El!" Claire memohon.
"Gue gak tau kenapa lo seberani itu nyakitin Athena. Tangan lo yang mulus itu mampu bikin darah seseorang tumpah, Claire. Gue gak nyangka!" desis El sarat emosi.
"Salah kalo gue mempertahankan apa yang gue mau? Gue cinta sama lo, El!"
Tanpa belas kasihan, El mendorong Claire sekuat tenaga. Gadis itu terlempar sampai pintu dan meringis kesakitan.
El mendekat. "Sekali lagi lo nyakitin Athena, gue gak segan-segan lempar lo lebih keras lagi!" ancamnya. "Pergi dari hadapan gue, Claire!"
Dengan tangisan tak percaya, Claire bangkit dan berlari kencang. Hatinya sakit melihat kekasih yang disayangi lebih mengutamakan orang lain. Dia tega mempermalukan Claire sedemikian rupa dan menyakitinya secara terang-terangan.
El memejam sejenak lalu menghampiri Athena. Gadis itu terlalu sulit mengendalikan diri. Yang El lihat sekarang adalah Athena depresi. Entah sejak kapan, ia memiliki gangguan mental, yang jelas El tak ingin Athena berakhir seperti Lilia. Tanpa babibu, tangannya merengkuh Athena dalam pelukan. Memberitahunya, kalau sekarang semua akan baik-baik saja.
"Jangan takut, ada gue di sini," bisik El.
"Jangan kayak gini, El! Jangan istimewakan gue lebih dari ini. Jangan, gue gak pantes. Gue sampah. Gue gak berguna. Gue ... "
"Seenggaknya, lo itu permata bagi gue, Na."
Kata-kata El barusan membuat tangisan Athena semakin kencang. Ia menepikan segala ego dan ketakutan, gadis itu memeluk El dengan erat dan menumpahkan semuanya di sana. Athena menangis hingga mata bengkak.
Athena butuh pelindung. Athena butuh sandaran. Athena butuh kasih sayang. Akan tetapi, kenapa Tuhan mengirim beberapa peristiwa secara bersamaan?
Dari luar kelas, Gabriel melihat semua dengan jelas. Bagaimana Athena menerima perlakuan hangat dari El. Bagaimana gadis itu membalas pelukan El dan menangis di sana. Bagaimana Athena memilih berlindung pada sahabatnya sendiri.
Rahangnya mengeras. Ia telah kalah. Tak ada harapan lagi selain mundur perlahan. Memaksa maju pun hanya akan membuat Athena sakit. Ia tahu, gadis itu bukanlah gadis biasa yang bisa diperlakukan secara biasa pula.
"Gue takut, El. Gue takut," cicit Athena dengan tangisnya.
Belum sempat El menguatkan gadis itu, memberi tahu sekarang ada dirinya yang bisa diandalkan, tubuh Athena ambruk. Pingsan dalam pelukannya.
"Athena!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments