9. Mengenal Lilia

Motor yang ditunggangi oleh El dan Athena melaju cukup kencang melewati jalanan asri, tapi cukup sepi. Semacam jalan pintas menuju perbukitan, jaraknya lumayan jauh dari kota. Sejak 'menculik' paksa gadis itu dari sekolah, El bungkam seribu bahasa. Tak tahan dengan kebisuan, akhirnya Athena memberanikan diri bertanya.

"Lo mau ke mana? Rumah gue bukan ke sini jalannya!" Athena bersuara agak kencang, berusaha melawan deru angin.

Jawaban El hanya memintanya tenang. Ia menjamin tak akan macam-macam. Dalam hati, El agak ngeri. Athena gampang sekali terjatuh karena duduk menyamping. Tak mungkin juga bila disuruh mengganti posisi duduknya. Rok yang dipakai Athena adalah model span.

El membelokkan kendaraan ke sebuah perumahan yang jauh dari pusat keramaian. Letaknya di kaki perbukitan, dengan suasana sejuk membuat perasaan Athena nyaman. Dia memegang pundak El dengan erat sebab takut terjatuh. Jalanan yang mereka lalui mulai naik turun.

"Kalo mau peluk, jangan malu-malu!" seru El sambil tertawa kencang.

Athena mendengkus dan memukul kepala cowok itu dengan kuat. Tak main-main tenaganya sampai kepala El pening, meski pun kepalanya terlindungi dengan helm. Ia mengeluh dalam hati, cantik-cantik tenaga kuli.

Tiba-tiba motor berhenti mendadak, kaki Athena spontan mendarat tepat sebelum tubuhnya jatuh dan oleng. Ia menatap El tajam.

"Lo bisa bawa motor gak, sih? Kalau mau bunuh gue, gak gini caranya!" omel Athena, tangannya meninju bahu El karena kesal.

"Maaf, maaf. Gue lupa kalau kita udah sampai. Tangan lo besi, ya? Sakit banget ini," ringis El.

Mata Athena mendelik. "Lo ngatain tangan gue besi? Mau dipukul lagi?"

"Udah, ah, ngegas mulu. Yok, masuk!"

"Bentar!" Athena menyentil lengan El. "Ini rumah siapa?"

Tanpa menjawab, El menarik tali tas kecil Athena yang menjuntai bebas, agar gadis itu mengikuti dirinya masuk ke dalam. Rumah yang mereka masuki sangat bagus, dindingnya terbuat dari kayu gelondongan yang diberi plitur. Athena mengira dirinya akan betah kalau tinggal di sini. Suasananya sangat nyaman.

Kakinya terus berjalan mengikuti El hingga ke bagian belakang. Di sana, ada wanita paruh baya sedang duduk minum teh sembari menikmati suasana perbukitan. Lukisan alam maha sempurna ciptaan sang Maha. Wajah wanita itu terlihat gembira, ketika dua tangan kekar El memeluk dari belakang. Ia tersenyum hangat, lebih hangat dari teh dalam cangkirnya.

Athena spontan memalingkan wajah. Ia tak mau melihat momen manis itu. Meski tak tahu apa hubungan mereka, rasa iri melingkupi seluruh pembuluh hingga rasa-rasanya darah tak mengalir lagi. Jantung berhenti memompa karena tak sanggup ikut menahan luka tak terperi. Duri-duri halus merayap dengan posisi terbalik, seolah mencoba melukai setiap pori-pori kulit.

Athena merindukan hal seperti itu terjadi pada keluarganya. Namun, harapan hanya sebatas harapan saja. Ia lupa menggantungkan mimpinya antara bintang, hingga saat terjatuh mimpi itu langsung hilang ditelan lubang hitam.

"Mi, kenalin ini Athena. Teman satu kelas, satu sekolah, dan satu tim panitia pas acara perpisahan tadi," ucap El lembut. "Athena, ini Mami gue. Namanya Lilia."

Wanita itu berbalik. Senyumnya bertambah manis melihat perawakan ramping Athena berdiri kaku di sana.

"Athena, ya? Happy to see you. Come here, Sweetie!" panggilnya lembut.

"Iya, Tante."

Perlahan kaki Athena mendekati kursi wanita itu. Ia hampir oleng saat dipeluk erat tanpa aba-aba.

"You're so pretty," pujinya.

"Tante juga cantik."

Lidah Athena kelu. Tak mampu berkata-kata lebih banyak dari itu. Ia tak pernah dipeluk dan tak pernah dipuji. Saat mendapat perlakuan sehangat itu, mendadak hatinya takut. Takut dengan segala kenyamanan yang akan membuat dia bergantung.

Matanya menangkap El sedang tersenyum tulus melihat Lilia senang dengan kedatangan Athena. Cowok itu bahagia. Hatinya tak salah mengatakan, kalau gadis itu akan segera menjadi teman terbaik maminya.

"Athena ini juara kelas berturut-turut, loh, Mi. Panggung acara perpisahan dan hiasan-hiasan lain juga dia yang buat!" seru El antusias.

"Iya? Selain cantik, kamu juga pintar ternyata. Kalau gitu, kamu harus sering-sering main ke sini. Nanti kamu bantu Tante tata ulang rumah, kamar, taman, dan juga ruangan lain. Mau, ya?" pinta Lilia penuh harap.

"Pasti, Mi!" El menyahut. "Nanti El akan sering-sering ajakin Athena ke sini."

Lilia tersenyum senang. Ia mengelus lembut kepala Athena yang di lengan kursi. Sudah lama dirinya tak memiliki teman sama-sama perempuan. El pun tak pernah mau membawa siapapun ke sini. Makanya saat Athena datang, Lilia senang bagai mendapat emas sebesar gajah.

"Kalau gitu, kalian duduk dulu. Tante buatin salad buah favorit El. Athena gak bakal pulang dulu, kan, Sayang?"

Gadis itu mengangguk. Ia tak kuasa menolak. Saat tubuh gempal Lilia melangkah masuk dengan semangat meletup-letup, ia langsung berbalik menatap El. Menuntut alasan dibalik ajakan dirinya datang menemui Lilia.

"Gue tahu lo minta penjelasan. Pindah ke sana, yok? Ada kebun stroberi dan jeruk di sana." El menunjuk ke dataran agak rendah.

Konon, perkebunan itu milik Lilia. El yang meminta mereka tinggal agak jauh dari kota. Tentu semuanya memiliki alasan. Maka dari itu, melihat Athena, hati kecilnya mengatakan gadis itu adalah orang yang tepat untuk membagi beban pikiran.

Athena diam menatap ujung sepatunya. Rasanya tak cocok bila alas kaki seberat ini digunakan untuk menjelajahi perkebunan.

Seolah paham dengan arti tatapan Athena, El mengangguk pelan. Ia berjalan ke dalam dan keluar membawa sendal jepit hitam.

"Nih, gak lucu kalo kita ke kebun pakai sepatu," suruhnya.

"Punya siapa ini?" Athena menatap bingung.

"Punya Pak Rete!" sewot cowok itu. "Tinggal pakai aja repot banget, deh. Kalau gue bawa dari dalam rumah, artinya punya gue!"

Kaki El sendiri sudah mengenakan sendal yang sama. Athena melepas sepatu, menyimpan tasz dan mengikuti jejak El menuruni jalan yang agak menurun. Ia mengangkat roknya sedikit agar lebih leluasa berjalan. Sesampainya di sana, ada banyak stroberi gemuk dan matang seakan menunggu jemari lembut Athena memetik mereka untuk dimakan.

"Lo mau?" tawar El.

"Boleh?"

"Boleh, lah. Kan, ditawarin barusan."

El bergerak cepat mengisi keranjang rotan berukuran kecil dengan buah berwarna merah segar, dan mengajak Athena duduk di kursi panjang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sensasi asam manis segar langsung tercecap saat satu buah stoberi matang masuk ke mulut mereka.

Ketika merasa suasana berubah jadi suram, Athena menoleh ke arah El. Benar, wajah cowok itu tampak keruh. Seperti ada sesuatu yang selama ini terpaksa ditahan, walau sangat ingin dia ungkapkan.

"Mami depresi."

Tiga kata pembuka obrolan cukup menghilangkan selera makan Athena. Ia berhenti mengunyah dan menelan paksa daging buah kecil berbintik itu. ia berusaha mengarahkan atensi penuh karena tahu El sedang membagi beban. Harusnya Athena tak peduli, tapi 'depresi' bukan guyonan.

"Awalnya kami tinggal di Jakarta. But, gue sengaja ajak Mami pindah ke sini biar pikirannya lebih tenang." Jeda sejenak. "Kalau tetap tinggal di rumah lama, luka Mami gak akan pernah sembuh."

"Kalau berat, gak usah cerita," balas Athena singkat.

Cowok itu menatap Athena sendu. "Penyebabnya, Papi bunuh adik cewek gue karena dia tahu rahasia antara Papi dan sekretarisnya. Mereka main api."

Athena berkedip dua kali. Wajahnya seakan kering. Mulutnya pahit, sepahit empedu. Ia tak tahu El memiliki latar belakang yang suram. Sama seperti dirinya. Perselingkuhan adalah hal yang paling dibenci Athena. Kata yang mampu merenggut semua tanpa sisa. Harapan, impian, cita-cita, kehangatan keluarga, kesehatan mental, dan juga nyawa.

"Sekarang Papi di penjara. Gue gak berharap dia bebas. Kalau sampai Papi kembali dan nemuin gue sama mami, pasti Mami akan lebih hancur dari ini."

"Gue gak tau harus ngomong apa," gumam Athena.

Dia sendiri korban dari perselingkuhan papa. Terluka karena penyebab yang sama. Masih basah, tak akan pernah kering selama Athena masih ada di dunia.

"Selama ini, gue gak pernah cerita apapun sama orang. And, when I see you, gue langsung ngerasa lo adalah orang yang tepat buat berbagi. Lo kelihatan tegar pas malam kita dipanggil Pak Arya," ujar El pelan.

"Why me?" tanya gadis itu sambil menunduk.

"Gak tau alasannya apa, Na." Tangan El meremas rambut dengan kuat. "Sekarang, yang gue takutin, Papi bakal kembali buat minta maaf."

Hati Athena mencelos. Ketakutan yang sama juga dirasakan olehnya. Ia takut Papa kembali. Mencari dirinya dan mama lalu minta maaf seenak jidat, sedangkan luka yang ditinggalkan saja sudah menahun dan tak ada obat. Andai terletak di kaki atau tangan, Athena yakin salah satu bagian itu sudah harus diamputasi saking parahnya.

Luka yang selama ini dikira tak ada di diri orang lain, ternyata malah dirasakan oleh El, entah sama parahnya atau tidak. Ia belum tahu pasti. Namun, sekali lagi, gangguan mental bukan sekedar gila atau bahan canda, pasti berat bagi Lilia dan juga putranya.

"Lo pasti kuat. Sekali pun gak, lo tetep berdiri demi Tante Lilia, " kata Athena memberi semangat.

"Semua bakal sia-sia kalau dia balik, Na," sergah El gelisah.

"Dia gak bakal balik. Hukuman untuk pembunuh itu lama. Belasan tahun, percaya sama gue. Sekarang tenang, ya?"

Athena menginstruksikan agar cowok itu menarik napas dalam-dalamz lalu mengembuskan dengan kuat. Saat merasa sudah lebih baik, El melempar senyum tanda terima kasih. Sebagai bentuk penghargaan, El memilih buah yang paling besar, matang, dan merah.

Dengan senyuman paling lebar hingga Athena khawatir bibirnya robek sampai telinga, cowok itu memberikan pada sosok pertama yang mau mendengar keluh kesahnya.

"Special for you." El nyengir. "Jangan usir aku lagi!"

Meski ragu, Athena menerima pemberian El. Ia tak tahu harus menerima kehadiran sosok baru dalam hidupnya atau menolak seperti Gabriel malam itu. Lilia dan El sudah terlanjur mengulurkan tangan. Haruskah Athena menyingkir lagi?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!